Alhamdulillah saat kuliah saya membaca buku-buku yang berkaitan dengan Rasulullah saw dan
perkembangan Islam. Juga membaca pemikiran ulama-ulama terdahulu dalam bidang
fikih, teologi, filsafat, dan tasawuf. Hanya sekilas saja, tidak mendalam.
Maklum hanya tuntutan kuliah alias untuk membuat makalah dan tugas-tugas. Kalau
untuk didalami, baru sekadar niat saja.
Namun,
ketika kuliah menjelang akhir saya mulai memfokuskan diri untuk mengenal sosok
ulama Murtadha Muthahhari dan cendekiawan Ali Syariati. Dua tokoh besar Islam
yang hidup pada zaman modern. Keduanya merupakan pelopor revolusi Islam Iran
yang berhasil menumbangkan rezim Syah Pahlevi. Meski keduanya bermazhab Syiah
Imamiyah, tetapi tidak menutup pikiran saya untuk mengkaji dan mereguk
pemikirannya yang mencerahkan.
Perkenalan
saya dengan Murtadha Muthahhari dan Ali Syariati diawali dengan membaca buku Islam
Alternatif dan Islam Aktual buah pena Jalaluddin Rakhmat. Kedua
bukunya diterbitkan Mizan dan termasuk yang laris.
Saya
ingat betul karya Murtadha Muthahhari yang kali pertama dibaca adalah buku berjudul Masyarakat dan
Sejarah yang diterbitkan Mizan. Buku ini termasuk buku yang lebih dari lima
kali dibaca. Saya baca berulang karena saking beratnya materi yang dibahas yang berisi kritik
terhadap materialisme historis dan filsafat sosial dari filsuf Barat.
Saya
yang baru berkenalan dengan ilmu sejarah dan filsafat Barat merasakan betapa
sukarnya memahami karya Muthahhari tersebut. Beruntung kemudian saya
berjalan-jalan ke Toko Buku Palasari-Bandung dan menemukan buku berjudul Islam
dan Tantangan Zaman yang diterbitkan Pustaka Hidayah.
Perlahan-lahan
melalui buku ini saya mulai paham tentang kecenderungan dan pemikiran
Muthahhari. Seorang teman yang aktif di Yayasan Muthahhari Bandung meminjamkan
jurnal Al-Hikmah yang berisi pemikiran Muthahhari yang ditulis oleh Jalaluddin
Rakhmat.
Dari kabar teman itu, saya keranjingan untuk terus melahap buku-buku karya Murtadha
Muthahhari. Bahkan, saya sampaikan kepadanya bahwa saya ingin meneliti
pemikiran Muthahhari untuk skripsi di UIN Bandung.
Mulailah
dikumpulkan buku-buku Muthahhari, baik terjemahan maupun fotokopi dari Bahasa
Inggris. Sedikit demi sedikit dibaca, dipikirkan ulang, dicari pemikiran utama
dari ulama yang wafat ditembak ini. Sekira tiga bulan membaca dan memilah
gagasan-gagasan dari Muthahhari, saya mengurungkan diri untuk menjadikannya
skripsi karena Muthahhari dari segi keilmuan terlalu luas dan tidak memiliki
pemikiran yang spesifik pada kajian sejarah.
Maklum
karena sejarah merupakan bidang yang diambil saya ketika kuliah di UIN Bandung.
Muthahhari memang memuat beberapa telaah dan pandangan kesejarahan, tetapi
ruang lingkupnya lebih cenderung melebar dalam khazanah filsafat. Mungkin untuk
para pengkaji filsafat Islam, Muthahhari layak diapresiasi dan dikaji lebih
jauh serta dicarikan kontribusinya.
Saya kemudian beralih membaca karya-karya Dr Ali Syariati. Saya kumpulkan
buku-buknya. Dari pembacaan saya bahwa Ali Syariati memang beda dengan
Muthahhari dalam pemikiran dan cara pandang atas Islam. Syariati dalam ranah intelektualnya fokus pada masalah sosial dan
perubahan masyarakat serta berani mengkritik ulama. Sedangkan Muthahhari lebih melihat hal-hal yang disepakati atau menjadi pandangan umum dari kalangan ulama seperti Khomeini.
Dalam karya Syariati, lebih banyak berbicara pada tema manusia dan
sejarah. Saya menemukan pemikiran
Syariati berkaitan dengan sejarah, khususnya pada manusia yang berperan sebagai
penggerak sejarah dan perjalanan manusia dalam ruang dan waktu yang dikaji
secara filsafat sejarah.
Menurut
saya, Syariati memiliki konsern dalam sejarah dan masyarakat sehingga berkaitan
dengan bidang garapan kuliah saya, khususnya ilmu sejarah. Ini hanya pandangan
pribadi saya, bisa jadi orang lain tidak demikian. Anda juga boleh komentar. *** (ahmad sahidin)