Minggu, 15 Maret 2015

Apa yang Salah dengan Aceh?

Aceh, serambi Mekah, dikenal sebagai kawasan yang mayoritas beragama Islam. Dan Aceh pula dalam sejarah tercatat sebagai pintu masuknya da`i-dai` muslim dari Persia, Arab dan Gujarat ke Nusantara. Karena itu tak heran bila Aceh melahirkan para ulama yang berilian seperti Syekh Hamzah Fansuri, Syekh Abdul Rauf Al-Sinkili, Syamsuddin As-Sumatrani dan lain sebagainya.

Berkaitan dengan ini, ada hasil penelitian yang menarik berkaitan dengan Aceh dari sejarahwan muslim Azyumardi Azra. Menurut Azra bahwa Aceh secara kebudayaan dipengaruhi tradisi Persia. Beberapa batu nisan dan kubah kuburan yang dipakai para raja Kesultanan Aceh sekitar Abad 15-17 Masehi sangat khas coraknya dengan kubah dan batu nisan yang terdapat di Persia (Iran). Bahkan tradisi “Kanji Acura” yang diselenggarakan masyarakat muslim Aceh tiap bulan Muharram dan  “Basapah” di bulan Shafar adalah warisan dari para sufi dan pedagang muslim dari Persia yang bermahzab syiah.

Aceh juga kita kenal sebagai wilayah yang begitu gigih dalam menentang penjajahan bangsa asing. Sebutlah Teuku Cik Ditiro, Cut Nyak Dien dan Teuku Umar, merupakan pahlawan bangsa yang tidak boleh kita lupakan perannya. Bahkan masyarakat Aceh-lah yang membiayai pembelian pesawat terbang pertama untuk Indonesia di pasca proklamasi RI. Karena begitu besarnya rasa memiliki negeri ini, sampai-sampai di masa Soeharto Aceh telah merelakan kekayaan alam (bahan-bahan tambang dan minyak) untuk diambil sebanyak-banyaknya ke pusat. 

Namun di akhir masa Orba pula sebagian warga Aceh kecewa—air susu dibalas air tuba—karena pembangunan dan kesejahteraan rakyat kurang diperhatikan pemerintah pusat. Akhirnya, muncul gerakan separatisme—yang akarnya telah ada sejak akhir masa Orla di bawah pimpinan Daud Beureuh dengan nama DI/TII—yang kini disebut GAM (Gerakan Aceh Merdeka) yang berkeinginan lepas dari Negara Kesatuan Republik Indonesia dan mendirikan negara Islam (Daarul Islam). 

Terjadilah perang-perang kecil antara TNI dengan mengatas-namakan DOM (Daerah Operasi Militer) melawan GAM yang menuntut keadilan dan kemerdekaan dibeberapa wilayah Aceh. Baik media cetak maupun elektronik tak henti menyajikan ulasan/liputan pertumpahan darah dan penguburan masal.


Mungkin sudah takdir bahwa Aceh tidak bisa lepas dari masalah kemanusiaan. Buktinya pada Ahad, 26 Desember 2004 lalu, mereka harus menerima kenyataan yang memilukan seluruh bangsa Indonesia. Gempa bumi berskala 8,9 richter dan gelombang tsunami telah menelan korban ribuan jiwa beserta harta-benda yang hancur rata di atas tanah Nanggroe Aceh Darussalam. Apa yang salah dengan Aceh? Silakan dijawab! *** (ahmad sahidin)