Kamis, 19 Maret 2015

Managemen Qalbu (MQ): Sebuah Pengantar (4)

Ada beberapa penyakit qalbu yang kadang terus hinggapi dan gugurkan amaliyah ibadah seorang Muslim. Menurut Imam al-Ghazali, bahwa penyakit qalbu bermuara pada hasad (iri), riya’ dan ‘ujub atau takabbur. Ketiga penyakit ini merupakan induk dari semua penyakit qalbu lainnya.

Penyakit hasad atau dengki adalah sikap tidak suka melihat orang lain mendapat nikmat dan mengharapkan nikmat itu lenyap darinya. Sedangkan kibr atau sombong merupakan penyakit qalbu, yang pelakunya kadang menganggap remeh orang lain. Rasulullah SAW bersabda, “kibr itu menolak kebenaran dan meremehkan orang lain" (HR.Muslim).

Ada pun penyakit riya ini berkaitan dengan keinginan untuk menanpakkan diri sekaligus ingin dianggap yang paling wah dan hebat atau lainnya di hadapan orang lain.


]Jika kita cermati ketiga jenis penyakit kronis ini, bahkan penyakit-penyakit qalbu lainnya serta kerusakan yang ditimbulkannya sejatinya berpangkal dari ‘virus’ cinta dunia (hubb al-dunya)  yang berlebihan.

Akibat terlalu cinta dunia, rasa iri terhadap nikmat yang dimiliki orang lain akan mulai menyelinap dalam qalbu-nya. Lalu muncul sifat sombong, karena telah merasa memiliki segalanya, kemudian bersemi keinginan untuk memamerkan apa yang telah diperolehnya. Dari sini kemudian tumbuh sikap menghalalkan segala cara asal tujuan dapat tercapai. Yang penting hasil. Tak peduli bagaimana proses yang dilaluinya. 

Adapun terapi atau pengobatan yang ditawarkan Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, untuk menangani berbagai penyakit qalbu di atas adalah:

 1) Memaksakan dirinya selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT dimana pun berada. Bila seluruh hidupnya sudah diarahkan pada Allah, maka qalbunya akan selalu mengajak dan mendorong pemiliknya untuk menemukan ketenangan dan ketentraman bersama Allah SWT. Sehingga tatkala itulah ruh benar-benar merasakan kehidupan, kenikmatan dan menjadikan hidup lain daripada yang lain, bukan kehidupan yang penuh kelalaian dan berpaling dari tujuan penciptaan manusia.

 2) Tidak bosan berdzikir. Di antara sebagian tanda sehatnya qalbu adalah tidak pernah bosan untuk berdzikir mengingat Allah SWT. Tidak pernah merasa jemu untuk mengabdi kepada-Nya, tidak terlena dan asyik dengan selain-Nya, kecuali kepada orang yang menunjukkan ke jalan-Nya, orang yang mengingatkan dia kepada Allah atau saling mengingatkan dalam kerangka berdzikir kepada-Nya.

 3) Menyesal jika luput dari berdzikir. Qalbu yang sehat di antara tandanya adalah, jika luput dan ketinggalan dari dzikir dan wirid, maka dia sangat menyesal, merasa sedih dan sakit melebihi sedihnya seorang bakhil yang kehilangan hartanya.

4) Rindu beribadah. Qalbu yang sehat selalu rindu untuk menghamba dan mengabdi kepada Allah, sebagaimana rindunya seorang yang kelaparan terhadap makanan dan minuman.

5) Khusyu` dalam shalat. Qalbu yang sehat adalah jika dia sedang melakukan shalat, maka dia tinggalkan segala keinginan dan sesuatu yang bersifat keduniaan. Sangat memperhatikan masalah shalat dan bersegera melakukannya, serta mendapati ketenangan dan kenikmatan di dalam shalat tersebut. Baginya shalat merupakan kebahagiaan dan penyejuk hati dan jiwa.

6) Selalu introspeksi dan meperbaiki diri. Qalbu yang sehat senantiasa menaruh perhatian yang besar untuk terus memperbaiki amal, melebihi perhatian terhadap amal itu sendiri. Dia terus bersemangat untuk meningkat kan keikhlasan dalam beramal, mengharap nasihat, mutaba'ah (mengontrol) dan ihsan (seakan-akan melihat Allah) dalam beribadah, atau selalu merasa dilihat Allah). Bersamaan dengan itu dia selalu memperhatikan pemberian dan nikmat dari Allah SWT serta kekurangan dirinya di dalam memenuhi hak-hakNya.


Jika semua yang disebut sudah tertanam dalam diri, menurut Ibnu Qayyim, maka ia bisa disebut Muslim yang sehat qalbu dan layak disebut hamba Allah.