Kamis, 12 Maret 2015

Negeri yang Berguncang

Kita harusnya sadar di negeri ini bukannya membaik, malah tambah semraut dan seolah tidak berakhir. Coba tengok korban tsunami di Aceh dan korban gempa berkekuatan 8,7 skala richter di Nias, yang menelan ribuan jiwa. Di Leuwi Gajah, Cimahi, tumpukan sampah longsor menimbun rumah warga dan menelan korban. Kawasan Bandung Selatan pun kena banjir.

Begitu juga tanah dan bebatuan di sekitar Cadaspangeran, Sumedang, kini mulai berguguran dan itu menjadi tanda bakal timbulnya longsor. Tak kalah Gunung Tangkubanparahu pun unjuk gigi dengan letupan-letupan magmanya, bahkan Gunung Cireme di Kuningan dan Gunung Krakatau di sebelah barat Pulau Jawa kini dinilai mulai aktif. Kemarin tsunami Pangandaran dan gempa Yogyakarta serta banjir di Aceh dan tempatb lainnya. Juga kasus lumpur panas dan peswat hilang. Ini semua memilukan bagi masyarakat kita. Inilah pekerjaan rumah yang cukup berat sejak mengevakuasi mayat hingga soal pangan, sandang, papan, dan nasibnya di masa depan.


Bila kita amati fenomena yang menyangkut alam ini sangat berkaitan dengan kerusakan alam. Longsor dan banjir misalnya, diakibatkan oleh manusia-manusia yang mengeksploitasi kekayaan hutan, hingga hutan tidak mampu lagi menahan curahan air hujan dan terus mengalir ke hilir mengakibatkan bencana alam terjadi.

Bisa juga musibah alam terjadi dikarenakan terjadi alamiah dan dikehendaki Sang Maha Pencipta, Khalik. Jika memang alasan yang kedua, maka harus kembali melakukan muhasabah dan mulailah bertobat dari semua tindakan dosa! Ingatlah bahwa diri kita, keluarga, dan lingkungan serta alam dunia ini adalah amanah yang akan diminta pertanggungjawabannya, di akhirat dan juga di dunia ini. Bencana alam adalah buktinya.

Namun bila dikarenakan yang pertama, maka bantulah para ahli geologi, vulkanologi, dan sebagainya dengan tetap menjaga dan menyadarkan masyarakat di sekitar kita agar tidak membuang sampah sembarangan, mulai memperhatikan dan menanam kembali pepohonan di bukit-bukit yang gundul, dan peliharalah lingkungan sekitar kita. Inilah tindakan riil yang bisa kita lakukan bersama dalam rangka memperbaiki alam.

Masalah demi masalah datang beruntun dan seakan-akan ada sknenario yang tengah dijalankan. Mirip sebuah keponggahan pihak tertentu yang hendak menguasai dan menjadikan kita bertekuk lutut di hadapannya.

Yang mencolok adalah, kasus Ambalat. Kasus ini memang sangat berkaitan dengan eksistensi negara di mata bangsa internasional. Memang harus dituntaskan dan kini saatnya kita “unjuk-gigi” di hadapan mereka yang menganggap kita sebagai bangsa yang lembek dan tidak pernah peduli terhadap pulau-pulaunya.

Persoalan selanjutnya adalah kenaikan BBM yang mencapai rata-rata 30%. Kenaikan BBM ini seringkali dijadikan alasan atas naiknya ongkos transportasi dan kebutuhan pokok yang naik mencapai sekitar 10%. Meskipun diembel-embeli untuk kesejahteraan rakyat, tetap saja fakta menunjukkan sebagai petaka di masyarakat, terutama bagi yang berpenghasilan tetap dan yang menengah ke bawah akan merasakan beratnya kebijakan ini. Karena ketika terjadi kenaikan BBM gaji dan penghasilan mereka tidak ikut naik pula. Inilah masalahnya, karena para pedagang, sopir angkutan umum, dan semua pihak yang terlibat dalam hubungan sosial-ekonomi seringkali menaikan harga sekehendak hati.

Titik persoalan di atas pantas menjadi perhatian para pejabat kita, terutama kontrol yang sistematis terhadap pelbagai kebijakan-kebijakannya dan pemerintahlah yang bertanggung jawab sepenuhnya.

Bila tetap tidak peduli dan tetap saja hanya dijadikan wacana-wacana elit, maka inilah sebuah kejahatan yang tak terampuni. Inilah kejahatan yang pantas dikenai hukuman yang sebesar-besarnya. Rasulullah SAW bersabda, barangsiapa yang berkhianat terhadap suatu amanah, dan ia tidak menjalankan amanah tersebut, kemudian mati menjemputnya; maka matinya bukan sebagai pengikutku.

Sebagaimana yang difirmankan Allah SWT , “Dan orang-orang yang mengerjakan kejahatan, balasan yang setimpal dan mereka ditutupi kehinaan. Tidak ada bagi mereka seorang pelindung pun dari Allah, seakan-akan muka mereka ditutupi dengan kepingan-kepingan malam yang gelap gelita. Mereka itulah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya “ (QS Yunus [10] : 27).