Kamis, 05 Maret 2015

Jika Ibadah Jumatan Berganti Hari?

 Jika ibadah jumatan berganti hari? Pasti tak lumrah dan dianggap sesat. Lagi-lagi kata itu yang seringkali kita takutkan untuk berbuat sesuatu yang baru dalam agama kita.

Heretis. Mungkin itu sebutan yang akan melekat pada orang yang melakukan sebuah aktivitas yang tak sesuai dengan aturan yang terdapat dalam agama. Jangan dikira hanya di Islam saja adanya orang-orang yang berbuat heretis. Mungkin pada agama lain pun ada. Salah satunya, kasus pecahnya Kristen menjadi Protestan dan Katolik serta Ortodok. Dalam agama Budha dan Hindu pun terjadi.


Namun terlepas dari persoalan tersebut, saya menganggap bahwa heretisme, atau bid`ah--dalam istilah Islam—merupakan sebuah inovasi sekaligus bentuk syukur dari penggunaan akal atau daya pikir. Bukankah Allah dalam al-quran pun sangat menjungjung beberapa derajat mereka yang menggunakan akal atau pemikirannya. Setiap kali berpikir, berarti menggunakan potensi yang telah diberikan Allah pada kita. Tapi bila kita tidak menggunakannya, biasanya disebut tak bersyukur. Benarkah menggunakan akal dengan sebaik-baiknya merupakan wujud syukur? Bisa ya dan juga tidak.

Ya, karena memang sejarah telah membuktikan bahwa lahirnya peradaban Islam yang gemilang dengan khazanah intelektual itu muncul berkat optimalisasi akal. Banyak karya yang hingga kini ditertjemahkan adalah karya-karya akal juga. Termasuk hadirnya bangunan megah dan teknologi canggih di dunia juga karya akal.

Jadi, memang akal telah memberikan sumbangan yang cukup besar bagi kebudayaan manusia. Terlepas dari ketidaksepakatan orang terhadap dominannya akal dalam mengurusi persoalan agama, namun yang jelas akal itu sangat berfungsi dalam memahami perkembangan keberagamaan kita.

Kembali ke persoalan tajuk di atas. Bila Jum'atan Berganti Hari? Bolehkah? Ya, mungkin bagi yang berbeda pemahaman Islamnya sih boleh. Ibadah Jumat pada dasarnya adalah ganti dari shalat dzuhur. Bahkan diperbolehkan bila kita tak mengikuti ibadah Jumat, boleh digantikan dengan shalat dzuhur.

Tapi bila dipindah waktu dan harinya? Hmm ini yang cukup rumit. Sebab saya bukan pemilik aturan, saya hanya pengamal aturan dari Tuhan Yang Mahabenar. Ya itu pun hanya sedang berusaha. Tapi yang jelas, bila memang ada yang ingin mengadakannya di waktu dan hari lain, tentu harus punya dasar yang kuat.

Salah satunya, ia harus membuat agama baru yang mewajibkan ibadah Jumatnya diganti-ganti. Kemudian, ia cari pengikut yang mau menjadi bagian dari komunitasnya itu. Terakhir, ini yang harus diwaspadai, jangan pernah mengajak mereka yang sudah yakin bahwa Ibadah Jum`at dilaksanakannya hari Jum`at bukan hari-hari libur atau selain hari Jum`at.

Jadi, mungkinkah bila Jum'atan berganti hari? [ahmad sahidin]