Jika ibadah jumatan berganti hari? Pasti tak lumrah dan dianggap
sesat. Lagi-lagi kata itu yang
seringkali kita takutkan untuk berbuat sesuatu yang baru dalam agama kita.
Heretis. Mungkin
itu sebutan yang akan melekat pada orang yang melakukan sebuah aktivitas yang
tak sesuai dengan aturan yang terdapat dalam agama. Jangan dikira hanya di
Islam saja adanya orang-orang yang berbuat heretis. Mungkin pada agama lain pun ada. Salah satunya,
kasus pecahnya Kristen menjadi Protestan dan Katolik serta Ortodok. Dalam agama
Budha dan Hindu pun terjadi.
Namun terlepas
dari persoalan tersebut, saya menganggap bahwa heretisme, atau bid`ah--dalam
istilah Islam—merupakan sebuah inovasi sekaligus bentuk syukur dari penggunaan
akal atau daya pikir. Bukankah Allah dalam al-quran pun sangat menjungjung
beberapa derajat mereka yang menggunakan akal atau pemikirannya. Setiap kali
berpikir, berarti menggunakan potensi yang telah diberikan Allah pada kita.
Tapi bila kita tidak menggunakannya, biasanya disebut tak bersyukur. Benarkah
menggunakan akal dengan sebaik-baiknya merupakan wujud syukur? Bisa ya dan juga
tidak.
Ya, karena memang
sejarah telah membuktikan bahwa lahirnya peradaban Islam yang gemilang dengan
khazanah intelektual itu muncul berkat optimalisasi akal. Banyak karya yang
hingga kini ditertjemahkan adalah karya-karya akal juga. Termasuk hadirnya
bangunan megah dan teknologi canggih di dunia juga karya akal.
Jadi, memang akal
telah memberikan sumbangan yang cukup besar bagi kebudayaan manusia. Terlepas
dari ketidaksepakatan orang terhadap dominannya akal dalam mengurusi persoalan
agama, namun yang jelas akal itu sangat berfungsi dalam memahami perkembangan
keberagamaan kita.
Kembali ke
persoalan tajuk di atas. Bila Jum'atan Berganti Hari? Bolehkah? Ya, mungkin
bagi yang berbeda pemahaman Islamnya sih boleh. Ibadah Jumat pada dasarnya
adalah ganti dari shalat dzuhur. Bahkan diperbolehkan bila kita tak mengikuti
ibadah Jumat, boleh digantikan dengan shalat dzuhur.
Tapi bila
dipindah waktu dan harinya? Hmm ini yang cukup rumit. Sebab saya bukan pemilik
aturan, saya hanya pengamal aturan dari Tuhan Yang Mahabenar. Ya itu pun hanya
sedang berusaha. Tapi yang jelas, bila memang ada yang ingin mengadakannya di
waktu dan hari lain, tentu harus punya dasar yang kuat.
Salah satunya, ia
harus membuat agama baru yang mewajibkan ibadah Jumatnya diganti-ganti.
Kemudian, ia cari pengikut yang mau menjadi bagian dari komunitasnya itu.
Terakhir, ini yang harus diwaspadai, jangan pernah mengajak mereka yang sudah
yakin bahwa Ibadah Jum`at dilaksanakannya hari Jum`at bukan hari-hari libur
atau selain hari Jum`at.
Jadi, mungkinkah
bila Jum'atan berganti hari? [ahmad sahidin]