Jumat, 03 April 2015

Mengurai Kembali Makna Budaya

Berkaitan dengan budaya, ada yang menarik tentang istilah budaya. Menurut kirata (kira-kira nyata) berasal dari  kata  budi, yang artinya potensi yang ada pada manusia; dan daya, yang berarti optimalisasi sepenuhnya. Sehingga bila disatukan menjadi budaya yang didefinisikan sebagai hasil kreatifitas potensi manusia yang diproses hingga mewujud dalam bentuk aktual yang ada dalam kehidupan manusia.

Saya juga menemukan istilah budaya berasal dari bahasa Sanskerta, yaitu buddhayah (yang merupakan jamak dari kata budi=akal). Almarhum Endang Saefudin Anshari menyatakan, budaya merupakan istilah lain dari culture, yang pada mulanya diambil dari kata kerja bahasa Latin, yaitu colo/colore, diartikan yang membuat, mengolah, mengerjakan dan mendiami. Pada masa Yunani klasik Herodotus (hidup abad 5 SM) dengan tulisan epos menceritakan persoalan kebudayaan dengan istilah arke. Lalu di abad pasca pertengahan digantikan dengan istilah etnografi atau etnology.


Kemudian pada awal abad 20, tepatnya di Inggris bahwa masalah-masalah yang berhubungan dengn manusia termasuk unsur-unsur kebudayaan yang kompleks diintegrasikan oleh para tokoh Barat dengan istilah antropology dan tahun 1964-an lahirlah istilah cultural studies. Disiplin cultural studies ini di Indonesia telah dijadikan salah satu konsentrasi Studi Magister pada Program Pascasarjana Universitas Indonesia, Jakarta. 

Mungkin karena perubahan istilah studi budaya inilah yang menjadikan UGM dan UI melakukan sentralisasi studi humaniora, filsafat, sastra dan ilmu-ilmu sosial pada Ilmu Pengetahuan Budaya sebagai pusat (ilmu) pengetahuan.

Dari perubahan istilah studi budaya itu, saya kira budaya bisa dimaknai sebagai perwujudan aktual dari cipta-karsa-karya manusia yang dalam perjalanannya mengalami perkembangan yang dinamis. Contohnya kendaraan yang digunakan manusia. Dulu manusia menggunakan binatang sebagai kendaraan. Karena ada keterbatasan kapasitas maka diciptakan kereta gerobak, motor dan mobil, kereta api dan kapal terbang. Atau perkakas rumah tangga seperti alat minum yang mulanya dari kui (potongan dari bambu) atau bekong (dari batok kelapa); lalu menggunakan kendi (dari tanah liat) dan sekarang menggunakan gelas (dari keramik, plastik maupun kaca).

Dari hal di atas jelas bahwa proses perubahan budaya (dan istilah studi budaya) berkembang sesuai dengan kebutuhan, efesiensi, dan pengaruh-pengaruh yang masuk pada lokalitas-lokalitas budaya yang ada di masanya. Karena di dalamnya ada "hal-hal" yang dihasilkan dari potensi-potensi manusia, maka kemudian disebut dengan istilah kebudayaan. Yakni kebudayaan dalam arti kompleks karena tidak pernah ada yang disebut "budaya-murni" atau beridentitas tunggal, tetapi bersifat "plural" yang di dalamnya ada sub-sub budaya; dan satu sama lain berbeda namun keberadaannya dalam satu wadah yaitu kebudayaan.

Ada juga yang disebut dengan peradaban. Samuel P. Huntington mendefinisikannya sebagai pengelompokkan menusia tertinggi dan tingkat identitas kebudayaan yang luas; yang membedakan satu kelompok dengan kelompok masyarakat lainnya. Atau rumpun yang mempunyai persamaan  bahasa, sejarah, agama, institusi budaya dan identitasnya.

Ada pun yang menyatukan sekelompok masyarakat ke dalam satu peradaban adalah kesamaan nilai-nilai agama dan tata sosial yang dipelihara sebagai bentuk kehidupannya; atau "entitas" budaya yang memiliki keragaman budaya yang lebih luas, tidak terikat, dan bahkan bisa keluar dari standar yang baku. *** (ahmad sahidin)