Selasa, 07 Maret 2023

SMP Bahtera, Sekolah yang Menanamkan Akhlak Nabi

Mungkin sudah takdir. Mungkin sudah ketentuan dan pilihan bahwa memberikan layanan ilmu pada anak manusia adalah aktivitas yang mesti dijalani dalam keseharian. Meski tidak punya latar belakang pedagogik, tetapi saya dapat bergabung dalam lembaga pendidikan tingkat menengah pertama di SMP Bahtera, yang berlokasi di Arcamanik Endah Bandung. 

Awalnya saya tidak memahami, mengapa diberi nama Bahtera? Ternyata itu akronim dari "Berakhlaq & Terampil", yang fokus pada karakter dan kecakapan hidup (lifeskills). 

Jadi, selain memberikan pengajaran dan pendidikan dengan mata pelajaran yang reguler, sekolah Bahtera ini membekali murid-muridnya agar mampu mengikuti perkembangan zaman. Mulai dari penguasaan teknologi informasi, spiritualitas Islam, pembiasaan hidup selaras dengan nilai kebangsaan Indonesia. 

Lifeskills yang diberikan pada murid Bahtera di antaranya tata boga, financial, elektronika dasar, mengetik sepuluh jari, desain grafis, communication skills, social skills, strimin skills, happiness skills, dan coping skills. Itu semua masuk menjadi pelajaran yang diberikan pada murid secara berjenjang dari kelas 7 kemudian kelas 8 dan kelas 9. Sehingga lulus dari sekolah Bahtera, bukan hanya pelajaran reguler yang diperoleh juga pendidikan lifeskills. Ini yang menjadi khas sekolah Bahtera di Bandung.

Selain itu, yang khas dan menjadi budaya keseharian di Sekolah-sekolah yang berada di bawah naungan Yayasan Muthahhari adalah membaca shalawat sebagai bentuk kecintaan kepada Baginda Nabi Muhammad saw. 

SMP Bahtera Bandung merupakan rintisan dari sosok cendekiawan Muslim (almarhum) Dr Jalaluddin Rakhmat. Tampaknya, sosok yang biasa disapa Kang Jalal ini, yang memimpin dan membina Sekolah-sekolah Muthahhari di Bandung, menyadari betul sejak dini dari SD (Sekolah Cerdas Muthahhari) kemudian SMP (Bahtera dan Muthahhari di Kabupaten Bandung) hingga SMA (Muthahhari) bahwa generasi Muslim penting mengenal teladan utama yakni Rasulullah SAW. Sebab dari baginda Nabi, semangat belajar, kesabaran, ketekunan, dan akhlak dipelajari kemudian ditanam pada jiwa anak-anak yang kelak menjadi generasi masa depan bangsa Indonesia. Akhlak Nabi ditanamkan pada mereka saat menyatu dalam kurikulum dan diwujudkan pada sikap belajar mengajar alias aktivitas pendidikan. Dengan semangat surah Arrahman ayat 1 dan 2, seorang Allamah (Guru) yang menyampaikan pengetahuan harus punya sifat/karakter kasih sayang seperti Rasulullah Saw. Aspek kasih sayang ini kerap menjadi acuan kala seorang guru Sekolah Muthahhari memberikan pengajaran. 

Dengan modal cinta dan meneladani Nabi, maka semangat membangun masa depan Indonesia melalui pembentukan karakter generasi masa depan adalah bagian dari khidmat umat Islam. Tentu khidmat ini bisa dikatakan ibadah karena menciptakan masa depan yang lebih baik. Tanpa teladan Nabi, maka membentuk generasi baru yang lebih dari generasi sebelumnya, maka tidak bisa diwujudkan. Tidak percaya? Yuk kita riset tentang krisis manusia di Indonesia! *** (ahmad sahidin)