Sabtu, 13 September 2025

Buku Rindu Rasul: Jemputlah Dia yang Menggumamkan Namamu!

Ini bagian perdana isi buku Rindu Rasul karya Kang Jalal. Dibuka dengan penuturan Kang Jalal tentang kesadaran awal cinta kepada Baginda Nabi Muhammad SAW. Masih ingat dengan kisah Mas Darwan. Inilah yang membangun kesadaran cinta Kang Jalal kepada Rasulullah SAW dan Keluarganya. 


Mas Darwan, pensiunan pegawai kereta api dengan keterbatasan pendengaran. Ia mengabdi kepada Kang Jalal. Sehari-hari memanfaatkan lahan rel kereta, mencangkul, dan menanaminya dengan ubi. Satu hari saat mencangkul dan tidak mendengarkan suara kereta, ia tersenggol kereta. Dibawa ke rumah sakit dan keadaannya ripuh (parah). Mas Darwan meminta istrinya untuk mendekatkan telinganya. Ia berbisik dan tertidur. Kemudian ada kabar Mas Darwan wafat. 

Satu hari Kang Jalal didatangi istri Mas Darwan dengan membawa makanan. Kang Jalal menolaknya karena tidak mau menerima makanan dari tahlilan. Istri Mas Darwan menyebutkan ini bukan tahlilan tapi bentuk syukur perayaan maulid Nabi. Karena Mas Darwan berpesan saat di rumah sakit bahwa agar membuat selamatan untuk kelahiran Nabi Muhammad Saw. 

Kang Jalal tersentuh mendengarnya. Bayangkan pada masa akhir hidup, Mas Darwan tidak ingat dengan ubi dan keluarga, tapi hanya ingat dengan Rasulullah SAW. Dari sini Kang Jalal terharu dan tumbuh minat yang besar pada sosok Nabi. Kang Jalal sebut Mas Darwan adalah orang cinta Nabi. Ia mendahulukan Rasulullah di atas dirinya. 

Dari Mas Darwan ini, Kang Jalal mulai membaca dan menelusuri sahabat yang dekat dengan Rasulullah SAW yang menampakkan cinta kepada Nabi. Di antara sahabat Nabi yang disebut oleh Kang Jalal yakni Miqdad al-Aswad dan Saad bin Muadz, Zaid bin Datsanah, pedagang minyak, Thalhah bin Barra, dan Ali bin Abu Thalib. Mereka menunjukkan kecintaan luar biasa pada sosok Nabi Muhammad SAW. 

Misalnya Miqdad dan Saad, termasuk sahabat patuh dan taat kepada Nabi. Saat hendak Perang Badar, diberi pilihan antara menyerang kafilah dagang Abu Sufyan atau memerangi pasukan Quraisy. Orang-orang Islam kebanyakan memilih kafilah dagang. Sedangkan Nabi menghendaki melawan kafir Quraisy karena menampakkan identitas Islam dan terbukti kemenangan di pihak pasukan Islam. Zaid bin Datsanah oleh Abu Sufyan ditawari agar duduk di tengah keluarganya, sedangkan Nabi Muhammad saw disiksa kaum Quraisy. Zaid berkata: "Tidak, demi Allah. Aku tidak suka duduk bersama keluargaku sementara sebuah duri menusuk Muhammad." 

Selanjutnya kisah pedagang minyak yakni tiap hari datang ke rumah Nabi. Menatap Nabi kemudian pergi ke tempatnya berdagang. Pernah satu hari sampai duakali datang ke rumah Nabi dan memandangnya agak lama. Satu pekan kemudian tidak tampak datang ke rumah Nabi. Rasulullah SAW  bertanya tentang pedagang minyak. Ada yang mengabarkan wafat. Nabi menziarahi kuburnya dan mendoakannya. Nabi berkata: "Karena kecintaannya kepadaku, Allah mengampuni dosa-dosanya." 

Kemudian sahabat muda bernama Thalhah bin Barra datang kepada Nabi. Thalhah memeluk dan mencium telapak kaki Nabi. Diceritakan bahwa Nabi menguji kesetiaan Thalhah dengan menyuruh untuk membunuh ayahnya. Thalhah langsung berangkat menuju kediamannya. Namun, Nabi segera memanggil kembali dan mengatakan hanya menguji kesetiaannya. 

Terakhir tentang Ali bin Abu Thalib karomallohu wajhah, yang rela menyerahkan jiwa dengan menggantikan di ranjang Nabi saat peristiwa malam hijrah. Pasukan musuh menyiapkan pembunuhan secara bersama pada Nabi Muhammad SAW. Namun, itu tidak berhasil. Saat masuk ke dalam rumah, ternyata Nabi tidak ada dan yang tertidur hanya Ali bin Abu Thalib. Para musuh merasa kesal dan menumpahkan kemarahan kepadanya.

Semua yang disebutkan di atas menunjukkan makna cinta kepada Rasulullah SAW. Rela mengorbankan jiwa raga dan mengedepankan cinta Rasulullah SAW. Bisakah kita seperti mereka? Ini layak direnungkan.

Kita generasi sekarang layak untuk mengambil ibrah dan menerapkan nilai-nilai teladan mereka dalam keseharian kita. Hatur nuhun. Cag!