Saya ingin kembali berbagi tentang sekolah tempat saya mengajar. Sekolahnya bernama SMP Bahtera Bandung. Di bawah Yayasan Muthahhari, yang kerap disebut sekolahnya almarhum Kang Jalal. Memang benar ini sekolah yang didirikannya. Beda dengan sekolah Muthahhari di Kabupaten Bandung, di Kota Bandung ini mendirikan SMP Bahtera. Akronim dari “Berakhlak dan Terampil”, yang juga disematkan “Bahagia dan Sejahtera”. Nama memang bagian dari doa. Moga terwujud sesuai dengan harapan sang pendiri.
Sebagai pengajar, saya heran dengan sekolah ini. Pasalnya tidak menitikberatkan pada pelajaran ilmu-ilmu Islam, tetapi pada lifeskills dan menanamkan karakter positif (akhlaq karimah). Inilah khas SMP Bahtera Bandung.
Menariknya di Bahtera, berdasarkan arahan dari Dewan Pembina Sekolah Muthahhari
KH Miftah Rakhmat bahwa tingkat sekolah menengah (SMP Bahtera) fokus pada
empati. Saya memahami pilihan didasarkan pada terlalu luas dimensi akhlak dan
tidak mungkin seluruh teladan Nabi Muhammad Saw bisa diwujudkan atau diajarkan
di sekolah. Karena itu, empati sebagai nilai dari akhlak Nabi yang diambil untuk
menjadi khas SMP Bahtera.
Lantas, apa dan mengapa ada
pembelajaran lifeskills? Dari sejak dasar sampai perguruan tinggi, pendidikan
di negeri ini secara umum bercorak teoritis dan tidak dengan kenyataan hidup
yang dialami murid. Dengan lifeskills, murid diperkaya dengan wawasan dan
pilihan aktivitas nyata yang kelak (mudah-mudahan) menjadi pilihan aktivitas
dari lifeskills yang pernah dipelajarinya.
Karena berbasis
kecakapan hidup, maka dalam proses pembelajaran disesuaikan dengan konteks
materi. Misalnya, untuk tata boga para murid diajak datang ke restoran. Mereka
ngobrol dengan juru masak dan melihat cara mengolah bahan serta memasak sampai
cara menyajikan.
Dengan didampingi guru,
pertemuan berikutnya di sekolah para murid merencanakan akan masak apa dan di
antara mereka pun membagi tugas yang harus dibawa meliputi peralatan dan
bahannya. Kemudian pekan berikutnya para murid memasak dan hasilnya dinikmati
bersama, bahkan dijual pada adik kelas atau kakak kelasnya. Dari lifeskill tata
boga ini dapat diketahui ada pembelajaran tentang membuat projek dan menjalaninya
sampai tuntas. Aspek kerjasama dan tanggung jawab menjadi tujuan dari
lifeskills ini. Lifeskills lainnya pun syarat dengan nilai-nilai karakter yang
dicanangkan pemerintah melalui kurikulum nasional.
Nah, hanya itu yang
dapat saya bagikan selaku orang yang terlibat dalam proses pembelajaran. Insya
Allah, nanti dilanjutkan ceritanya. Ini hanya sekadar berbagi yang saya ketahui
tentang SMP Bahtera di Bandung. *** (Ahmad Sahidin)