Sabtu, 07 Januari 2023

Geliat Novel Indonesia (Kontemporer) [by AHMAD SAHIDIN]

SEKARANG ini dunia sastra, khususnya novel di Indonesia, ramai dengan novel sejarah dan profetis. Beberapa penerbit, pada awal 2009 dan 2010 terlihat banyak yang menerbitkan novel-novel bernuansa sejarah dan profetis. Tidak sedikit yang menerbitkan terjemahan dari karya-karya novel Timur Tengah dan Barat. Isi dan bentuk penulisannya bermacam-macam. Dari mulai yang sekadar bernostalgia dengan kehidupan ideal pada masa dahulu, berisi ajaran agama atau dakwah, serta ada yang memberikan penafsiraan baru atas setiap peristiwa profetis.

 Tasaro dan Idrus

Di negeri kita ada nama Tasaro GK dan Idrus Shahab. Keduanya adalah novelis Indonesia yang mempunyai semangat untuk membangun dunia sastra Indoesia menjadi lebih hidup dengan menawarkan tulisan baru tentang sosok besar dan mulia Muhammad saw. 

Tasaro dan Idrus, jika dilihat dari perkembangan novel, telah memperkaya khazanah intelektual atau kesusatraan Islam Indonesia. Apa alasan dan buktinya kalau novel keduanya memberikan pencerahan bagi pembaca kita? 

Pertama, Tasaro dalam novel “Muhammad: Lelaki Penggenggam Hujan” (yang diterbitkan Bentang Pustaka) sedang mencoba menyatukan dua versi sejarah Muhammad saw (Sirah Nabawiyah) versi Sunni dan Syiah. Dalam novel yang tebalnya lebih dari enam ratus halaman ini, sumbernya mencomot dari literatur yang ditulis para ulama Syiah dan banyak pula dari Sunni. 

Tentu, pembaca awam tidak akan mengetahui yang mana yang termasuk Sunni dan mana yang termasuk dari Syiah dalam novel Tasaro GK. Kalau pembaca yang berasal atau alumni dari Universitas Islam Negeri (UIN), khususnya jurusan Sejarah atau Teologi, akan terlihat. Meskipun begitu, karya ini telah mengenalkan sosok Nabi Islam dengan bahasa yang mudah dicerna karena biasanya orang sangat jarang mau membaca buku-buku sejarah (karena sering dikemas dengan bahasa serius dan tidak lepas dari kontrovesi). Dengan novel ini, pengenalan terhadap sosok mulia lebih gampang karena alur dan babak ceritanya disusun untuk membuat betah membaca dan cepat tersimpan dalam benak. Nah, di sinilah nilai dakwah dengan bahasa pena yang jarang diperhatikan oleh para ulama atau ustadz-ustadz Indonesia. 

Memang ada Habiburahman As-Syirazi yang novelnya laku dan diangkat dalam layar kebar. Namun, novel Syirazi ini jika dilihat dari tema atau ceritanya masih sama dengan novel-novel lama yang umumnya diisi dengan cerita tentang cinta, ketulusaan, pengorbanan, dan cita-cita.   

Kedua,  Idrus Shahab menulis novel berjudul Sesungguhnya Dialah Muhammad. Pada novel ini, Idrus menceritakan tokoh Hadi yang berkunjung kepada kawannya di India kemudian dipertemukan dengan guru di Pesantren Miftahul Ulum, desa Raybarelly. Pertemuan dengan Syaikh Jamaluddin Rampoori sangat berkesan bagi Hadi sehingga berniat untuk menimba ilmu. 

Idrus dengan piawai menggunakan tokoh Syaikh Jamaluddin Rampoori menyampaikan keluhuran akhlak dan syiar dakwah Rasulullah. Paparannya disajikan dalam bentuk obrolan sehingga tema-tema yang dibahas menjadi terasa dekat dengan keseharian, khususnya dalam meneladani akhlak Muhammad saw. 

Pada novel ini, Idrus tidak menyajikan kisah hidup Muhammad saw seperti karya Tasaro GK, tetapi menggunakan bahasa novel (fiksi) untuk menyampaikan keluhuran akhlak dan keagungan Muhammad saw. Bahkan, ia tidak menggunakan seting waktu (kondisi zaman) zaman Arab dahulu sehingga terhindar dari kontroversi yang pernah dilakukan novelis Salman Rusdie dan Abdurrahman Syarqawi. 

Idrus memilih tema-tema kebersihan, kesabaran, ketabahan, rendah hati, sopan santun, keberanian, heroik, keadilan, kebenaran, pemaaf, peduli sesama, cinta persaudaraan, dan ibadah Rasulullah saw menjadi penguat jalinan cerita novel yang diterbitkan Pustaka Hidayah ini. Dari segi penjualan, karya Idrus ini termasuk laku hingga lebih lima kali cetak. 

Sejarah dan Inspirasi Nabi

Selain dua novel profetis tersebut, menjamur pula novel sejarah. Dari mulai kisah Prabu Siliwangi, Perang Bubat, Gajah Mada, Raden Saleh, Samudera Pasai, dan lainnya. 

Novel yang berbau sejarah Sunda, selain sosok Prabu Siliwangi, juga ada karya Saini KM tentang Kesatria Hutan Larangan; semacam pasukan khusus Prabu Siliwangi. Intrik, konflik antar kepala daerah atau pejabat sangat dimunculkan, dan nuansa desa yang gemah ripah loh jinawi pun muncul. 

Kemudian yang terbaru, pada Ramadhan 2010, Penerbit Salamadani menerbitkan empat judul novel inspirasi Nabi karya Fatih Beeman. Masing-masing berjudul:Musa, Sang Penantang Arus”, “Yusuf, Sang Pejuang Mimpi”, “Sulaiman, Sang Penakluk Hati”, dan “Daud, Sang Pemenang”. 

Dilihat dari fisik, novel karya seorang anggota Forum Lingkar Pena (FLP) ini tidak tebal, desain isi sederhana, dan enak dibaca. Apalagi cerita Nabinya dikemas dalam konteks modern, terasa kuat dan ada pesan hidup yang dapat diambil dari masing-masing novel.

 Meskipun memang ada yang harus disempurnakan dari beberapa babak cerita dan alur, tetapi pesan kemanusiaan dan nilai kearifan hidupnya sangat mudah untuk diresapi dan terasa dekat dengan keseharian. Memang inilah esensi dari karya sastra, memberikan pencerahan sehingga manusia kembali “hidup” dan terinsiprasi untuk melakukan sesuatu yang bermakna dalam hidup. Manusia yang berperan dalam hal ini adalah Nabi yang membimbing umat manusia berada pada jalan yang benar. Karena itu, tidak salah jika karya Fatih Beeman ini disebut novel insiprasi Nabi. 

Mengapa Muncul?

Lantas, mengapa bermunculan novel sejarah dan profetis? Entahlah, mungkin sedang "bosan" para pembaca kita sehingga novel percintaan, kesabaran, petualangan, atau pencarian kebenaran malah numpuk di rak-rak toko buku. Jika dilihat dari tema, kadang hampir mirip dengan sinetron sehingga tidak memberikan pencerahan baru atau menawarkan pemahaman kehidupan yang lebih aktual dan menyelesaikan persoalan kemanusiaan. ***