BUKANKAH ada hikmah di balik setiap kisah? Begitulah ujung kalimat yang muncul setiap kali mengakhiri uraian panjang pada kisah-kisah Nabi yang dikupas dalam buku The Prophetic Wisdom: Kisah-kisah Kearifan Para Nabi. Memang kalau dilihat dari judul buku ini bukan sesuatu yang baru. Namun, kupasan dan sajian hikmah yang diungkap oleh Ustadz Miftah Fauzi Rakhmat dalam buku ini terbilang baru dan menyegarkan. Ada hal-hal yang tidak diperkirakan dalam mengambil hikmah dari setiap perjalanan hidup para Nabi Allah.
Sejuk, mengalir, dan mendalam
adalah kesan yang saya dapatkan selama membacanya. Apalagi penulisnya mumpuni dalam
tasawuf dan filsafat Islam maka sajian buku ini menambah rasa renyah dan nikmat
saat menelusuri lembar demi lembar. Tidak terasa, buku yang saya dapatkan
langsung dari penulisnya ini, kurang dari sepekan tuntas dibaca. Biasanya saya
tidak secepat ini dalam membaca buku yang berkaitan dengan agama. Masalah diksi
dan istilah serta kejelimetan penulis dalam menggunakan bahasa yang kadang
membuat saya enggan untuk menyelesaikan baca hingga tuntas. Pada buku ini
kendala tersebut tidak saya dapatkan.
Memang, ada yang kurang—mungkin
diabaikan karena mengejar konten—yaitu sumber bacaan atau referensi yang hanya
muncul pada footnote. Meski buku ini
sebuah refleksi, alangkah baiknya kalau buku-buku yang menjadi sumber bacaan dimuat
dalam daftar pustaka. Kemudian yang terasa mengganggu berkaitan dengan tidak
adanya subbab; padahal dalam satu babnya pembahasan terbagi dalam beberapa
kisah yang disertai hikmahnya.
Selintas kalau melihat fisiknya, buah
pena Ustadz Miftah ini terbilang langka. Kover bukunya sederhana, tapi
mengandung filosofi yang musti ditafsirkan. Lintasan putih mirip kumparan yang
menyedot ke dalam lingkaran merah. Lintasan putih bergelombang ini kalau boleh
ditafsirkan—kemungkinan—adalah fragmen-fragmen kisah hidup umat manusia
sepanjang sejarah. Sedangkan bulatan merah adalah hikmah (wisdom) atau kearifan yang muncul dari fragmen-fragmen kehidupan
umat manusia. Jadi, kearifan dapat diketahui dari lintasan-lintasan berbagai
peristiwa yang pernah dijalani di dunia oleh para pendahulu. Umat manusia yang
hidup pada masa sekarang ini cukup merenungkan dan mengaitkannya dengan kondisi
yang sedang dialaminya. Adakah kesamaannya dengan fragmen-fragmen hidup yang
dialami orang-orang terdahulu yang berhasil mengambil hikmah? Pertanyaan inilah
yang tampaknya dijawab oleh Ustadz Miftah dalam fragmen-fragmen dari setiap
kisah para Nabi Allah: Adam, Idris, Nuh, Hud, Saleh, Ibrahim, Luth, Ismail, dan
Ayub.
Sejarah manusia dari sejak Nabi
Adam as hingga sekarang ini bergerak menuju kesempurnaan. Perbaikan demi
perbaikan, penyempurnaan dari yang belum tuntas, dan daya cipta karya manusia
semakin hari tumbuh berkembang untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Setiap
zaman pasti memiliki kekhasan masing-masing, tetapi hikmah dan nilai-nilai yang
menaunginya terdapat kesamaan. Hikmah dari setiap zaman inilah yang kadang
sulit untuk direguk karena keterbatasan kemampuan kita dalam memahami teks dan
konteks atas kisah demi kisah terdahulu. Akhirnya, kita berani mengabaikan amanat Ilahi
karena nurani dan kesadaran yang terdapat dalam diri (fitrah) tidak muncul.
Banyak faktor yang membuat
kesadaran dan nurani manusia tidak tergugah,di antaranya kecenderungan pada
materi, sombong, iri, dan rakus. Adam dan Hawa jatuh karena rakus. Sudah diberi
keleluasaan hidup di surga, tetap tertarik untuk melanggar karena potensi
rakusnya digoda Iblis sehingga muncul dan diturunkan ke bumi. Iblis diusir
Tuhan karena sombong; merasa dirinya mulia daripada makhluk lainnya. Kabil
membunuh Habil karena iri. Juga orang-orang
jahat yang dalam sejarah bernasib naas tidak jauh dari rakus, iri, dan sombong.
Seruan dakwah para Nabi Allah dinilai tak bermanfaat. Seruan Nabi Allah dianggap
sekadar igauan anak kemarin sore yang tidak mengandung pelajaran dan petunjuk
dalam menambah kekayaan dan keuntungan materi. Kebahagiaan diukur dengan
materi, bukan pada nikmat dan anugerah hidup yang sudah diberikan Tuhan dengan
cuma-cuma. Ingkar atas nikmat Allah yang kemudian membuat Tuhan menunjukkan
kekuatan-Nya dengan berbagai azab dan musibah yang mengakibatkan musnahnya
sebuah kehidupan. Tengok kisah Nabi Luth as yang berhadapan dengan kaum Sodom;
atau umat Nabi Nuh as yang ditenggelamkan dalam sebuah banjir besar.
Memang tidak semua Nabi Allah berhadapan
dengan orang-orang zalim atau musuh-musuh yang jahat. Nabi Ayub as, Nabi
Ibrahim as, dan Nabi Nuh as berhadapan dengan keluarganya. Dalam fragmen ini,
Tuhan memberikan pelajaran bahwa yang menjadi halangan menuju Allah bukan
masyarakat dan penguasa, tetapi justru dari keluarganya. Manusia yang teguh
dengan keyakinan jelas akan memilih Tuhan ketimbang anak dan istrinya. Banyak
sisi lain dari fragmen-fragmen para Nabi Allah yang dikupas oleh Usmif dengan
bernas dan dihubungkan dengan kondisi kehidupan manusia modern. Hampir setiap
bagian kehidupan yang kita jalani masuk dalam kupasannya. Melalui kisah-kisah
para Nabi Allah, Usmif menyindir dan menyadarkan betapa berharganya hidup di
bawah naungan Ilahi; betapa tersesatnya manusia kalau tidak mengambil jalan
agama dan mengarahkan hidupnya bukan kepada Allah.
Agar tidak tersesat dan tidak salah
memilih jalan hidup atau terulangnya peristiwa kelam masyarakat terdahulu,
Usmif dalam buku ini dengan bahasa yang halus menyeru—pembaca—untuk berpegang
teguh pada tauhid, nubuwwah, dan ‘amalusshaleh. Seorang manusia yang
meyakini Tuhan sebagai Yang Maha Esa pasti beriman dan menerima sepenuh hati
kehadiran Sang Nabi beserta risalahnya. Orang yang menerima Sang Nabi pasti
dalam melaksanakan aktivitasnya tidak keluar dari tuntunan dan risalah yang
berasal dari Sang Nabi yang juga dari Tuhan. Merekalah yang pantas berada dalam
bahtera keselamatan (safinatun najah)
bersama nakoda Ilahi hingga tiba di sebuah pelabuhan akhir (akhirat) dengan
selamat.
Adakah bahtera tersebut? Siapakah
nakoda yang dimaksud? Telusuri lembar demi lembar dalam The Prophetic Wisdom. Insya Allah, dengan membacanya akan membuat pikiran
Anda semakin terbuka dan menambah kesadaran dalam beragama. *** (AHMAD
SAHIDIN)
Judul : The Prophetic Wisdom: Kisah-kisah Kearifan Para
Nabi
Penulis : Miftah Fauzi Rakhmat
Penerbit : Mizania (Bandung)
Terbit : Juni 2011/Rajab 1432
Tebal : 211+xvi (halaman)