Rabu, 23 November 2022

Korban Perlakuan Buruk Khalifah

Sampurasun…

Pun  Sapun ka Maha Agung

Ka Gusti Nu Maha Asih

Gusti pamuntangan beurang

Gusti pamantengan peuting

Sajatining pati hurip

Sajatining kalanggengan 

Saya harus mengucapkan terima kasih karena komentar saya ternyata menjadi pemantik diskusi. Mohon maaf saya tidak bisa online terus. Ini juga sesempatnya karena aktivitas saya tidak di dunia internet. Paling kalau butuh cari data atau sumber baru ke warnet. Jadi, mohon maklum kalau pasif. Terima kasih yang sudah memberitahu bahwa komentar saya ditunggu balasannya karena beberapa waktu lalu saya diberitahu bahwa di milis terjadi dialog yang cukup hangat perihal yang saya komentari. 

Saya tertarik untuk melihatnya. Ternyata argumen saya diawal tidak digubris, bahkan dianggap generalisir. Saya tersenyum karena memang begitulah orang yang belum mengenal ilmu dan metodologi sejarah. Berpikiran sempit dan langsung simpul.

Sebetulnya yang disampaikan. Namun karena tidak bisa dipahami (wajar tidak belajar sejarah peradaban Islam dari periode pra Islam sampai abad modern) sehingga meminta bukti. 

Baiknya membaca buku-buku sejarah Islam yang ringan seperti karya-karya Badri Yatim, HAMKA, Azyumardi Azra, Syed Mahmuddinnasir, Nourozzaman Shiddiqi, Al-Hamid Al-Husaini, Ajid Thohir, Moeflich Hasbullah, A.Hasymy, Muhammad bin Abdul Karim Ahmad Al-Syahrastani, Munawir Sjadjali, atau Ensiklopedia Islam. 

Lalu kemudian baca buku sejarah yang termasuk kelas berat seperti karya Muhammad bin Sa`ad Katib Al-Waqidiy, Ibnu Hisyam, Ibnu Faris Al-Lughawiy, Abu Faraj Abdurrahman bin Al-Jauziy, Muhammad bin Ali bin Yusuf Asy- Syafi`iy Asy-Syamiy, Ibnu Abu Thaiy Yahya bin Hamid, Dzahiruddin Ali bin Kazaruniy, Alaudin Ali bin Muhammad Al-Khallathiy Al-Hanafiy, Ibnu Sayidin Nas Al-Bashriy, Syihabuddin Al-Gharnathiy, Abdul Fattah Abdul Maqshud, Abu Abdullah Muhammad bin Ahmad bin Ali Al-Andalusiy, As- Shalihiy, Ali bin Burhanuddin, , Ibnu Khaldun, Ibnu Atsir, Al-Mas`udi, Ibnu Jarir Ath-Thabari, Sharkawi, Thaha Husen, Ahmad Amin, Ahmad Syalabi, Rasul Ja`farian, Muhammad Husein Haekal, Ja`far Subhani, Ali Syariati, Ayatullah Murtadha Muthahhari, Sayyid A.A. Razwy, Muhammed Abed Al-Jabiri, Muhsin Labib, Ira M.Lapidus, Marshall GS Hodgson, Bernard Lewis, G.H Jansen, Philip K.Hitti, Martin Lings, Joel Kraemer, William Phipps, Will Durant, dan lainnya.      

Korban-korban Umayyah, Abbasiyah, dsb 

Dalam buku buku sejarah ditemukan beberapa nama ulama, cendekiawan, sufi, filsuf, dan para Imam Syiah yang berasal dari keturunan Nabi Muhmmmad saw meninggal akibat perlakuan para khalifah Umayyah, Abbasiyah, dsb. 

Pada buku “Husain: Ksatriya Langit” diceritakan bahwa Imam Husein bin Ali beserta 73 pasukannya wafat dibantai sekitar 30.000 (kalau tidak salah sampai 70.000) pasukan yang mendapat perintah dari Yazid bin Muawiyah, khalifah Ummayah. Hanya tinggal kaum perempuan dan seorang putra Husein yang bernama Ali bin Husein Zainal Abidin. Ia tidak dibantai karena sakit sehingga berada dalam kemah. Mereka selamat ini ditawan dan diarak serta dipenjara. Terkadang tidak lepas dari cambukan. Setelah dibebaskan, Ali Zainal Abidin lebih banyak berdiam diri dan tekun ibadah sehingga dikagumi masyarakat pada masa itu. Khawatir terhadi balas dendam dan mungkin alasan politik juga, Khalifah Umayyah Al-Walid bin Abdul Malik bin Marwan meracuni makanannya. Kemudian Ali Zainal Abidin wafat pada 25 Muharram 95 H. 

Begitu juga nasib putranya, Muhammad Baqir. Ia diracun oleh khalifah Umayyah dan wafat pada Senin, 7 Dzulhijah 114 H. 

Ja`far Shadiq, guru dari 4 imam fikih, pun bernasib sama. Ja`far Shadiq wafat diracun pada 25 Syawal 148 H./13 Desember 765 M. oleh Abu Jafar Mansur, khalifah Abbasiyah. 

Musa Al-Kazhim, salah satu keturunan Nabi saw yang ahli dalam ilmu debat, ditangkap dan dijebloskan ke penjara oleh Harun Al-Rasyid, khalifah Abbasiyah. Kemudian dibunuhnya melalui tangan Sanadi bin Sahik dengan racun hinga wafat pada Jumat, 25 Rajab 183 H. Jenazahnya dibiarkan tergeletak dipenjara selama tiga hari dan dibuang di jembatan Al-Karkh, Baghdad. 

Yang lainnya adalah Ahmad bin Hanbal (ahli fikih dan hadis), Al-Khuzzai (ahli filsafat), Al-Buwaythi (ahli ilmu kalam) diperlakukan dengan kejam hingga berakhir dengan kematian oleh Al-Mutawwakil, khalifah Abbasiyah tahun 232-247 H/842-847 M.  Bahkan, Imam Syafii pun beserta para pendukung Syiah diseret dalam keadaan terbelenggu dari Yaman ke Baghdad. 

Al-Muqtadir, khalifah Abbasiyah melarang mengajar di madrasah atau masjid pada Ibnu Jarir Ath-Thabari (ahli tafsir dan sejarah) bahkan memerintahkan para pengawalnya untuk melemparinya dengan batu hingga wafat.  

Ibnu Khallikan dalam kitab Wafiyah Al-A`yan menceritakan ahli hadis An-Nasai ketika tiba di Damaskus langsung diintrogasi perihal keyakinannya dan diminta untuk memuji Muawiyah dalam salah satu kitab haditsnya. Karena tidak mau maka dipukuli dan tulang punggungny ada yang patah. Ia mati dalam penjara. Kemudian Nashr bin Ali (ahli hadis) pun bernasib sama. Tentang Nashr lihat saja kitab Tahzib Al-Tahzib karya Ibnu Hajar Asqalani. 

Abu Al-Qasim Qiwamuddin Nashir bin Ali Al-Daragazini, menteri Saljuk Abbsiyah, menangkap seorang sufi bernama Ayn Al-Qudat dan memasukkannya ke dalam penjara hanya karena berbeda pandangan soal ketuhanan (teologi). Sultan Saljuk, Mahmud yang berkuasa pada tahun  511-524 H/1118-1131 M menjatuhi hukuman mati pada Ayn Al-Qudat pada 6 Jumadil Akhir 525H./ 6 Mei 1131 M. Tentang ini lihat buku “A Sufi Martyr” terbitan London 1969.  Termasuk beberapa sufi dan ahli kalam/teologi seperti Abu Mansur Al-Hallaj, Zaid bin Ali dan Yahya bin Ali dari mazhab Zaidiyah, Al-Ja`d bin Dirham, Jahm bin Shafwan, dsb yang dibunuh oleh khalifah-khalifah Umayyah dan Abbasiyah. 

Yang terkenal adalah proses pengujian keyakinan saat Mu`tazilah jadi mazhab pemerintah Abbasiyah banyak ulama dan pejabat yang berakhir ditiang gantungan. Begitu juga saat Asyariyah menjadi mazhab pemerintah Abbasiyah setelah kematian khalifah Al-Mutasim dan Wasiq. Mereka balas dendam kepada pengikut Mu`tazilah dan mengeyahkan pengikut Syiah. 

Syaikh Suhrawardi Al-Maqtul, filsuf dan sufi, dipenggal oleh Salahuddin Al-Ayubi Karen berbeda pendapat dengan para ulama yang ada di sekitar pemerintahan Salahuddin Ayubi. Baca buku “Filsafat Ilmuniasi” karya Amroeni Drajat, “Suhrawardi dan Filsafat Iluminasi” karya Hossein Ziai. 

Contoh lain adalah Abu Bakar Al-Sarakhsi, ahli fikih, yang menulis kitab Al-Mabsuth, dipenjarakan oleh pemerintah Abbasiyah pada 1090 M. 

Al-Syaikh Ulaysh, ahli kalam, pada tahunn 1882 M. diseret ke penjara dan disiksa hingga mati. Bahkan, Ibnu Qayyim (murid Ibnu Taymiyyah) disiksa hingga bermandikan darah kemudian diarak dengan keledai keliling kota. Siapakah yang menyiksanya? Jawabannya…. baca buku sejarah. 

Di Nusantara, ulama pun tidak lepas dari bantaian penguasa yang sedang memerintah. Misalnya Syamsuddin Sumatrani, Hamzah Fansuri, dan Siti Jenar nasibnya tidak beda dengan mereka yang disebutkan di atas. Siapakah yang melakukannya? Baca buku sejarah.Telaah dan gunakan metodologi sejarah kemudian baru komentar atau ambil kesimpulan. Kalau ada yang mau melanjutkan silahkan. 

Pun Sapun ka sakur dulur

Nu sarasa jeung sasukma

Utamana Tatar Sunda

Jembarna sa-Nusantara

Tamperkeun saripatina

Tanjeurkeun aweuhanana

Pun Sapun…..

Ampun paralun…