Jumat, 25 November 2022

Burung yang Mudah Dipelihara

Senin sore, saya lepaskan burung cikrak kutub. Burung kecil ini dalam internet disebut migrasi dari negeri yang kini dilanda musim dingin. Ukurannya kecil dan ramping. Bulu dan sayap berwarna hijau zaitun (olive). Pemakan serangga dan cacing. Sekira 12 cm panjang dari paruh sampai ekor. 

Cikrak kutub ini saya beli dari kios burung sekira 30 ribu rupiah. Saya penasaran dengan suaranya yang lembut dan bervolume tinggi. Satu minggu saya pelihara hingga burung bisa makan voer. Meski sudah makan voer, tetap saya beri ulat hongkong dan jangkrik kecil. Sangat lahap. Setiap hari saya pantau gerak dan suaranya. Dari hari ke hari belum juga terdengar suaranya. Gerak geriknya masih giras, belum jinak. Saya dekati sangkarnya, burung makin gerak dan nubruk jeruji sangkar. Saya perhatikan burung tersebut yang menabrak jeruji seperti ingin lepas dari sangkar. Dalam hati terbetik kalimat: tampaknya ini burung tidak mau dipelihara. Baiklah saya lepas saja. Kemudian saya buka pintunya. Burung masih loncat sana sini. Tidak juga keluar. Saya perintahkan agar keluar dari sangkar, akhirnya sang burung terbang. Ia hinggap di atas genting. Melihat ke arah saya. Kemudian terbang bebas. 

Bersamaan dengan burung cikrak yang saya beli adalah sikatan bubik. Ia sudah makan voer dan lahap mengonsumsi jangkrik maupun ulat hongkong. Ia mulai keluar suaranya dengan volume kecil. Tidak ketakutan dan tidak menabrak jeruji. Hanya saja ia burung yang lincah. Loncat sana sini cukup cepat. Kemudian minum dan memakan voer. Saya pikir ia berkenan dipelihara. Sampai kini burung sikatan bubik ini saya pelihara. Tentu saja ditunggu suara merdunya dengan volume yang tinggi. Burung jenis sikatan yang migrasi dari negeri yang dilanda musim dingin termasuk burung yang cepat makan voer. Saya pernah punya sikatan mugimaki yang juga burung migrasi. Jantan dan betina. Keduanya disatukan dalam satu sangkar. Sayangnya tidak bisa kawin. Malah berantem. Dipisahkan sangkarnya masing-masing. Luarbiasa burung ini sekira satu hari sudah makan voer dan langsung bersuara merdu. Sayangnya tidak tinggi volumenya. Kalah dengan suara kenari yang cukup tinggi dan lantang bersuara. Kurang dari satu tahun saya pelihara burung sikatan mugimaki, ternyata yang jantan mutasi warna bulu. Ada warna kuning dan hitam. Sedangkan yang betina tetap warna abu dan coklat muda. Seiring dengan perubahan warna bulu, ternyata dalam bersuara pun tidak lagi gacor. Hanya sesekali. Bahkan dalam sehari hanya pagi saja bersuara. Saya coba gabungkan lagi jantan dan betina pada satu sangkar. Niatnya untuk dikawinkan dan ternak burung langka. Bukannya berjodoh malah saling serang. Akhirnya saya bawa keluar rumah. Pintu sangkar dibuka. Saya bicara pada kedua burung sikatan mugimaki agar keluar dari sangkar. Aneh tidak mau keluar. Saya tangkap yang jantan kemudian dilepaskan. Hinggap di atap rumah kemudian terbang. Lalu yang betina pun dilepaskan. 

Kalau dihitung burung yang dilepaskan secara sengaja sekira sepuluh ekor burung dengan jenis yang beda. Ada juga yang lepas sendiri menerobos pintu yang terbuka sedikit saat mengganti air minum. Kalau kabur berarti tidak mau dirawat oleh saya. Meski sudah keluar uang untuk beli burung dan pakannya, tidak saya sesali. 

Burung yang masih saya pelihara sampai kini antara lain burung anis bintang dengan nama lain: Sunda blue robin, anis manila, atau berencet tua. Burung ini sudah bunyi dengan suara meniru burung lainnya dan enak didengar saat pagi dengan suara mengalun merdu. Selanjutnya ada burung lovebird. Burung ini awalnya satu pasang kemudian beranak pinak hingga empat generasi. Anak lovebird dibagikan pada pecinta burung yang minat secara gratis. Burung lainnya yaitu mantenan gunung atau sepah hutan. Burung ini jinak dan rajin bunyi, tetapi sulit makan voer. Kemudian burung SRDC alias Sikatan Rimba Dada Coklat ori Bali. Burung ini enak suaranya karena variasi. Hanya saja tidak rajin bunyi. Bunyi pagi hari dan sore hari, kadang siang saat hujan turun baru keluar suaranya. Saya nikmati saja keberadaannya meski belum gacor bunyi. Kabarnya harus track bersama burung SRDC lainnya, baru akan terpancing ikut bunyi. Bahkan ada lomba untuk burung SRDC. Untuk yang ini saya belum minat melakukannya meski sudah gabung dalam group whatsapp.

Burung yang pernah saya pelihara dan termasuk cepat makan voer kemudian sering bersuara (bunyi) adalah anis biru yang biasa disebut selendang biru, anis bintang, sikatan mugimaki, lovebird, dan flamboyan. Burung tersebut dari segi harga sangat terjangkau semua kalangan dan banyak dijual di kios burung. Burung yang pernah dipelihara dan susah keluar suaranya alias jarang bunyi dan sulit jinak yakni ciblek, trucukan, kutilang, cucak jempol, sogon, toed kembang, sirtu/cipow, sikatan bubik, cikrak kutub, dan kemade. Saya memelihara burung tersebut dari yang masih muda sampai bisa makan voer (tidak semua berhasil). Meski sudah diterapkan cara penjinakan, tetapi sulit jinak dan malas bunyi. Saya rasa burung tersebut mungkin tidak nyaman berada dalam sangkar dan tidak ingin dipelihara, sehingga saya lepas saja. Itu pengalaman saya dalam memelihara burung kicau. 

Kalau Anda bagaimana? Pernah pelihara burung, atau binatang lainnya? Yuk berbagi pengalaman. *** (ahmad sahidin)