Minggu, 19 Juni 2022

Yahudi, You Must Know!

Saya pernah membaca naskah buku yang ditulis oleh Edhie C. Soehardi. Beliau dikenal seorang aktivis harakah di Indonesia. Naskah tersebut oleh penulisnya diberi judul Sejarah Panjang Jejak Berdarah Yahudi dan Malhamah Perang Akhir Zaman. 

Pada bagian pendahuluan sangat tampak pandangannya yang masih bercorak paradigma klasik: hitam-putih, benar-salah, lurus-menyimpang, dan lainnya. Memang, model paradigma Islam ini yang menjadi khas dari kalangan Islam Indonesia yang berbau gerakan, yang biasanya dikenal dengan istilah “fundamentalis”. Mereka umumnya tersohor tegas, keras, tidak bertele-tele, dan reaksioner. 

Di lain sisi, ada pula yang kontekstual, liberal, dan akomodatif dengan pihak-pihak yang dianggap sebagai musuh oleh kalangan Islam fundamentalis ini. Bangsa Yahudi atau Israel, khususnya kalangan zionis Yahudi dan gerakan freemasonry dunia, yang menjadi sasaran atau dituding berada dibelakang gerakan liberal itu. Meskipun diakui ada kontribusi dalam pemikiran yang lebih menzamani masanya, tapi tetap bahwa itu sebuah tawaran yang tidak semua orang bisa menerimanya. Ini wajar.  Termasuk hadirnya buku “Yahudi: You Must Know!”. Meskipun data yang dikemukakan dalam buku ini tidak ada yang baru, namun isinya cukup memberikan informasi karena terangkum dari berbagai sumber. 

Sang penulisnya, selain membahas asal usul Yahudi dan bangsa Israil, juga mengulas tentang Zionisme dan pendirian negara Israel. Menurutnya bahwa persoalan pecahnya umat Islam yang terbagi dalam berbagai mazhab teologi dan politik yang diwakili Syiah dan Sunni pun diulasnya. Si penulis yakin bahwa asal muasal pecahnya Islam itu akibat tingkah seorang Yahudi yang bernama Abdullah bin Saba yang masuk Islam dan melakukan pemecahan dengan cara adu domba. Ibnu Saba juga yang mengakibatkan terbunuhnya Utsman bin Affan dan yang memprovokasi kaum Muslim untuk keluar dari barisan Ali bin Abu Thalib pasca-tahkim perang Siffin dan mendirikan kelompok Khawarij, firqah Islam yang terkenal ekstrem.   

Tentang Ibnu Saba` ini memang tidak semua sepakat bahwa  ia adalah sosok yang riil. Beberapa ulama dan pengikut Muslim Syi`ah menyebut bahwa Ibnu Saba` itu tokoh fiktif dan dihadirkan dalam tulisan-tulisan sejarah oleh mereka yang tidak suka akan kehadiran kaum Muslim Syiah. Memang sebagian sejarawan Muslim ada yang mengakui kehadiran Abdullah bin Saba`, tapi hidupnya tdak lama karena dibunuh oleh Amirul Mukminin Ali bin Abu Thalib. Sebagai informasi, dalam kajian sejarah Islam, persoalan pemicu pecahnya Islam pascaRasulullah saw  tidak pernah selesai diperbincangkan, termasuk fiktif dan riilnya sosok Ibnu Saba`. Masih berkenaan dengan Syiah adalah tentang Ayatullah Ruhullah Khomeini. Menurut penulis, Khomeini berhasil menggulingkan dan memenangkan dalam pergolakan revolusi pada 1979 di Iran karena dibantu pihak Yahudi. Sayang, tentang ini si penulis buku tidak menyajikan data dan fakta yang valid, hanya mengutip dari sumber yang tidak jelas.      

Selanjutnya, dalam buku tersebut saya menemukan juga ulasan tentang tragedi WTC dan Osama bin Laden yang dikupas dengan pendekatan literal Al-Quran dan perihal sepak terjangnya Yahudi serta pengaruh dan gerakannya di Indonesia. 

Dalam Bab XI tentang pengaruh Yahudi  di Indonesia dari masa VOC hingga orde reformasi, disebutkan bahwa “meskipun secara legal dan terbuka kaum Zionis Yahudi itu tidak ada yang menetap di Indonesia, namun pengaruh pemikiran, slogan-slogan dan simbol-simbol keagamaan mereka sudah bertebaran dimana-mana. Dari simbol Zionis dalam 7 cover album group musik Dewa, Merajalelanya Kham`r, judi, zina, korupsi, suap, dan ummat Islam yang acuh tak acuh dengan hukum agamanya hingga lahirnya sempalan-sempalan sesat agama dan puluhan Partai Politik peserta Pemilu adalah bagian kecil dari racun yang telah mereka tebarkan di negeri ini.” 

Si penulis juga menyebutkan, munculnya aliran theosofi, tasawuf,  kebatinan, kejawen, dan pluralisme di Indonesia, merupakan bagian dari gerakan Zionis Yahudi. Si penulis mengambilnya dari dua buku yang berjudul Fakta & Data Yahudi Di Indonesia karya H. Ridwan Saidi dan Fakta & Data Yahudi Di Indonesia Era Reformasi karya Rizki Ridyasmara. 

Menurut si penulis, di Indonesia sudah terdapat beberapa Sinagog (tempat ibadah Yahudi) seperti Loji Serajoe dal di Purwokerta, Loji Prins Frederick di Kuta Raja (Banda Aceh), Loji Bintang Timoer di Jakarta, Loji Matahari di Padang, Loji Deli di Medan, Loji De Vriend shap di Surabaya, Loji Arbeid Adelt di Makasar, Loji Ma taram di Jogyakarta, Loji di Pekalongan, dan lainnya. Sambil mengutip M. C. Ricklefs, si penulis menyebutkan bahwa Dr.Rajiman Wedyodiningrat (1879-1951), R.A. Kartini, Boedhi Oetomo, R.A Tirto Koesumo, Pangeran Ario Notodirodjo, adalah mereka yang termasuk dalam gerakan Zionis Yahudi. Sedangkan tokoh kemerdekaan seperti R. Said Soekanto Tjokrodiatmodjo dan R.A.S. Soemitro Kolopaking Poerbonegoro tercatat sebagai anggota Grand Master Freemasonry di Loji Purwo Daksima.

Si penulis juga memasukan ajaran Bahai` di Indonesia yang tokohnya adalah L.B. Moerdani, termasuk misi Zionis Yahudi. Penganut aliran Kejawen seperti mantan presiden Soeharto, Soedjono Humardjhni, dan Ali Murtopo, juga dimasukkan ke dalam gerakan Zionis Yahudi.  Bahkan, mantan presiden Gus Dur (KH.Abdurrahman Wahid) yang membuka hubungan dengan Israel pun termasuk dalam orang-orang Freemasonry. 

Tokoh cendekiawan Muslim Nurcholish Madjid, Masdar Farid Mas`udi, Komaruddin Hidayat, Ulil Abshar Abdalla, dan Jaringan Islam Liberal (JIL) serta Universitas Paramadina Jakarta dan AKKBB (Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan) termasuk ke dalam ”kaki-tangan’’Yahudi. 

Urusan musik dan hiburan TV pun ada yang oleh si penulis dinilai berhubungan dengan konspirasi Zionis Yahudi. Seperti Band Dewa pada 2005 yang menginjak-nginjak karpet bertulisan kaligrafi asma Allah dan pada setiap cover albumnya banyak simbol Zionis. Bahkan, icon idol dan berbagai kontes pencari bakat baru dalam entertainment termasuk dalam program Zionis Yahudi. 

Selain itu, ada juga pembahasan tentang isu terorisme, messianisme, kristenisasi, dan seruan sang penulis untuk merekatkan persatuan Islam (ukhuwah Islamiyah) serta menolak segala jenis produk, sistem, budaya, dan ideologi Barat dan Yahudi. 

Buku tersebut memang, bukan buku pertama yang mengulas tentang Yahudi dan gerak-geriknya. Memang sudah banyak buku yang ditulis, baik oleh kalangan Barat sendiri maupun Muslim Indonesia, namun sebagai wacana dan informasi, tidaklah salah untuk kita baca dan perbincangkan kembali. Bahkan, sangat boleh jadi ada yang membantah atas semua tuduhan yang dimasukan ke dalam buku tersebut.  

Semoga saja ada yang berani bersikap kritis dan menyajikan kebenaran yang sesungguhnya supaya tidak ada lagi prasangka dan saling lempar isu. Tampaknya, kebenaran yang berdasarkan sumber yang valid dan faktual atas persoalan Yahudi dan konspirasinya sudah seharusnya ada yang membukanya. *** (AHMAD SAHIDIN, alumni IAIN Sunan Gunung Djati Bandung)