Kamis, 23 Juni 2022

Indigostar

SAYA mungkin termasuk orang yang beruntung karena dapat membaca buku bagus. Keberuntungan ini memang harus disyukuri, salah satunya dengan membagikan informasi hasil bacaan melalui tulisan ini. 

Buku yang saya baca pada kemarin sore menjelang malam ini berjudul Indigostar: Melacak Sosok Manusia Bintang dalam Jagat Rekacita. Buku ini ditulis oleh N.Syamsuddin Ch.Haesy atau yang biasa dipanggil Bang Sem, seorang doktor filsafat dari salah satu universitas di Perancis, Pemimpin Umum Koran Jurnal Nasional (Jakarta), kolomnis di beberapa media cetak, dan pegiat dalam pemberdayaan masyarakat. 

Selain menarik, buku yang diterbitkan Salamadani bekerjasama dengan Akar Padi ini bahasanya enak dibaca karena penyuntingnya dilakukan seorang praktisi penerbitan nasional, Bambang Trim. Pasti semakin lengkap kepaduan substansi dan sajiannya sehingga tidak salah jika buku ini disegerakan terbit. 

   Pada awal pembahasan buku, Bang Sem membahas tentang hakikat manusia sebagai pengelola alam raya (sumber daya mausia), peran di masyarakat, tipologi manusia dan masyarakat, dan “manusia unggul” yang disebut sebagai indigostar. Menurutnya, manusia indigostar seharusnya menjadi pionir pengubah masyarakat dan bangsa Indonesia karena laksana bintang indigo yang memancarkan cahaya jernih kebiruan di antara gemintang yang bertebaran di cakrawala. 

“Kaum yang mampu menjadi enlighter (pencerah) di lingkungan institusi atau organisasi tempat dia berkarya, sebagai bagian integral dari ibadahnya kepada Allah. Kaum yang selalu bertanggung jawab terhadap dirinya, ke­luarganya, dan lingkungan (organisasi-institusi) penghidup­annya. Kaum yang tidak merendahkan dirinya hanya sekadar menjadi makhluk hidup tanpa karya. Kaum yang dalam pandangan Plato, merupakan kumpulan manusia yang ide-idenya merupakan cermin kebaikan dan kebajikan,” tulisnya. 

Pada bagian selanjutnya, mengungkap tentang sosok (manusia) indigostar, termasuk karakteristik dan nilai-nilai yang harus melekat serta yang tidak boleh pada sang indigostar. Nilai yang harus melekat tersebut adalah kejujuran, semangat, peka terhadap masalah (sense of crisis), kritis terhadap fenomena yang dianggapnya salah (rebellion), dan selalu optimis. Karena itu,  sang indigostar akan senantiasa menghindari dari sifat atau perilaku ambisius, berkeluh kesah, sok kuasa, penakut, dan maruk jabatan. Pembahasan mengenai bagian sangat mengena karena didasarkan pada fakta sejarah Islam masa Muhammad saw dan setelahnya. Mengapa memilih contoh atau analogi pada sejarah Islam? 

Saya mengira Bang Sem sedang berupaya menyadarkan sekaligus membuka khazanah yang selama ini belum terungkap dan belum menjadi sebuah peringatan. Di sinilah letak pentingnya sejarah sebagai ‘khazanah-pencerahan’ yang mendorong manusia hari ini menyiapkan (sejarah) masa depan lebih baik. 

Bang Sem juga menguraikan faktor-faktor yang dapat menjadikan manusia/masyarakat berperan sebagai indigostar. Termasuk jalur-jalur yang ditempuh kaum indigostar dalam menjalankan peran dan tugasnya dalam kehidupan di masyarakat menjadi bahasan tersendiri. Meskipun dalam membahas bagain ini banyak menggunakan idiom/istilah manajemen organisasi dan perkantoran, tetapi istilah tersebut tidaklah membuat ‘jlimet’ dalam memahami substansi buku karena Bang Sem menguatkan argumen-argumennya dengan landasaan agama sehingga menjadi kuat, berisi, dan bernas. 

Ada salah satu bagian, yang menurut saya paling penting, adalah mengenali pribadi manusia yang layak disebut indigostar. Menurut Bang Sem, sang indigostar dipengaruhi ‘sembilan cahaya’ (sebagai indikator kualitas dan bahkan harus dimiliki), yaitu cahaya cinta, cahaya ruh, cahaya eksistensi, cahaya pemeliharaan, cahaya pemberdayaan, cahaya produktivitas, cahaya loyalitas, cahaya penyempurnaan, dan cahaya keabadian. 

Yang menarik adalah tentang cahaya yang terakhir. Menurut Bang Sem, dengan cahaya keabadian ini manusia menyadari bahwa kinerja terbaik manusia sesuai dengan rencana Allah. Cahaya keabadian inilah yang akan mendorong manusia selalu achieveable karena puncak sukses manusia di dunia akan ditentukan oleh tiga faktor:  amal ibadah, ilmu yang bermanfaat dan berkelanjutan, dan anak yang saleh. Ketiga faktor tersebut seharusnya diwujudkan dalam bentuk  kinerja terbaik (yang bermanfaat bagi banyak manusia), memiliki wawasan ilmu pengetahuan dan paham teknologi, dan mempu menjadi sosok teladan (memberi teladan) bagi generasi muda. Untuk memiliki sembilan cahaya, sang indigostar membutuhkan agama sebagai landasan dalam melakukan proses pemberdayaan sumberdaya manusia yang terbaik (ahsani taqwim). 

Isi buku

Apabila dilihat dari isi buku, Bang Sem memberikan semacam panduan atau perangkat untuk menjadi manusia Indonesia yang terbaik. Mungkin bisa diibaratkan konsep insan kamil modern versi Indonesia karena di dalamnya tidak hanya mendorong manusia untuk menyempurnakan aspek spiritualitas, tetapi juga kinerja, peran dan tugasnya sebagai manusia dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Tentunya ini yang membedakan pemikiran Bang Sem dengan konsep insan kamil klasik yang dicetuskan filsuf Muslim Syaikh Akbar Muhyiddin Ibnu Arabi dan Abdul Karim Jilli. 

Dari bacaaan terhadap buku Bang Sem, saya menduga bahwa Bang Sem menyampaikan pesan besar bahwa Indonesia akan maju jika diisi oleh kaum indigostar. Masalahnya, mereka yang termasuk Indigostar ini—sebagaimana dinyatakan Bang Sem dalam pengantarnya—masih menjadi kaum elit yang berada di cakrawala:”tampak berkas cahaya bintang indigo yang menarik perhatian. Menonjol di antara gugusan bintang. Me­nampakkan sosoknya laksana enlighter yang cukup me­nonjol.”   

Tampaknya ‘ bintang  indigostar’ harus segera diturunkan ke bumi untuk menjalankan tugasnya sebagai khalifah fil ardhi. Seperti yang dilakukan almarhum Dr Ali Syariati, cendekiawan Muslim Iran, melalui gagasan rausyanfikr (manusia yang tercerahkan) berani mengritik dan menggerakkan massa untuk turun aksi serta menjadi landasan terwujudnya Republik Islam Iran yang didirikan Ayatullah Ruhullah Musawwi Khomeini. Bisakah sosok indigostar ini mewujudkan gerakannya di negeri kita? Kita tunggu kehadirannya! *** (ahmadsahidin)