SUATU hari di masa pemerintahan Muawiyah bin Abu Sufyan,
seorang gubernur Madinah bernama Marwan bin Hakam, mendapati lelaki tua yang
membenamkan mukanya di kuburan Rasulullah saw.
“Apa yang kau lakukan?” bentak Marwan. Lelaki tua itu menjawab, “Aku sedang
mengunjungi Rasulullah. Aku tidak mendatangi batu. Aku mendengar Rasulullah saw
bersabda, janganlah kalian tangisi agama jika dipegang ahlinya. Tangisilah
agama ketika dikendalikan oleh orang yang bukan ahlinya.”
Dalam kitab Musnad Ahmad 5:42, Mustadrak al-Hakim 4 :515,
dan al-Samhudi, Wafa al-Wafa 2 : 410 – 443, dikabarkan bahwa lelaki tua
tersebut adalah sahabat Rasulullah saw yang bernama Abu Ayyub. Ia adalah Muslim
yang rumahnya disinggahi pertama kali saat Rasulullah tiba di Madinah dalam
peristiwa hijrah.
Rumah Abu Ayyub
Ketika Rasulullah bermalam di lantai bawah, Abu Ayyub
tinggal di lantai atas. Karena bangunannya terbuat dari tanah, Abu Ayyub merasa
khawatir kalau debu dan tanah menimbun Rasulullah saw. Sehingga sepanjang malam
Abu Ayyub dan istrinya membekukan tubuhnya seperti sebongkah kayu.
Saat pagi Abu Ayyub segera mendatangi Rasulullah saw. “Ya
Rasulullah, semalaman aku tak dapat memejamkan mata,” kata Abu Ayyub.
“Apa yang terjadi
denganmu,” tanya Rasulullah saw. Abu Ayyub segera menjawab, “Ya Rasulullah, aku
khawatir debu dan tanah berjatuhan dan menganggumu”.
Mendengar itu, Rasulullah tersenyum dan segera mengajarkan
doa yang dapat menghapuskan kejelekan dan mendapatkan derajat yang mulia.
Sekilas jika dilihat tampak menggelikan yang dilakukan Abu
Ayyub, membekukan tubuh semalaman. Namun jik ditelaah, tampak
perbuatannya itu semata-mata dilandasi kecintaan yang besar kepada Rasulullah
saw.
Kecintaan terhadap Rasulullah saw ini tampak pula pada Zaid
bin al-Datsanah ketika ditangkap kafir Quraisy. Abu Sufyan, setelah menyiksa
melontarkan pertanyaan kepada Zaid bin al-Datsanah, “Zaid, maukah Muhammad bin
Abdullah kami seret dan siksa, sedangkan kau berada aman bersama keluargamu?”
“Tidak, demi Allah. Aku tidak suka duduk bersama keluargaku,
sementara sebuah duri menusuk junjunganku,” jawab Zaid berang. Abu Sufyan
menggeleng-gelengkan kepala seraya berujar, ”Aku belum pernah melihat manusia
mencintai seseorang seperti sahabat-sahabat Muhammad mencintai Muhammad.”
Dahsyat, luar biasa. Inilah bukti kecintaan seorang Muslim
terhadap Rasulullah. Ketika kabar ini sampai, Rasulullah bersabda, “Tidak beriman seseorang di
antara kalian sebelum aku lebih dicintainya ketimbang anak-anaknya, orantuanya,
dan semua manusia. Cintailah aku karena kecintaan pada Allah, dan cintai
keturunanku karena kecintaaku” (HR.Turmudzi, Al-Hakim, al-Suyuthi).
Bentuk kecintaan yang terdapat di atas sesuai dengan firman
Allah SWT dalam surat At-Taubah [9] ayat 24, “Katakanlah:
jika orang tua kalian, anak-anak kalian, saudara-saudara kalian, kaum kerabat,
dan kekayaan yang kalian usahakan, perdagangan yang kalian takutkan
kerugiannya, dan tempat tinggal yang kalian senangi lebih kalian cintai dari
Allah dan Rasul-Nya serta dari jihad di jalan-Nya, tunggulah sampai Allah
mendatangkan keputusan-Nya dan Allah tidak akan memberi petunjuk kepada orang
yang fasik.”
Jadi, ciri seorang Muslim itu mencintai Rasulullah saw
ditandai dengan selalu mendahulukan Rasulullah ketimbang dirinya. Selain itu,
hatinya juga selalu terpaut dan ingin dekat serta menikmati kehadiran
Rasulullah saw penuh rasa bahagia.
Singkatnya, seorang pecinta tidak akan mau berpisah atau jauh
dari kekasih, walaupun sekejap. Seperti inilah seharusnya wujud kecintaan kita
kepada Rasulullah SAW. Yakni berani berkorban, berkhidmat dan menerapkan akhlak
Rasulullah dalam kehidupan sehari-hari.
Di antara akhlak Rasulullah yang harus dijalankan antara
lain: pertama, kita harus tawadhu
(rendah hati) dan tak boleh congkak, riya, angkuh, iri hati dsb; kedua, senang memberikan penghargaan dan
memuji kelebihan orang lain (dengan maksud tidak menjilat); ketiga, senantiasa memberikan perhatian dan
membahagiakan saudaranya secara tulus karena Allah Swt; dan keempat, senantiasa beribadah sesuai ajaran
Allah dan Nabi-Nya serta tidak melupakan untuk bershalawat untuk Rasulullah saw
dan keluarganya. *** [ahmad sahidin]