Saya tidak tahu sejak kapan dimulainya tradisi haul: berkumpul, berdoa
dengan membaca al-Quran surah Yasin dan tahlil, serta diakhiri dengan sedekah
makanan. Biasanya dilakukan satu tahun sekali untuk yang sudah wafat.
Dalam tradisi kaum Muslim pengikut mazhab Syiah Imamiyah dan tarekat
Qadariyah Naqsabandiyah biasanya menjadi kegiatan tahunan yang dilakukan dengan
melibatkan banyak orang. Haul dilakukan sebagai mengenang tokoh atau pendiri
dari "institusi" keagamaan tersebut. Kaum muslimin Syiah setiap 10
Muharram mengenang wafat cucu Nabi Muhammad Saw yang bernama Sayyidina Husain
ra yang dibunuh oleh pasukan Bani Umayyah. Peristiwa ini dikenal dengan nama
Asyura dan setiap tiba tanggal 10 Muharram maka dilakukan haul Sayyidina Husain
ra.
Di masyarakat Indonesia acara haul diterapkan kepada Kiai besar di
sebuah pesantren atau tokoh Islam. Tokoh tarekat sufi pun diperingati hari
wafatnya yang disebut haul. Para murid dan keluarga besar hadir membaca doa,
tahlilan, dan pembacaan Al-Qur'an. Kemudian diadakan jamuan makan.
Di
keluarga kecil saya tidak mengacu pada hari wafat kedua orangtua. Akan tetapi,
dipilih bulan Sya'ban menjelang bulan suci Ramadhan. Untuk hari pun atas dasar
yang disepakati bersama oleh saya dan kakak-kakak. Dan itu rutin dilakukan
setahun sekali. Ya dalam rangka mengenang dan sekaligus silaturahmi keluarga
meski anggota keluarganya kecil.
Dalam kegiatan ini mirip dengan tradisi Nahdlatul Ulama (NU) yaitu baca
Yaasin dan Tahlilan kemudian berbagi makanan untuk tetangga sebagai bentuk
sedekah atas nama orang tua yang sudah wafat. Alhamdulillah, kami bisa
menyelenggarakan haul orangtua. Di rumah yang kecil, tempat tinggal, kami
memulai dengan membaca surah Fatihah disambung baca alquran surah Yasin, dan
doa tahlil. Biasanya yang dibaca, yang berlaku masyarakat kalau ada tahlilan.
Namun kemarin, kakak saya yang tertua memandu bacaan tahlil yang tidak
biasa; yang dari bacaan lebih banyak dzikir Asmaul Husna dan kalimah tauhid.
Kami ikuti saja sampai tuntas. Kami percaya bahwa Asmaul Husna adalah lafal
yang agung dari Allah akan mengandung berkah dan pahala saat dibaca serta
menjadi kiriman untuk Orangtua di alam barzah. Saya percaya yang kami bacakan
doa yang dikhususkan pahalanya kepada orang tua, pasti sampai. Tentang ini ada
buku menarik dan berhamburan riwayat, yaitu "Perjalanan Pulang (tanpa)
Kembali" yang ditulis oleh Ustadz Miftah Rakhmat.
Setelah beres membaca Yasin dan Tahlil, kemudian makan dan ngobrol
rencana akhir Ramadhan untuk ziarah pada makam orangtua. Selanjutnya berbagi
makan ringan untuk tetangga dekat. Yang dananya kami tanggung bersama. Dan
rencananya tradisi haul keluarga ini akan terus dilakukan setiap tahunnya.
Semoga ini membawa berkah buat kami dan menjadi amal saleh buat keluarga besar
kami.
Saat malam, saya ngobrol dengan istri tentang bacaan
tahlil yang dibaca sang kakak. Menurut istri saya bahwa itu tahlil yang khas
tarekat, yang dibaca pada acara manaqiban. *** (Ahmad Sahidin)