Kamis, 16 April 2020

Tradisi Haul di Keluarga

Saya tidak tahu sejak kapan dimulainya tradisi haul: berkumpul, berdoa dengan membaca al-Quran surah Yasin dan tahlil, serta diakhiri dengan sedekah makanan. Biasanya dilakukan satu tahun sekali untuk yang sudah wafat.

Dalam tradisi kaum Muslim pengikut mazhab Syiah Imamiyah dan tarekat Qadariyah Naqsabandiyah biasanya menjadi kegiatan tahunan yang dilakukan dengan melibatkan banyak orang. Haul dilakukan sebagai mengenang tokoh atau pendiri dari "institusi" keagamaan tersebut. Kaum muslimin Syiah setiap 10 Muharram mengenang wafat cucu Nabi Muhammad Saw yang bernama Sayyidina Husain ra yang dibunuh oleh pasukan Bani Umayyah. Peristiwa ini dikenal dengan nama Asyura dan setiap tiba tanggal 10 Muharram maka dilakukan haul Sayyidina Husain ra. 

Di masyarakat Indonesia acara haul diterapkan kepada Kiai besar di sebuah pesantren atau tokoh Islam. Tokoh tarekat sufi pun diperingati hari wafatnya yang disebut haul. Para murid dan keluarga besar hadir membaca doa, tahlilan, dan pembacaan Al-Qur'an. Kemudian diadakan jamuan makan. 

Di keluarga kecil saya tidak mengacu pada hari wafat kedua orangtua. Akan tetapi, dipilih bulan Sya'ban menjelang bulan suci Ramadhan. Untuk hari pun atas dasar yang disepakati bersama oleh saya dan kakak-kakak. Dan itu rutin dilakukan setahun sekali. Ya dalam rangka mengenang dan sekaligus silaturahmi keluarga meski anggota keluarganya kecil.

Dalam kegiatan ini mirip dengan tradisi Nahdlatul Ulama (NU) yaitu baca Yaasin dan Tahlilan kemudian berbagi makanan untuk tetangga sebagai bentuk sedekah atas nama orang tua yang sudah wafat. Alhamdulillah, kami bisa menyelenggarakan haul orangtua. Di rumah yang kecil, tempat tinggal, kami memulai dengan membaca surah Fatihah disambung baca alquran surah Yasin, dan doa tahlil. Biasanya yang dibaca, yang berlaku masyarakat kalau ada tahlilan.

Namun kemarin, kakak saya yang tertua memandu bacaan tahlil yang tidak biasa; yang dari bacaan lebih banyak dzikir Asmaul Husna dan kalimah tauhid. Kami ikuti saja sampai tuntas. Kami percaya bahwa Asmaul Husna adalah lafal yang agung dari Allah akan mengandung berkah dan pahala saat dibaca serta menjadi kiriman untuk Orangtua di alam barzah. Saya percaya yang kami bacakan doa yang dikhususkan pahalanya kepada orang tua, pasti sampai. Tentang ini ada buku menarik dan berhamburan riwayat, yaitu "Perjalanan Pulang (tanpa) Kembali" yang ditulis oleh Ustadz Miftah Rakhmat.

Setelah beres membaca Yasin dan Tahlil, kemudian makan dan ngobrol rencana akhir Ramadhan untuk ziarah pada makam orangtua. Selanjutnya berbagi makan ringan untuk tetangga dekat. Yang dananya kami tanggung bersama. Dan rencananya tradisi haul keluarga ini akan terus dilakukan setiap tahunnya. Semoga ini membawa berkah buat kami dan menjadi amal saleh buat keluarga besar kami.

Saat malam, saya ngobrol dengan istri tentang bacaan tahlil yang dibaca sang kakak. Menurut istri saya bahwa itu tahlil yang khas tarekat, yang dibaca pada acara manaqiban. *** (Ahmad Sahidin)