Rabu, 12 Februari 2020

Resensi buku Metode Tafsir Esoeklektik

Membaca buku Metode Tafsir Esoeklektik (Penerbit Mizan) ini cukup lelah dan menghabiskan waktu sekira dua pekan. Buku karya Kerwanto ini sebuah disertasi tentang tafsir, yang membicarakan tafsir dalam khazanah ilmu-ilmu Islam. Namun, bukunya ini lebih fokus pada tafsir esoteris, yang batin. 

Menariknya ada pada judulnya ada istilah “eklektik”. Istilah ini hampir sama dengan talfiq dalam studi ushul fiqh. Saya merasa lelah baca buku tersebut. Selain tebal, juga buku ini banyak istilah yang sulit dipahami yang terkait dengan term dalam tafsir versi Shadra, Ibnu Arabi, Ath-Thabathabai' dan lainnya.

Alhamdulillah tuntas juga dibaca. Pak Kerwanto, penulis dan akademisi yang rajin buka kitab. Rujukannya berlimpah. Menyajikan kajiannya dengan bahasa akademik. Ada istilah-istilah Ulum Qur'an dan tafsir yang untuk awam cukup mengernyitkan dahi. Maklum ini buku ilmiah, sebuah disertasi bidang tafsir.

Dari membaca buku Kerwanto, saya memahami bahwa tafsir esoeklektik ini bisa dikatakan gabungan opini/tafsir muktabarah dari para mufassir manhaj Isyari, Qur'an bil Qur'an, Qur'an bil rawi dll. Cara kerjanya adalah mencari kata atau ayat dalam Alquran yang ingin dipahami isinya. Kemudian himpun seluruh ayat terkait dengan kata atau istilah yang dipilih.

Misalnya kata An-Najm atau Iblis. Himpun yang terkait. Lalu buka kitab-kitab tafsir tentang ayat tersebut; mulai dari lahiriah sampai batiniah. Kemudian susun dalam satu bangunan narasi. Lantas ambil ibrah dari setiap interpretasi atas ayat yang dikaji tersebut.

Secara praktis metode tafsir versi Kerwanto ini bisa dilihat pada bab 5 tentang penerapan tafsir esoeklektik. Kerwanto mencontohkan pada ayat tentang penolakan iblis bersujud kepada Adam as yang diungkap dari aspek bahasa, korespondensi dengan ayat lainnya dan aspek hakiki (nilai atau pesan Ilahi) dari kisah tersebut yang menjadi ibrah bagi manusia. Jadi, sebuah tafsir bertumpu dahulu pada lahiriah sebelum memasuki aspek batiniah. Karena itu, tafsir batiniah tidak lepas dari tafsir lahiriah.

Sesuai dengan hasil bacaan saya bahwa tafsir (sesuai dengan arti bahasanya) upaya mengungkap atau menyingkap maksud/isi pesan wahyu dari balik ayat atau kata-kata dalam Alquran yang merupakan pesan dari Allah. 

Pertanyaannya: bagaimana bisa membuktikan bahwa tafsir atas Alquran disajikan oleh para mufassir dari masa klasik hingga kini benar-benar sesuai dengan makna (tafsir) yang dimaksudkan oleh pemberi wahyu (Allah)? *** (Ahmad Sahidin)