Sejarah mengisahkan 13 Rajab merupakan hari kelahiran Sayyidina Ali bin Abu Thalib ra. Saya tidak tahu persis jam lahirnya. Hanya dalam riwayat disebutkan lahir di dalam Ka’bah. Ibunya, Fathimah binti Asad, saat kandungannya besar ia melakukan tawaf. Ketika mulai terasa, pintu Ka’bah terbuka kemudian dimasukinya. Lahirlah sang putra Ka’bah.
Awalnya putra Abu Thalib ini diberi
nama Asad dan Haidar. Kemudian Rasulullah saw (shallallahu ‘alaihi wa aalihi
wassallam) menjenguknya dan memberi nama: ‘Ali. Nama pemberian Sang Nabi itulah
yang kemudian ditetapkan sebagai namanya.
Ya… ‘Ali dalam bahasa Arab, kalau
tak salah, berarti yang memiliki ketinggian.
Saya tidak paham mengapa Nabi memberi nama itu. Hanya saja dalam sejarah
makna nama itu terbukti. ‘Ali merupakan orang terdekat Nabi dan memeliki
kemuliaan dengan menikahi putri Nabi: Sayidah Fathimah. Kemudian dalam hadis
disebut gerbang ilmu. Dalam sejarah tercatat sebagai panglima, prajurit, dan
orang yang dipercaya Nabi.
Setumpuk dalil yang menegaskan ‘Ali sebagai
orang terpilih dan mulia setelah Rasulullah saw dipegang saudara-saudara saya
yang mengikuti mazhab Syiah atau Ahlulbait. Salah satunya riwayat Ghadir Khum
yang menegaskan ‘Ali bin Abi Thalib sebagai maula sekaligus pemegang otoritas
agama setelah Rasulullah saw.
Rasulullah saw bersabda,
“Barangsiapa yang menganggap aku sebagai walinya maka (aku angkat) ‘Ali sebagai
walinya. Ya Allah, dukunglah siapa saja
yang mendukungnya (‘Ali) dan musuhilah siapa saja yang memusuhinya.”
Hadis tersebut berasal dari para
sahabat Nabi Muhammad saw , antara lain:
1.
Zaid bin Arqam Radhiallahu
‘anhu.
2.
Sa’ad bin Abi Waqqash Radhiallahu
‘anhu.
3.
Buraidah bin al-Hashib Radhiallahu
‘anhu.
4.
‘Ali bin Abi Thalib Radhiallahu
‘anhu.
5.
Abu Ayyub Al-Anshari Radhiallahu
‘anhu.
6.
Al-Barra’ bin ‘Aazib Radhiallahu
‘anhu.
7.
Abdullah bin ‘Abbas Radhiallahu
‘anhu.
8.
‘Anas bin Malik Radhiallahu
‘anhu.
9.
Abu Sa’id Al-Khudri Radhiallahu
‘anhu.
10. Abu Hurairah Radhiallahu ‘anhu.
Hadis tersebut terdapat dalam
kitab-kitab hadis yang disusun ahli hadis dari Ahlussunah seperti Muslim,
Turmudzi, Al-Hakim, Thabrani, Ahmad, Abu Sulaiman, An-Nasai, dan lainnya.
(Kalau mau detil silakan cek http://syarah-hadits.blogspot.com/2011/07/ghadir-khum.html
).
Kembali kepada Sayyidina
‘Ali bin Abi Thalib karamallahu wajha. Kalau dari sisi sejarah sudah
terlihat perannya. Dalam sisi budaya dan penamaan orang-orang Islam juga
berpengaruh. Kalau dilacak mungkin banyak yang menggunakan nama ‘Ali. Di Tatar
Sunda, Jawa Barat, nama ‘Ali sudah masuk dalam ranah budaya lokal. Misalnya ada
kisah bahwa ‘Ali pernah bertemu dengan Kean Santang. Dari pertemuan itu
kemudian Kean Santang memeluk agama Islam dan menyebarkan Islam ke Tatar Sunda.
Secara historis memang beda zaman di antara dua tokoh tersebut. Meski demikian, ada yang menafsirkannya
sebagai simbol bahwa agama Islam telah diterima urang Sunda sejak masa khulafa
rasyidun, abad 7 Masehi. Saya kira analisa budaya dan semiotik harus diupayakan
untuk memahami khazanah budaya lokal yang berkaitan dengan sebaran Islam ke
kawasan-kawasan di Asia Tenggara, utamanya Nusantara. ***