Jumat, 29 September 2023

Imam Ali: Adakah yang Meragukan?

Sejarah mengisahkan 13 Rajab merupakan hari kelahiran Sayyidina Ali bin Abu Thalib ra. Saya tidak tahu persis jam lahirnya. Hanya dalam riwayat disebutkan lahir di dalam Ka’bah. Ibunya, Fathimah binti Asad, saat kandungannya besar ia melakukan tawaf. Ketika mulai terasa, pintu Ka’bah terbuka kemudian dimasukinya. Lahirlah sang putra Ka’bah.

Awalnya putra Abu Thalib ini diberi nama Asad dan Haidar. Kemudian Rasulullah saw (shallallahu ‘alaihi wa aalihi wassallam) menjenguknya dan memberi nama: ‘Ali. Nama pemberian Sang Nabi itulah yang kemudian ditetapkan sebagai namanya.

Ya… ‘Ali dalam bahasa Arab, kalau tak salah, berarti yang memiliki ketinggian.  Saya tidak paham mengapa Nabi memberi nama itu. Hanya saja dalam sejarah makna nama itu terbukti. ‘Ali merupakan orang terdekat Nabi dan memeliki kemuliaan dengan menikahi putri Nabi: Sayidah Fathimah. Kemudian dalam hadis disebut gerbang ilmu. Dalam sejarah tercatat sebagai panglima, prajurit, dan orang yang dipercaya Nabi.

Setumpuk dalil yang menegaskan ‘Ali sebagai orang terpilih dan mulia setelah Rasulullah saw dipegang saudara-saudara saya yang mengikuti mazhab Syiah atau Ahlulbait. Salah satunya riwayat Ghadir Khum yang menegaskan ‘Ali bin Abi Thalib sebagai maula sekaligus pemegang otoritas agama setelah Rasulullah saw.  

 

Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa yang menganggap aku sebagai walinya maka (aku angkat) ‘Ali sebagai walinya.  Ya Allah, dukunglah siapa saja yang mendukungnya (‘Ali) dan musuhilah siapa saja yang memusuhinya.”

 

Hadis tersebut berasal dari para sahabat Nabi  Muhammad saw , antara lain:

1.      Zaid bin Arqam Radhiallahu ‘anhu.

2.      Sa’ad bin Abi Waqqash Radhiallahu ‘anhu.

3.      Buraidah bin al-Hashib Radhiallahu ‘anhu.

4.      ‘Ali bin Abi Thalib Radhiallahu ‘anhu.

5.      Abu Ayyub Al-Anshari Radhiallahu ‘anhu.

6.      Al-Barra’ bin ‘Aazib Radhiallahu ‘anhu.

7.      Abdullah bin ‘Abbas Radhiallahu ‘anhu.

8.      ‘Anas bin Malik Radhiallahu ‘anhu.

9.      Abu Sa’id Al-Khudri Radhiallahu ‘anhu.

10.  Abu Hurairah Radhiallahu ‘anhu.

 

Hadis tersebut terdapat dalam kitab-kitab hadis yang disusun ahli hadis dari Ahlussunah seperti Muslim, Turmudzi, Al-Hakim, Thabrani, Ahmad, Abu Sulaiman, An-Nasai, dan lainnya. (Kalau mau detil silakan cek http://syarah-hadits.blogspot.com/2011/07/ghadir-khum.html ).

Kembali kepada Sayyidina ‘Ali bin Abi Thalib karamallahu wajha. Kalau dari sisi sejarah sudah terlihat perannya. Dalam sisi budaya dan penamaan orang-orang Islam juga berpengaruh. Kalau dilacak mungkin banyak yang menggunakan nama ‘Ali. Di Tatar Sunda, Jawa Barat, nama ‘Ali sudah masuk dalam ranah budaya lokal. Misalnya ada kisah bahwa ‘Ali pernah bertemu dengan Kean Santang. Dari pertemuan itu kemudian Kean Santang memeluk agama Islam dan menyebarkan Islam ke Tatar Sunda. Secara historis memang beda zaman di antara dua tokoh tersebut.  Meski demikian, ada yang menafsirkannya sebagai simbol bahwa agama Islam telah diterima urang Sunda sejak masa khulafa rasyidun, abad 7 Masehi. Saya kira analisa budaya dan semiotik harus diupayakan untuk memahami khazanah budaya lokal yang berkaitan dengan sebaran Islam ke kawasan-kawasan di Asia Tenggara, utamanya Nusantara.  ***