Jumat, 01 September 2023

Keharusan Mengikuti Ahlulbait

Seorang kawan mengirim e-mail: apakah benar ada ayat Al-Quran dan hadis yang menyebutkan keharusan mengikuti Ahlulbait? 

Sebelum dijawab, saya balik tanya tentang yang dimaksud Ahlulbait. Menurut kawan saya itu: ada yang menyebutkan seluruh anggota keluarga Nabi Muhammad saw, termasuk para istri Nabi. Ketika saya tanya sumbernya menyebutkan riwayat dari Ikrimah. Saya tanya lagi: siapa dia? Dia tidak menjawabnya (kemungkinan sedang mencari informasi). 

Sambil menunggu: saya jawab bahwa dalam hadis yang disebut Ahlulbait merujuk pada asbabunnuzul ayat 33 surah Ahzab. Dari Ummu Salamah (istri Rasulullah saw) bahwa suatu hari Rasulullah saw memanggil Sayidah Fathimah, suaminya (Imam Ali bin Abi Thalib), dan kedua putranya (Al-Hasan dan Al-Husain). Mereka kemudian ditelungkupkan oleh Rasulullah saw dengan kain. Lalu, Ummu Salamah mendekati untuk masuk dalam kain. Rasulullah saw mencegahnya seraya mengatakan, “Engkau tetap berada dalam kebaikan.” Kemudian Rasulullah saw mengatakan, “Ya Allah inilah Ahlulbaitku. Sesungguhnya Allah hendak menghilangkan dosa dari kamu, wahai Ahlulbait, dan membersihkan kalian sebersih-bersihnya.”   

Dari asbabun nuzul ayat 33 surah Ahzab bahwa Ahlulbait khusus buat lima orang yang disucikan: Nabi Muhammad saw, Sayidah Fathimah, Imam Ali bin Abi Thalib, Al-Hasan, dan Al-Husain. Riwayat tersebut lengkapnya dapat dibaca dalam buku Dialog Sunnah Syiah yang diterbitkan Mizan, buku Dua Pusaka Nabi diterbitkan Ilya (Pustaka Zahra), dan buku Antologi Islam diterbitkan Al-Huda.  

Sementara anggota keluarga Nabi Muhammad saw seperti istri, keturunan Rasulullah saw yang bukan Ahlulbait, atau saudara dari Bani Hasyim disebut Alu Muhammad (dibaca: Aali Muhammad) seperti Alu Imran yang disebutkan Al-Quran. Bahkan untuk istri-istri Nabi memiliki penyebutan khusus: Ummul Mukminin, yang berarti ibu kaum mukmin.    

Kemudian saya tambahkan dengan menyebutkan surah Al-Maidah ayat 55 tentang Imam Ali bin Abi Thalib sebagai orang beriman pertama dan penolong dalam urusan agama Islam. Juga dalam riwayat lain disebutkan Imam Ali yang memberi zakat sambil rukuk (shalat). Ketika itu seseorang datang meminta bantuan kepada Rasulullah saw. Dikarenakan sedang tidak punya barang atau uang, orang itu disuruh untuk datang kepada Imam Ali yang saat ditemui sedang shalat. Ketika sudah dihadapannya, Imam Ali mengerakan jari tangannya supaya diambil cincin yang melekat. Orang itu pun mengambilnya. 

Juga surah Asyura ayat 23 tentang mencintai ahli waris (dalam hal ini keturunan Rasulullah saw), Al-Baqarah ayat 124, dan hadis-hadis Rasulullah saw.

Hadis yang populer adalah, “Aku tinggalkan bagimu dua hal, yang jika kamu berpegang teguh, kamu tidak akan sesat selama-lamanya: Kitab Allah (Al-Quran) dan itrah Ahlulbaitku.” Hadis ini terdapat dalam Shahih Muslim kitab fadhail shahabah, Musnad Ahmad jilid 4 halaman 366, Al-Baihaqi jilid 2 halaman 148, Shahih Turmudzi jilid 2 halaman 308, Mustadrak Al-Shahihain jilid 3 halaman 109, Kanz Al-Umal jilid halaman 47. 

Seorang kiai dari Jawa Timur: Khoirun Yusuf menyebutkan ada 27 riwayat hadis di atas dengan sanad yang sahih dan terdapat dalam kitab-kitab Ahlussunah (Sunni). 

Berkaitan dengan pemimpin yang harus ditaati atau otoritas agama setelah Rasulullah saw disebutkan dalam hadis Ghadir Khum. Dalam riwayat Muslim dari Zaid bin Arqam bahwa sepulang dari haji wada bersama sekira 120 orang, Rasulullah saw berhenti di Ghadir Khum dan menyampaikan khutbah. Di tengah khutbah memanggil Imam Ali bin Abi Thalib untuk naik ke mimbar yang terbuat dari pelana kuda. Rasulullah saw memegang tangan Imam Ali seraya bersabda, “man kuntu maula fa hadza Aliyyun maula. Ya Allah, bantulah mereka yang mengikuti kepadanya dan musuhilah mereka yang memusuhinya. Jayakanlah mereka yang menjayakannya dan hinakanlah mereka yang menghinakannya, liputilah kebenaran bersamanya di mana pun dia berada.”     

Bagi yang tidak percaya dengan kebenaran hadis Ghadir Khum silakan baca telaah ahli hadis dari Syaikh Albani dalam http://syarah-hadits.blogspot.com/2011/07/ghadir-khum.html. 

Juga dalam Shahih Muslim bab Man La Ha’arahum Naby, kitab Al-Birr wa Al-Shilah disebutkan Rasulullah saw dalam jamuan besar bersama tokoh Quraisy saat dakwah awal di Makkah mengatakan kepada Imam Ali bin Abi Thalib, “Inilah saudaraku, washiku, dan khalifahku untuk kamu. Maka dengarlah dan taatilah dia!  

Al-Hakim dalam Mustadrak Al-Hakim jilid 3 halaman 127, Tarikh Ibn Katsir jilid 7 halaman 458, dan Manaqib Ahmad bin Hanbal disebutkan ada hadis, “Aku (Rasulullah saw) adalah kota ilmu dan Ali adalah pintunya. Barang siapa yang akan memasukinya maka harus melalui pintunya.” Hadis ini banyak dinyanyikan kalangan muslim tradisional seperti Nahdlatul Ulama (NU), jamaah tarekat sufi, dan tentunya oleh Ijabiyyun (anggota dan masyarakat Ikatan Jamaah Ahlulbait Indonesia disingkat IJABI). 

Hadis lainnya, Nabi Muhammad saw bersabda, “Sesungguhnya perumpamaan Ahlulbaitku di sisi kalian bagaikan bahtera Nabi Nuh di sisi kaumnya. Siapa yang ikut selamat dan yang tidak ikut akan tenggelam.” Terdapat dalam Al-Mustadrak Al-Hakim jilid 3 halaman 151, Shawaiq Al-Muhriqah karya Ibnu Hajar As-Qalani halaman 184 dan 234, dan Tarikh Khulafa karya Jalaluddin Suyuthi. 

Dari obrolan dengan kawan, saya tanya balik: adakah nash atau dalil-dalil yang menyebutkan Abu Bakar bin Abi Quhafah, Umar bin Khaththab, Utsman bin Affan, dan sahabat lainnya sebagai orang yang harus diikuti setelah Rasulullah saw? Kawan saya tidak menjawab. Simpe…. teu aya waleran. Saya rasa mungkin ada, tetapi kualitas hadisnya yang mungkin perlu dikaji kembali secara kritis. *** [ahmad sahidin]