Yang sering dijadikan tudingan bagi pengikut Muslim yang bermazhab Ahlulbait adalah berkaitan dengan mencaci sahabat Nabi Muhammad saw. Isu tersebut terus ditudingkan tanpa henti. Meski sudah banyak dijawab oleh pengikut Syiah, tetap masih ada saja yang terus menyebarkannya.
Kalau tidak salah, salah satu ormas Syiah sudah menerbitkan buku yang isinya menjelaskan segala hal yang berkaitan dengan Syiah. Harusnya semakin berhenti, malah terus saja provokasi dan membuat isu-isu lain lagi. Kalau memperhatikan mereka yang benci Syiah, terasa cape dan lelah. Mungkin karena projek sehingga tak gentar walau sudah basi.
Saya belum menemukan bukti orang Syiah di Indonesia menghujat sahabat Nabi. Sejarah
mengisahkan justru Dinasti Umayyah yang menghujat Sayidina Ali bin Abi Thalib ra
selama 70 tahun. Tidak hanya kepada Sayidina Ali bin Abi Thalib ra, bahkan
kepada keturunannya dan pengikutnya dikejar dan dibunuh.
Ada pernyataan dari Muawiyah bin Abu Sufyan, penguasa Dinasti Umayyah yang
membenci keluarga Rasulullah saw, bahwa ia ingin menghilangkan pengaruh dan
citra Sayidina Ali yang menjadi lawan politiknya. Sejarah mengisahkan Sayidina
Ali merupakan sosok yang dekat dan merupakan gerbang ilmu Rasulullah saw.
Beliau juga dinikahkan oleh Rasulullah saw dengan putrinya, Sayidah Fatimah.
Kemudian ditetapkan sebagai pemegang otoritas agama sekaligus khalifah setelah
Rasulullah saw melalui pernyataan langsung Nabi di Ghadir Khum sepulang dari
Haji Wada.
Keistimewaan itulah yang saya kira membuat para sahabat lainnya, khususnya
Muawiyah yang baru masuk Islam menjadi kurang respon dengan kehadiran Sayidina
Ali. Hal ini berimplikasi dengan upaya meruntuhkan kekuasaan Islam yang
dipimpin Sayidina Ali dengan dalih menuntut balas atas kematian Utsman bin
Affan yang mati dibunuh sahabat-sahabat Nabi yang menentang kebijakan Utsman.
Dengan berbagai upaya, termasuk jalur diplomasi yang licik, Muawiyah menjadi
memimpin umat Islam dengan mendirikan Dinasti Umayyah. Ternyata tidak berhenti
membenci Sayidina Ali, malah terus melanggengkannya dalam setiap khutbah jumat.
Setiap khotib jumat pada akhir khutbah diharuskan mencaci maki Sayidina Ali
beserta keturunannya. Ulama atau khotib yang tidak melakukannya dihukum secara
keji dan berakhir dengan kematian. Aksi tidak terpuji itu berlangsung selama 70
tahun.
Berganti pemimpin, bukannya berakhir. Yang paling tragis dan keji adalah
tindakan Yazid bin Muawiyah yang membantai keluarga Rasulullah saw, khususnya
memenggal Imam Husain putra Sayidah Fatimah yang juga cucu Rasulullah saw.
Kejadian ini dikenal dengan tragedi Karbala yang terjadi pada 10 Muharram dan
dijadikan momentum duka cita bersama yang disebut perayaan Asyura.
Sampai kemudian muncul pemimpin Dinasti Umayyah yang bernama Umar bin Abdul
Aziz yang melarang menghujat Sayidina Ali. Berakhirkah? Sejarah mengisahkan
tidak! Setelah Umar bin Abdul Aziz,
penguasa Dinasti Umayyah dan Dinasti Abbasiyah menghidupkan lagi dengan isu
kaum pemberontak dan separatis yang membahayakan pemerintahan. Tidak sedikit
umat Islam yang disinyalir mendukung Ahlulbait Rasululllah saw dan pengikut
Syiah dibantai.
Mungkin karena kekejaman itulah pengikut Syiah kerapkali memberikan kritik
yang pedas setiap kali membicarakan sosok-sosok penopang Dinasti Umayyah dan
Dinasti Abbasiyah. Kritik yang terlontar itu mungkin dipahami sebagai cercaan
oleh orang-orang yang benci Syiah. Kemudian disebarluaskan bahwa Mazhab Syiah
mencaci sahabat. Yang mengherankan: kenapa mereka yang benci Syiah tidak juga
mencaci Muawiyah yang jelas-jelas dalam sejarah politik merebut kekuasaan
Sayidina Ali dan membuat kebijakan untuk menghujatnya dalam khutbah jumat?
Kembali pada judul: benarkah Syiah mencaci sahabat? Pengalaman saya bergaul
dengan teman-teman yang memeluk mazhab Syiah belum terdengar hujatan. Bahkan ada
fatwa dari Sayid Ali Khamenei, pemimpin tertinggi di Iran dan ulama Syiah, yang
menyatakan larangan menghujat sahabat:
Bismillahirrahmanirrahim Assalamualaikum wa rahmatullah wa barakatuh. Diharamkan
menghina simbol-simbol (yang diagungkan) saudara-saudara seagama kita,
ahlusunah, berupa tuduhan terhadap istri Nabi saw. dengan hal-hal yang
mencederai kehormatannya, bahkan tindakan ini diharamkan terhadap istri- istri
para nabi terutama penghulunya, yaitu Rasul termulia saw. Semoga Anda semua mendapatkan taufik untuk setiap
kebaikan
(http://satuislam.wordpress.com/2012/05/14/fatwa-sayid-khamanei-larangan-mencaci-sahabat-dan-simbol-simbol-ahlussunnah/).
Dengan adanya bukti larangan dari ulama Syiah tersebut, sudah saatnya tidak
lagi menganggap Syiah sebagai penghujat sahabat. Kalau pun memang ada, saya
kira itu adalah oknum yang perlu dibina dan diarahkan dengan baik tanpa
menghilangkan identitas yang diyakininya. Karena itu, sudah saatnya para
penebar isu-isu negatif melakukan evaluasi dan berupaya mengedepankan dialog
ilmiah dengan bingkai ukhuwah Islamiyyah. *** (ahmad sahidin)