Sabtu, 01 Oktober 2022

Bekal yang Paling Baik

SUATU hari Rasulullah saw bercerita bahwa kelak di Padang Mahsyar ada seorang mukmin dibangkitkan. Bersama dia dibangkitkan juga seorang manusia yang lain, yang wajahnya penuh keceriaan. Orang yang dibangkitkan itu menuntun tangan si mukmin dan menghiburnya. Kalau si mukmin menyaksikan melihat hal-hal yang mengerikan, dia menenteramkan hatinya dan berkata, “Itu tidak disediakan bagimu.”  Sebaliknya saat melihat hal-hal yang menyenangkan dan indah-indah, dia berkata, “Insya Allah disediakan untukmu.”

Ketika berdiri di hadapan Allah, dia menjadi pembela si mukmin. Kemudian Allah berfirman, “masukkan si mukmin ini ke surga.” Dia juga yang mengantarkan si mukmin ke dalam surga.

Sesampainya di surga, si mukmin bertanya, “Siapa kamu ini sebenarnya, begitu baik kamu memperlakukan aku?” 

Orang yang ditanya menjawab, “Aku adalah kebahagiaan yang pernah engkau masukkan kepada sesama manusia. Dahulu di dunia ketika engkau membahagiakan orang lain, Allah ciptakan seorang makhluk yang sepertiku yang bertugas untuk membahagiakan kamu pada hari ini.” 

Alhamdulillah, saya menemukan riwayat tersebut dalam buku Madrasah Ruhaniah: Berguru pada Ilahi di Bulan Suci karya Jalaluddin Rakhmat (Bandung: Mizan, 2007, halaman 223-224).

Saya kira riwayat tersebut menjadi bukti bahwa setiap amal perbuatan akan berwujud di akhirat. Setiap perbuatan akan mendapatkan balasan. Sekecil apa pun amal baik yang dilakukan pasti akan ditampakkan dan mendapat balasan di akhirat. Termasuk perbuatan buruk yang dilakukan meski disembunyikan pasti akan diperlihatkan Allah dan mendapatkan balasannya. 

Masih dalam buku Madrasah Ruhaniah, terdapat sebuah riwayat bahwa Nabi Musa as berbincang dengan Allah. Allah Yang Mahasuci bertanya, “Hai Musa, banyak sekali ibadahmu, yang mana untuk-Ku?” 

Nabi Musa as terkejut. Kemudian dengan cepat menjawab, “Shalatku, hajiku, kurbanku, doa, dan zikirku.” 

Allah berkata, “Semuanya untuk kamu, mana untuk-Ku?” 

Nabi Musa as bingung dan berkata, “Tunjukkan pada hambamu yang lemah ini, mana ibadahku untuk-Mu!” 

Allah berkata, “Berkhidmatlah kepada hamba-hamba-Ku!” 

Dalam riwayat tersebut jelas bahwa setiap ibadah ritual yang kita lakukan pahalanya akan kembali kepada kita kelak di akhirat. Pahala baca quran, doa, tarawih, shalat, dan zikir kembalinya kepada kita. Ibadah lailatul qadar yang semalan suntuk dilakukan jelas pahalanya buat yang melaksanakannya. Semua amal tersebut bukan untuk Allah, tetapi kepentingannya untuk kita. Lalu, ibadah yang mana untuk Allah?     

Dalam sebuah hadits qudsi Rasulullah saw bersabda bahwa Allah berfirman,”Semua makhluk adalah keluarga-Ku. Makhluk yang paling Aku cintai adalah yang paling penyayang pada makhluk yang lain, yang paling sungguh-sungguh dalam memenuhi keperluannya.” *** (ahmad sahidin)