Rabu, 12 Oktober 2022

Tarikh Nabi: Kemenangan Perang Badar

RAMADHAN tahun kedua hijrah, Nabi Muhammad saw bersama 313 kaum Muslim meninggalkan Madinah menuju tepi sumur Badar, tempat kaum Quraisy berkemah. Orang-orang Quraisy mengetahui kedatangan pasukan Islam sehingga menyuruh orang untuk mengajak orang-orang Makkah untuk membantunya. Pasukan Makkah yang terdiri dari berbagai suku berdatangan dan bersenjata lengkap. Jumlahnya tiga kali lipat dari rombongan kaum Muslim.

Nabi Muhammad saw mengumpulkan rombongannya yang terdiri dari 74 Muhajirin dan selebihnya Anshar.

Setelah memuji Allah, Sang Nabi Muhammad ambil berdiri berkata, “Bagaimana pandangan kalian tentang hal ini?”

Abu Bakar berdiri seraya berkomentar, “Para pemimpin Quraisy dan pejuangnya telah bergabung dalam pasukan itu. Quraisy sama sekali belum menyatakan keimanan pada agama dan belum jatuh dari puncak kejayaan ke jurang kemorosotan. Lagi pula, kita tidak keluar dari Madinah dengan perlengkapan penuh.”

“Duduklah,” perintah Sang Nabi.

Kemudian Umar bin Khaththab berdiri dan berkomentar dengan kalimat yang isinya sama dengan yang disampaikan Abu Bakar. Sang Nabi menyuruhnya duduk.

Hening sebentar. Tiba-tiba Miqdad berdiri dan berkata, “Wahai Nabi Allah! Hati kami bersama Anda dan Anda harus bertindak sesaui dengan perintah yang diberikan Allah kepada Anda. Demi Allah! Kami tidak akan mengatakan kepada Anda apa yang dikatakan Bani Israil kepada Musa. Ketika Musa menyuruh mereka berjihad, mereka berkata: Hai Musa! Anda dan Tuhan Anda harus pergi melakukan jihad dan kami akan duduk di sini. Tetapi kami justru mengatakan kepada Anda yang sebaliknya. Lakukanlah jihad di bawah naungan rahmat Allah dan kami pun akan menyertai Anda dan akan bertempur. ”

Sang Nabi tersenyum sembari mendoakan Miqdad. Sang Nabi mengulang kembali pertanyaannya yang diarahkan kepada kaum Anshar.

Saad bin Muadz, salah seorang kaum Anshar, berdiri kemudian berkata, “Wahai Nabi Allah! Kami beriman kepada Anda dan bersaksi bahwa agama Anda adalah agama yang benar. Kami telah berjanji bahwa kami akan menaati Anda dan berpegang teguh pada segala keputusan yang Anda ambil. Kami bersumpah demi Allah Yang Mahakuasa yang telah mengangkat Anda menjadi Nabi bahwa sekiranya Anda masuk ke dalam laut maka kami akan mengikuti Anda dan tidak seorang pun dari kami akan tertinggal. Sekali-kali kami tidak takut menghadapi musuh. Kami dapat berbakti dan berkorban dalam hal ini yang mungkin membelalakan mata Anda. Dalam menaati perintah Allah, Anda boleh mengirim kami ke mana saja yang Anda anggap cocok.”

Kembali Sang Nabi tersenyum. Kemudian rombongan disuruh berdiri dan Sang Nabi berkata, “Bergeraklah dan saya berikan kepada sekalian berita gembira bahwa Anda akan menemui kafilah Quraisy kemudian menyita barang-barangnya. Kalian akan berjuang melawan pasukan bantuan Quraisy. Sekarang saya dapat melihat kekalahan orang Quraisy dan mendapatkan mereka dalam keadaan menderita kerugian yang besar.”

Terjadilah perang di Badar. Dalam perang itu kaum Muslim meraih kemenangan. Jumlah pasukan yang banyak tidak menjadi jaminan untuk menang. Dalam Perang Badar ini tercatat 14 orang Islam wafat dan dari pihak musuh sebanyak 70 orang tewas serta 70 orang ditawan. Mayat-mayat musuh dikumpulkan dalam satu lubang kemudian ditimbun dengan tanah. Sang Nabi kemudian berdiri di sampingnya kemudian berkata, “Wahai Utbhah, Syaibah, Umayyah, Abu Jahal! Apakah kamu dapati bahwa apa yang dijanjikan tuhanmu kepadamu benar? Saya telah mendapatkan bahwa apa yang dijanjikan Tuhanku ternyata benar dan nyata.”

 Para sahabat bertanya, “Apakah Anda sedang berbicara dengan mayat?”

“Mereka mendengar kata-kata saya, hanya saja tidak dapat menjawabnya,” jawab Nabi Muhammad saw (lihat buku Jafar Subhani, Sejarah Nabi Muhammad saw [Jakarta: Lentera, 2006] halaman 325-327 dan 340).

Perang Badar yang meraih kemenangan membuktikan bahwa Rasulullah saw berada dalam lindungan Allah sehingga jumlah pasukan umat Islam ditampakan banyak oleh Allah dihadapan musuh-musuh. Ditambah lagi dengan semangat untuk meraih surga sehingga kematian tidak membuat takut malah dijemputnya dengan sepenuh hati. Kemudian semangat juang yang berorientasi ibadah yang dibuktikan Rasulullah saw dan umat Islam terdahulu menjadi faktor kemenangan dari perang besar melawan pasukan kafir Makkah. Karena itu, mumpung bulan Ramadhan raihlah kemenangan dengan mengendalikan diri (jiwa dan raga) sampai kesucian meliputi diri kita. Sadarilah bahwa Ramadhan adalah bulan madrasah ruhaniah, hari-hari yang diisi dengan amaliah dan ibadah sosial. Dengan penuh kasih, Allah memberinya untuk kita agar dimanfaatkan sebaik-baiknya dengan keimanan yang teguh, seperti para sahabat dalam Perang Badar.  *** (ahmad sahidin)