RAMADHAN tahun kedua hijrah, Nabi Muhammad saw bersama 313 kaum Muslim meninggalkan Madinah menuju tepi sumur Badar, tempat kaum Quraisy berkemah. Orang-orang Quraisy mengetahui kedatangan pasukan Islam sehingga menyuruh orang untuk mengajak orang-orang Makkah untuk membantunya. Pasukan Makkah yang terdiri dari berbagai suku berdatangan dan bersenjata lengkap. Jumlahnya tiga kali lipat dari rombongan kaum Muslim.
Nabi Muhammad saw mengumpulkan
rombongannya yang terdiri dari 74 Muhajirin dan selebihnya Anshar.
Setelah memuji Allah, Sang Nabi
Muhammad ambil berdiri berkata, “Bagaimana pandangan kalian tentang hal ini?”
Abu Bakar berdiri seraya
berkomentar, “Para pemimpin Quraisy dan pejuangnya telah bergabung dalam
pasukan itu. Quraisy sama sekali belum menyatakan keimanan pada agama dan belum
jatuh dari puncak kejayaan ke jurang kemorosotan. Lagi pula, kita tidak keluar
dari Madinah dengan perlengkapan penuh.”
“Duduklah,” perintah Sang Nabi.
Kemudian Umar bin Khaththab berdiri
dan berkomentar dengan kalimat yang isinya sama dengan yang disampaikan Abu
Bakar. Sang Nabi menyuruhnya duduk.
Hening sebentar. Tiba-tiba Miqdad
berdiri dan berkata, “Wahai Nabi Allah! Hati kami bersama Anda dan Anda harus
bertindak sesaui dengan perintah yang diberikan Allah kepada Anda. Demi Allah!
Kami tidak akan mengatakan kepada Anda apa yang dikatakan Bani Israil kepada
Musa. Ketika Musa menyuruh mereka berjihad, mereka berkata: Hai Musa! Anda dan
Tuhan Anda harus pergi melakukan jihad dan kami akan duduk di sini. Tetapi kami
justru mengatakan kepada Anda yang sebaliknya. Lakukanlah jihad di bawah
naungan rahmat Allah dan kami pun akan menyertai Anda dan akan bertempur. ”
Sang Nabi tersenyum sembari
mendoakan Miqdad. Sang Nabi mengulang kembali pertanyaannya yang diarahkan
kepada kaum Anshar.
Saad bin Muadz, salah seorang kaum
Anshar, berdiri kemudian berkata, “Wahai Nabi Allah! Kami beriman kepada Anda
dan bersaksi bahwa agama Anda adalah agama yang benar. Kami telah berjanji
bahwa kami akan menaati Anda dan berpegang teguh pada segala keputusan yang
Anda ambil. Kami bersumpah demi Allah Yang Mahakuasa yang telah mengangkat Anda
menjadi Nabi bahwa sekiranya Anda masuk ke dalam laut maka kami akan mengikuti
Anda dan tidak seorang pun dari kami akan tertinggal. Sekali-kali kami tidak takut
menghadapi musuh. Kami dapat berbakti dan berkorban dalam hal ini yang mungkin
membelalakan mata Anda. Dalam menaati perintah Allah, Anda boleh mengirim kami
ke mana saja yang Anda anggap cocok.”
Kembali Sang Nabi tersenyum.
Kemudian rombongan disuruh berdiri dan Sang Nabi berkata, “Bergeraklah dan saya
berikan kepada sekalian berita gembira bahwa Anda akan menemui kafilah Quraisy
kemudian menyita barang-barangnya. Kalian akan berjuang melawan pasukan bantuan
Quraisy. Sekarang saya dapat melihat kekalahan orang Quraisy dan mendapatkan
mereka dalam keadaan menderita kerugian yang besar.”
Terjadilah perang di Badar. Dalam
perang itu kaum Muslim meraih kemenangan. Jumlah pasukan yang banyak tidak
menjadi jaminan untuk menang. Dalam Perang Badar ini tercatat 14 orang Islam
wafat dan dari pihak musuh sebanyak 70 orang tewas serta 70 orang ditawan.
Mayat-mayat musuh dikumpulkan dalam satu lubang kemudian ditimbun dengan tanah.
Sang Nabi kemudian berdiri di sampingnya kemudian berkata, “Wahai Utbhah,
Syaibah, Umayyah, Abu Jahal! Apakah kamu dapati bahwa apa yang dijanjikan
tuhanmu kepadamu benar? Saya telah mendapatkan bahwa apa yang dijanjikan
Tuhanku ternyata benar dan nyata.”
Para sahabat bertanya, “Apakah Anda sedang
berbicara dengan mayat?”
“Mereka mendengar kata-kata saya,
hanya saja tidak dapat menjawabnya,” jawab Nabi Muhammad saw (lihat buku Jafar Subhani, Sejarah
Nabi Muhammad saw [Jakarta: Lentera, 2006] halaman 325-327 dan 340).
Perang Badar yang meraih kemenangan
membuktikan bahwa Rasulullah saw berada dalam lindungan Allah sehingga jumlah
pasukan umat Islam ditampakan banyak oleh Allah dihadapan musuh-musuh. Ditambah
lagi dengan semangat untuk meraih surga sehingga kematian tidak membuat takut
malah dijemputnya dengan sepenuh hati. Kemudian semangat juang yang
berorientasi ibadah yang dibuktikan Rasulullah saw dan umat Islam terdahulu
menjadi faktor kemenangan dari perang besar melawan pasukan kafir Makkah.
Karena itu, mumpung bulan Ramadhan raihlah kemenangan dengan mengendalikan diri
(jiwa dan raga) sampai kesucian meliputi diri kita. Sadarilah bahwa Ramadhan
adalah bulan madrasah ruhaniah, hari-hari yang diisi dengan amaliah dan ibadah
sosial. Dengan penuh kasih, Allah memberinya untuk kita agar dimanfaatkan
sebaik-baiknya dengan keimanan yang teguh, seperti para sahabat dalam Perang
Badar. *** (ahmad sahidin)