Senin, 04 April 2022

Hikmah Perang Dzat Salasil

KEHIDUPAN Nabi Muhammad saw tidak hanya berada dalam masa-masa yang nikmat atau sukses, juga mengalami masa-masa peperangan melawan musuh-musuh Islam. Biasanya perang yang dikenal oleh umat Islam hanya Perang Badar, Perang Uhud, Perang Ahzab, Perang Mu’tah, dan Perang Hunain. Bahkan, untuk Perang Uhud kadang diingatkan para ulama sebagai bukti kelalaian para sahabat terhadap amanah Rasulullah saw sehingga musuh menyerang balik. Perang Badar disebut sebagai perang kemenangan Islam terhadap kaum musyrikin yang memusuhi Rasulullah saw dan umat Islam. Namun, untuk Perang Dzat Salasil mungkin tidak semua umat Islam mengetahuinya.

Dalam buku Sejarah Nabi Muhammad saw: Ar-Risalah karya Jafar Subhani disebutkan kejadian Perang Dzat Salasil terjadi pada tahun kedelapan hijriah. Seorang intelijen dari pihak Islam melaporkan kepada Rasulullah saw bahwa di Lembah Yahbis terdapat ribuan Bani Salim yang berkumpul hendak menyerang Madinah secara tiba-tiba. 

Rasulullah saw kemudian mengumpulkan orang-orang Madinah di masjid. Setelah berkumpul, Rasulullah saw berkata, “Musuh-musuh Allah sedang bersiap-siap dan telah memutuskan akan menyerang Anda sekalian secara mendadak pada malam hari. Karena itu, sebagian dari Anda harus menyingkirkan kejahatan mereka.” 

Orang-orang yang berkumpul di masjid setuju dengan yang direncanakan Rasulullah saw. Disiapkan pasukan dan komandonya dipilih Abu Bakar bin Abi Quhafah. Berangkatlah pasukan Islam menuju lembah yang dihuni Bani Salim dan pasukannya. Jalan yang ditempuh berbatu-batu dan daerahnya luas. Ketika tiba pasukan yang dipimpin Abu Bakar langsung dihadang pasukan musuh. 

Terjadilah dialog antara Abu Bakar dengan pemimpin Bani Salim. Pemimpin Bani Salim bertanya, “Apa tujuan kalian datang ke sini?” Abu Bakar menjawab, “Saya diutus Rasul Allah untuk mengenalkan Islam kepada Anda sekalian dan akan memerangi kalian kalau menolaknya.” 

Karena mereka sudah siap bertempur maka ancaman Abu Bakar langsung dilawan dengan pedang. Pasukan Bani Salim langsung menyerang pasukan Islam sehingga terjadi peperangan. Melihat kesiapan dan peralatan yang lengkap membuat pasukan Islam mundur dan Abu Bakar menyeru pasukan Islam untuk kembali ke Madinah. Di antara pasukan Islam ada yang memilih untuk terus melawan sampai meraih syahid. Namun, Abu Bakar tetap bersikeras untuk kembali sehingga pasukan Islam pun balik ke Madinah. 

Setibanya pasukan Islam di Madinah, Rasulullah saw langsung mengumpulkan kembali pasukan Islam dan menunjuk Umar bin Khaththab untuk kembali menyerang pasukan musuh di Lembah Yabis. Pasukan Islam di bawah komando Umar saat tiba di lembah langsung diserang dengan gencar. Terjadilah perang antara pasukan Islam dan musuh. Melihat kekuatan musuh yang terus bertambah maka Umar bin Khaththab memilih mundur kemudian membawa pasukan Islam kembali ke Madinah. 

Lagi-lagi Rasulullah saw mengumpulkan kembali pasukan Islam dan menunjuk Amr bin Ash untuk memimpin pasukan Islam menyerang Bani Salim. Sama seperti Abu Bakar dan Umar bin Khaththab, Amr bin Ash juga memilih membawa pasukannya kembali ke Madinah ketika perang terjadi. 

Kembalinya pasukan Islam membuat Rasulullah saw tidak diam. Rasulullah saw kembali menyeru umat Islam untuk berkumpul dan menunjuk Ali bin Abi Thalib untuk kembali menyerang pasukan Bani Salim. Setelah semua terkumpul, Ali berangkat dengan mengambil jalan yang bukan mengarah pada Lembah Yabis. Di tengah perjalanan pasukan dibelokan ke arah Bani Salim. 

Sebelum masuk ke pintu Bani Salim, Ali memerintahkan pasukannya beristirahat dan menyuruh untuk membebat mulut kuda agar tidak terdengar ringkikan suara kuda. Imam Ali dan pasukan Islam bermalam di sana. Selesai shalat subuh berjamaah pasukan Islam disiapkan untuk bergerak mendaki perbukitan dari sisi belakang Lembah Yabis. Pasukan Islam turun menggempur musuh yang sedang dalam keadaan tidak siap sehingga banyak jatuh korban dan menyerah. Sebagian musuh ada yang berlari ketakutan sehingga barang-barang berharga dan senjata diambil pasukan Islam sebagai harta rampasan perang. 

Kemenangan pasukan Islam di bawah komando Ali ini membuat bangga Rasulullah saw dan penduduk Madinah. Orang-orang Madinah menyambut kemenangan dengan gembira dan meneriakan takbir. Untuk kemenangan Perang Dzat Salasil ini, Allah menurunkan Surah Al-Adiyat ayat 1-5 kepada Rasulullah saw, “Demi kuda perang yang berlari kencang dengan terengah-engah, dan kuda yang mencetuskan api dengan pukulan, dan kuda yang menyerang dengan tiba-tiba pada waktu pagi, maka ia menerbangkan debu, dan menyerbu ke tengah-tengah kumpulan musuh.” 

Dari Perang Dzat Salasil tersebut, ada pelajaran yang berharga bagi umat Islam bahwa untuk meraih kemenangan dalam melawan musuh memerlukan strategi yang jitu dan tidak mengulang kembali kesalahan orang-orang terdahulu. Kecakapan dalam mempelajari suatu masalah kemudian mencari solusi dan waktu yang tepat menjadi penentu dalam kesuksesan dalam beraktivitas. Karena itu, seorang Muslim dan Muslimah yang ingin meraih kebahagiaan dan kesuksesan dalam menjalani kehidupan dunia ini memerlukan perencanaan dan langkah-langkah yang teratur serta penyesuaian dengan situasi dan kondisi yang tepat. 

Demikian penggalan kisah dari tarikh atau sirah nabawiyah, yang bisa saya bagikan. Mudah-mudahan menjadi inspirasi dalam menjalani kehidupan. *** (Ahmad Sahidin)