Saat Sayyid Muhammad bin Abdullah berusia 35 tahun, kabilah Quraisy Makkah pernah konflik. Peristiwa ini terkait dengan renovasi Kabah (Baitullah) yang rusak akibat banjir. Orang-orang Makkah memperbaikinya dengan melibatkan seluruh kabilah yang ada di Makkah. Pekerjaan ini diawali oleh Al-Walid bin Al-Mughirah Al-Makhzumi kemudian diikuti yang lain setelah melihat tidak terjadi apa-apa terhadapnya. Mereka membagi bagian bangunan Kabah sehingga setiap kabilah mendapat bagian dan mereka mengerjakan sesuai dengan bagiannya. Disebutkan bahwa yang menjadi pimpinan proyek bernama Baqum berasal dari negeri Romawi.
Setelah bangunan Kabah beres, di antara mereka
bertikai tentang siapa yang berhak meletakkan Hajar Aswad ke tempat semula. Mereka merasa
paling berhak sehingga berebut ingin yang pertama meletakkannya. Suasana
menegangkan ini berlangsung lima malam, bahkan hampir terjadi peperangan di
Tanah Suci.
Tokoh Makkah bernama Umayyah bin al-Mughirah
al-Makhzumi menawarkan penyelesaian di antara mereka. Ia menetapkan orang yang
paling dahulu memasuki pintu masjid maka dia yang berhak meletakkan Hajar
Aswad. Tawaran Umayyah diterima semua pihak kabilah Makkah.
Pada pagi hari itu, Sayyid Muhammad bin
Abdullah adalah menjadi orang pertama yang memasuki area Kabah. Saat
melihatnya, mereka berteriak: Inilah Al-Amiin! Kami rela! Inilah Muhammad!
Sayyid Muhammad bin
Abdullah diberitahu tentang kesepakatan di antara kabilah Makkah berkaitan
dengan Hajar Aswad. Sayyid Muhammad meminta sehelai selendang kemudian
meletakkan Hajar Aswad di tengahnya. Lalu meminta setiap pemimpin kabilah agar
masing-masing memegang ujung selendang. Selanjutnya mereka mengangkatnya
tinggi-tinggi dan bergerak membawa batu itu pada tempat semula. Selanjutnya
Sayyid Muhammad mengambil Hajar Aswad dan meletakkan di
tempatnya semula. Orang-orang Makkah senang dengan cara tersebut karena setiap
kabilah merasa dihormati dan berperan dalam pengembalian Hajar Aswad di Kabah. *** (ahmad sahidin)