Kamis, 02 Desember 2021

Khutbah Jumat Pertama Rasulullah Saw

Dalam perjalanan hijrah, Nabi singgah di Quba dan tinggal di rumah Kultsum bin Hadam, kepala Bani Amar bin Auf, yang terletak sekira 10 km dari Madinah. Di tempat persinggahan ini Nabi membuat masjid yang dikenal dengan nama Masjid Quba atau disebut Wadi. Nabi juga menggelar shalat dan khutbah Jumat yang pertama dalam sejarah. Rasulullah Saw dalam khutbahnya menyampaikan:

“Hai manusia, pentingkanlah dirimu untuk mempelajari dan mengetahui segala sesuatu. Demi Allah, engkau pada suatu masa akan meninggalkan dunia yang fana ini. Kambing gembalamu akan terpaksa ditinggal dilepaskan dengan tidak ada penjaganya lagi. Kemudian Tuhanmu akan berkata kepadamu dengan perkataan yang langsung dan tidak berperantaraan: bukankah sudah pernah Aku mengirimkan Rasul utusan-Ku kepadamu yang menyampaikan seruanku? Dan bukankah sudah pernah Aku memberikan kepadamu harta benda dan kelebihan-kelebihan kepadamu. Namun apa yang engkau perbuat untuk dirimu? Cobalah layangkan pandanganmu ke kiri dan ke kanan, tentu engkau tak melihat apa-apa. Lihat dan tinjaulah ke depan, maka tidak lain yang engkau lihat melainkan neraka. Maka barangsiapa yang berkuasa, hendaklah ia menjauhkan dirinya dari api neraka itu walaupun bersedekah dengan satu butir kurma. Kerjakanlah yang demikian itu. Maka kalau engkau tidak memilikinya, bersedekahlah dengan perkataan yang baik. Karena ia akan diberi ganjaran sepuluh kali sampai tujuh ratus kali lipat. Selamatlah engkau semua. Mudah-mudahan engkau mendapat rahmat Allah serta berkahnya.

Wahai kamu sekalian. Kembangkanlah perdamaian. Berilah orang makan. Eratkanlah persaudaraan dan tunaikanlah shalat pada waktu malam saat orang banyak sedang tidur. Dengan amal-amal ini kamu dapat masuk surga dengan selamat.”[1]

Hanafi al-Mahlawi dalam buku Al-Amakin al-Masyhurah Fi Hayati Muhammad, mencantumkan isi khutbah yang lengkap sebagai berikut:

"Segala puji bagi Allah, kepada-Nya aku memohon pertolongan, ampunan, dan petunjuk. Aku beriman kepada Allah dan tidak kufur kepada-Nya. Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah, dan tidak ada sekutu bagi-Nya. Dan, aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan Allah. Dia telah mengutusnya dengan petunjuk dan agama yang benar, dengan cahaya dan pelajaran, setelah lama tidak ada rasul yang diutus, minimnya ilmu, dan banyaknya kesesatan pada manusia di kala zaman menjelang akhir dan ajal kian dekat.

Barang siapa yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya, sesungguhnya ia telah mendapatkan petunjuk. Dan, barang siapa yang bermaksiat kepada Allah dan Rasul-Nya, sesungguhnya ia telah melampaui batas dan tersesat dengan kesesatan yang sangat jauh.

Aku berwasiat kepada kalian untuk bertakwa kepada Allah. Itulah wasiat terbaik bagi seorang Muslim. Dan, seorang Muslim hendaknya selalu ingat akhirat dan menyeru kepada ketakwaan kepada Allah.

Berhati-hatilah terhadap yang diperingatkan Allah. Sebab, itulah peringatan yang tiada tandingannya. Sesungguhnya ketakwaan kepada Allah yang dilaksanakan karena takut kepada-Nya, ia akan memperoleh pertolongan Allah atas segala urusan akhirat.

"Barang siapa yang selalu memperbaiki hubungan dirinya dengan Allah, baik di kala sendiri maupun di tengah keramaian, dan ia melakukan itu tidak lain kecuali hanya mengharapkan rida Allah, maka baginya kesuksesan di dunia dan tabungan pahala setelah mati, yaitu ketika setiap orang membutuhkan balasan atas apa yang telah dilakukannya. Dan, jika ia tidak melakukan semua itu, pastilah ia berharap agar masanya menjadi lebih panjang. Allah memperingatkan kamu akan siksa-Nya. dan Allah Mahasayang kepada hamba-hamba-Nya." (QS Ali Imran [3]: 30).

Dialah Zat yang benar firman-Nya, melaksanakan janji-Nya, dan semua itu tidak pernah teringkari. Allah berfirman, "Keputusan di sisi-Ku tidak dapat diubah, dan Aku sekali-kali tidak menganiaya hamba-hamba-Ku." (QS Qaf [50]: 29).

Karenanya, bertakwalah kalian kepada Allah dalam urusan sekarang maupun yang akan datang, dalam kerahasiaan maupun terang-terangan. "Sesungguhnya barang siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan menghapus kesalahan-kesalahannya dan akan melipatgandakan pahala baginya." (QS At-Thalaq [65]: 5). "Barang siapa bertakwa kepada Allah, sungguh ia telah memperoleh kemenangan yang besar." (QS Al-Ahzab [33]: 71).

Sesungguhnya ketakwaan kepada Allah menghindarkan dari kemarahan, hukuman, dan murka-Nya. Takwa kepada Allah akan membuat wajah bersinar terang, membuat Allah rida, dan meninggikan derajat. Lakukanlah dengan sepenuh kemampuan kalian, dan jangan sampai kurang di sisi Allah.

Dia telah mengajarkan kepada kalian dalam kitab-Nya dan membentangkan jalan-Nya, untuk mengetahui siapa yang benar dan untuk mengetahui siapa yang dusta. (QS Al-Ankabut [29]: 3).

Maka, berbuat baiklah, sebagaimana Dia berbuat baik kepada kalian, dan musuhilah musuh-musuh-Nya. Berjihadlah di jalan Allah dengan sebenar-benarnya jihad. Dia telah memilih dan menamakan kalian sebagai Muslim. (QS Al-Hajj [22]: 78). Agar orang yang binasa itu binasanya dengan keterangan yang nyata dan agar orang yang hidup itu hidupnya dengan keterangan yang nyata. (QS Al-Anfal [8]: 42).

Tiada daya upaya, kecuali hanya dengan kekuatan Allah. Karenanya, perbanyaklah mengingat Allah, dan beramallah untuk kehidupan setelah mati. Sesungguhnya orang yang membangun hubungan baik dengan Allah, Allah pun akan membuat baik hubungan orang itu dengan manusia lainnya.

Karena Allah yang memberi ketetapan kepada manusia, sedang manusia tidak mampu memberi ketetapan kepada-Nya. Dia menguasai manusia, sedang manusia tidak bisa menguasai-Nya. Allah itu Maha Agung. Tiada daya dan kekuatan selain dengan kekuatan Allah Yang Mahatinggi dan Mahaagung."[2]

 Sekadar diketahui Nabi Muhammad Saw tinggal di Quba selama empat hari. Nabi menunggu datangnya rombongan Ali bin Abi Thalib. Selanjutnya Rasulullah Saw bersama rombongan kaum Muslim Makkah melanjutkan perjalanan dan tiba di Madinah pada 12 Rabiul Awwal tahun 1 Hijriah atau 24 September 622 Masehi.[3] Menurut hitungan Muhammad Husain Haekal bahwa perjalanan Nabi dari Makkah sampai Madinah selama dua minggu.[4]Apabila dihubungkan dengan riwayat di atas maka masa persiapan sampai pada peristiwa malam hijrah dilakukan sejak akhir Shafar tahun ketiga belas kenabian.[5] *** (Ahmad Sahidin, alumni UIN SGD Bandung)



[1] Potongan khutbah Jumat pertama yang disampaikan Nabi ini diambil dari buku Sedjarah Mesdjid dan Amal Ibadah di Dalamnya  karya H.Aboebakar  Atjeh (Banjarmasin:  Fa Toko Buku Adil, 1955) h.16-17, dengan sedikit perbaikan redaksi (oleh penulis buku ini) untuk penyelarasan dengan bahasa Indonesia.

[2] Demikianlah isi khutbah Nabi Muhammad Saw sebagaimana disebutkan dalam Tarikh Thabari, Tafsir al-Qurthubi, Subul al-Huda wa ar-Rasyad, dan Al-Bayan al-Muhammadi karya Dr Mustafa Asy-Sya'kah. Asy-Sya'kah menegaskan bahwa khutbah di atas merupakan khutbah Rasululah Saw saat shalat Jumat pertama di Wadi Ranuna. Penjelasan ini juga diperkuat dengan keterangan Ibnu Abbas RA yang diriwayatkan oleh Ibnu Katsir.

[3] Penanggalan ini diambil dari Seyyed Hossein Nasr, Kekasih Allah: Muhammad (Jakarta: Raja Grafindo, 2002)  h.36. Dalam Tarikh Ar-Rasul wal Muluk karya Muhammad bin Jarir Thabari bagian sejarah Nabi Muhammad Saw (yang diterjemahkan William Montgomery Watt) bahwa Nabi tiba di Madinah hari Jumat, 12 Rabiul Awwal 1 Hijriyah.

[4] Muhammad Husain Haekal, Sejarah Hidup Muhammad (Jakarta: Litera Antarnusa, 2009) h.192.

[5] Momentum hijrah ini oleh Umar bin Khaththab atas saran Ali bin Abi Thalib untuk dijadikan pentuan kalender atau tahun Islam yang dikenal dengan Tahun Hijriah. Menurut Dr.Muhsin Labib, Rahasia hari dan Primbon Islam (Jakarta: Zahra, 2010) halaman 23 bahwa penentuan 1 Hijriah ini dilakukan enam tahun setelah Nabi Muhammad saw wafat atau masa Umar bin Khaththab berkuasa di Madinah berdasarkan wasiat Abu Bakar selaku penguasa pertama. Namun, entah apa yang menjadi dasar utama dari menetapkan tanggal 1 dan awal bulannya yang jatuh pada Muharam. Kalau melihat fakta sejarah, terjadinya hijrah Nabi berlangsung pada Rabiul Awwal. Yang menjadi pertanyaan: mengapa tidak dipilih tanggal dan bulan Rabiul Awwal sebagai awal tahun baru Islam atau Hijriah? Jawaban ini belum saya dapatkan dalam bacaan atas buku-buku sejarah sehingga umat Islam yang tak mengenal sejarah menyangka peristiwa hijrah Nabi ke Madinah pada 1 Muharram.