Rabu, 11 November 2020

Pengalaman Menyelesaikan Pendidikan Sarjana dan Magister

Kemarin dalam grup whatsapp saya baca kutipan tentang sosok Ali Syariati dari tokoh sekaligus pimpinan tertinggi di Iran. Kiriman quote tersebut mengingatkan dengan skripsi saya tahun 2003 tentang pemikiran kesejarahan dari Dr Ali Syariati.

Saat baca quote, langsung teringat kembali dengan surat yang dibalas dengan surat pula yang berisi kalimat mohon maaf dari tiga institusi. Saya akui saat itu nekad kirim proposal dan surat permohonan. Dari tiga institusi itu yang saya dapatkan hanya kalimat "mohon maaf". 

Saya lantas pinjam dan meminta bantuan pada teman-teman serta pernah juga diberi foto kopian buku-buku Syariati oleh dosen yang merasa kasihan saat saya ngeluh soal biaya beli buku. 

Seorang teman yang beda fakultas beri jatah hari dan waktu untuk ngetik pakai komputer. Saat itu itu saya belajar ngetik dan memaksakan diri. Lantas yang menjadi masalah lagi biaya beli kertas dan untuk print out kemudian menggandakan skripsi serta urusan jilidnya. Lagi-lagi saya meminjam uang pada teman-teman. Ada yang minta dibayarnya dengan bikin beberapa makalah dan ada yang minta dibayar dengan buku-buku yang saya miliki. Meski tergopoh-gopoh, saya akhirnya lepas dari jeratan utang.  

Sebelas tahun kemudian pada pertengahan tahun 2014, saya tertarik kuliah magister dan lulus awal tahun 2016 dengan tesis historiografi Sirah Nabawiyah di Indonesia. Awal masuk pendidikan karena tertarik ada beasiswa dan merasa kurang dalam ilmu pengetahuan, terutama ilmu-ilmu keislaman. 

Setelah diikuti tahapan untuk dapat beasiswa, ternyata saya tidak berhasil. Seorang dosen bilang bahwa saat kuliah biasanya ada tawaran beasiswa. Serasa ada suntikan energi, lantas saya coba untuk ikut tes masuk magister dan diterima. Bingung cari uang untuk bayar. Seorang kawan yang punya usaha memberi uang untuk bayar biaya masuk dan semester pertama. Semester selanjutnya mulai bingung lagi. Ternyata ada jalan untuk bayar meski penghasilan dari hasil mengajar tidak mencapai setengah dari uang semesteran. 

Alhamdulillah, seorang ustadz memberi bantuan alakadarnya. Ada kawan dari grup whatsapp memberi bantuan untuk menggenapkan kekurangan uang semesteran. Syukur kepada Allah bahwa saat selesai kuliah tanpa meninggalkan utang. Hanya doa dan shalawat saja yang saya panjatkan untuk orang-orang yang pernah bantu meringankan beban saya dalam menyelesaikan pendidikan. Taqabbalallahu a'malakum bi ahsani qabuul.

Apa yang didapatkan dari pendidikan magister?

Apa yang didapatkan dari pendidikan magister? Sudah pasti ilmu pengetahuan sesuai bidang keahlian yang dipelajari. Lainnya ialah informasi dan pengalaman diskursus serta mengetahui dinamika yang terjadi di kalangan dosen, guru besar, dan problematika beasiswa. Sampai lulus kuliah pun saya tidak dapat beasiswa meski sudah mengajukan. 

Syukur karena setelah kuliah magister tidak punya utang. Terima kasih untuk orang yang berkenan bantu pada saya dalam urusan pendidikan. 

Perlu diketahui bahwa pendidikan bukan jaminan untuk menigkatkan taraf perekonomian personal maupun keluarga. Kalau ingin meningkat perekonomian maka bisnis jawabannya, bukan sekolah. Tujuan pendidikan agar manusia makin baik dalam berpikir dan bersikap serta memberi solusi atas problematika dalam bidang yang ditempuhnya. Semangat menyelesaikan pendidikan dan mengikuti tahapan serta mentaati aturan dengan benar adalah modal besar untuk kehidupan manusia yang berpendidikan. Proses pendidikan menjadil bekal yang utama dalam menyikapi kemelut hidup, bahkan tentang kesulitan ekonomi terkait rumah tangga. 

Alhamdulillah dari pendidikan, meski berbasis agama, saya mengajar dengan penghasilan paspasan untuk dapur. Bahkan, untuk menutupinya harus ke sana ke mari nyari yang mau gunakan jasa saya dalam urusan ngajar Alquran dan dasar-dasar keagamaan Islam, dan dibantu dalam soal tulis menulis atau editing naskah serta urusan media sosial. Mungkin ini berkah dari belajar. Meski tidak sesuai bidangnya. Hanya itu yang bisa saya bagikan. Mohon maaf lahir batin. ***