SAYA ingin memulai tulisan ini dengan sebuah
kisah dari khazanah sufi. Diceritakan ada seorang kakek tua penyembah patung
yang taat. Ia menyembah tanpa pamrih. Namun diusia 70 tahun, dia mempunyai
kebutuhan penting. Ia pun berdoa. Setiap kali doa dipanjatkan, patung yang
dimintanya hanya diam. Karena tak terkabul, sang kakek pun kecewa. Ia pergi
meninggalkan patung tersebut. Tiba disuatu tempat, ia berdoa meminta
kebutuhannya itu kepada Allah. Selang
beberapa hari, doanya itu ternyata dikabulkan.
Mengetahui kejadian ini para malaikat protes,
“Ya Allah mengapa Kau kabulkan doa si kakek itu? Bukankah ia penyembah patung?”
“Tidak, saya tahum,” jawab Allah.
Malaikat berkata lagi, “Bukankah dengan begitu
ia kafir yang nyata?”
“Betul!,” kembali menjawab.
“Tapi mengapa Engkau kabulkan doanya?” protes
Malaikat.
Kemudian Allah menjawab, “Bila bukan saya yang
mengabulkan, lalu siapa yang bisa mengabulkan doanya? Kalo Aku pun tidak
mengabulkan, maka apa bedanya Aku dengan patung?”
Luar biasa. Betapa mulia dan pengasihnya
Allah. Kasih-Nya tak terkira dan ampunan-Nya mendahului murka-Nya. Tak pandang
waktu. Bahkan ketika banyak orang yang menuhankan harta dan kedudukan, setiap
hari atau malah setiap detik, Allah senantiasa menebar kasih dan sayang-Nya.
Namun kita tak menyadari. Sungguh kadang tak kita sadari kasih sayang dan
pertolongan-Nya lebih besar ketimbang murka-Nya.
Sejahat apapun kelakukan dan sebesar apapun
dosanya, Allah masih tetap memberikan memberikan ampunan dan limpahan rizki.
Sungguh Mahasempurna dan tiada yang bisa menyamai keagungan-Nya selain diri-Nya
sendiri.
Allahu Ta`ala dalam al-Quran surat Az-Zumar
[39] ayat 53 berfirman, “Katakanlah, wahai hamba-hambaKu yang melampaui batas
terhadap diri mereka sendiri! Jangalah kamu berputus asa dari rahmat Allah.
Sesunguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh Dia Yang Mahapengampun
dan Mahapenyayang”.
Juga dalam surat Al-Hijr [15] ayat 55-56,
“(mereka) menjawab, Kami menyampaikan kabar gembira kepadamu dengan benar, maka
janganlah engkau termasuk orang yang berputus asa. Dia (Nabi Ibrahim as)
berkata, tak ada yang berputus asa dari rahmat Tuhannya, kecuali orang yang
sesat”.
Terdapat pula dalam surat Annisa [4] ayat 48,
”Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa karena mempersekutukan-Nya (syirik),
dan Dia mengampuni dosa yang selain itu (syirik) bagi siapa yang
dikehendakiNya. Barangsiapa mempersekutukan Allah maka sungguh dia telah
berbuat dosa yang besar”.
Mengenai kebesaran Allah dalam memberikan
ampunan kepada manusia terdapat juga dalam hadits qudsi riwayat Turmudzi yang
bersumber dari Annas bin Malik ra, Allah melalui Rasulullah saw menyampaikan,
“Wahai bani Adam! Apabila engkau mengajukan permohonan dan mengharap kepadaKu,
Kuampuni segala yang ada padamu tanpa peduli. Wahai Bani Adam!! Sekalipun
dosamu bertumpuk-tumpuk hingga meninggi langit, tapi kemudian engkau meminta
ampun kepadaKu, niscaya kuampuni dosamu. Wahai Bani Adam! Sekiranya engkau
datang dengan dosa setimbang (sebesar) bumi, kemudian engkau menemui Aku
(wafat) dalam keadaan tidak mensekutukan aku dengan sesuatu pun, niscaya Aku
karuniakan ampunan setimbang dosa itu”.
Hadits qudsi yang lainnya diriwayatkan oleh
Hakim dan Thabrani dalam Al-Kabir yang bersumber dari Ibnu Abbas ra,
“Barangsiapa yang mengetahui sesungguhnya Akulah yang mempunyai kekuasaan untuk
mengampuni segala dosa, niscaya dia Kuampuni dan Aku tak peduli (seberapa besar
dosanya) asal tidak menyekutukan Aku dengan yang lainnya”.
Dari nash-nash di atas, jelas bahwa dosa yang
akan diampuni adalah selain perbuatan syirik atau menyekutukan Allah dengan
yang lainnya. Sebab syirik merupakan perbuatan yang meruntuhkan tatanan akidah
dan keimanannya terhadap Allah Yang Mahatunggal. Kebanyakan orang yang
terjerumus ke dalam kesyirikan disebabkan jahil atau bodoh dalam mememahami
nilai-nilai tauhid dan taqlid buta pada adat istiadat.
Permasalahan syirik bukan perkara yang remeh,
sebab kelurusan seseorang dalam bertauhid dan beraqidah menjadi jaminan bagi
keselamatannya di dunia dan akhirat. Karena itu harus mengerti dan paham apa
sebenarnya syirik itu, agar bisa terhindar dari bahaya dan malapetakanya di
dunia dan akhirat.
Menurut saya, syirik lebih dekat dengan sikap
atau perilaku seorang Muslim yang menyejajarkan atau menyamakan makhluk dengan
Al-Khaliq (Allah) dalam perkara-perkara yang merupakan hak khusus Allah,
seperti disembah, mencipta, mengatur, memberikan manfaat dan mendatangkan
madharat, menentukan baik dan buruk, membuat hukum dan undang-undang (syariat)
dan lain-lainnya. Orang Muslim yang melakukan perbuatan syirik (musyrik)
termasuk dalam kategori orang murtad dari Islam.
Meskipun seorang Muslim telah terjerumus dalam
perbuatan syirik, ia akan mendapat ampunan jika bertaubat dengan
sebenar-benarnya (taubatan nashuha) sebelum wafat menjemputnya. Ampunan Allah
lebih luas ketimbang murka-Nya dan selalu akan memberikan ampunan terhadap umat
manusia. Sebesar dan seberat apapun dosanya, yakinlah Allah Mahapengampun.
Karena itu segera minta ampunan atas segala perbuatan, baik kecil maupun besar.
Setiap saat, setiap waktu, usahakan senantiasa memohon ampunan kepada Allah.
Namun harus diketahui, seseorang akan diampuni
dosanya bila memenuhi beberapa syarat di antaranya; menyesali perbuatan
buruknya, memutuskan untuk tidak mengulanginya, selalu meminta ampun dengan
dzikir dan amal-amal baik yang maslahat, dan ingat selalu bahwa kehidupan ini
akan berakhir dan pasti diminta pertanggungjawaban atas semua aktivitas hidup
kita di akhirat kelak. []