Sabtu, 29 April 2017

Ampunan Allah lebih besar dari Murka-Nya

SAYA ingin memulai tulisan ini dengan sebuah kisah dari khazanah sufi. Diceritakan ada seorang kakek tua penyembah patung yang taat. Ia menyembah tanpa pamrih. Namun diusia 70 tahun, dia mempunyai kebutuhan penting. Ia pun berdoa. Setiap kali doa dipanjatkan, patung yang dimintanya hanya diam. Karena tak terkabul, sang kakek pun kecewa. Ia pergi meninggalkan patung tersebut. Tiba disuatu tempat, ia berdoa meminta kebutuhannya itu  kepada Allah. Selang beberapa hari, doanya itu ternyata dikabulkan.

Mengetahui kejadian ini para malaikat protes, “Ya Allah mengapa Kau kabulkan doa si kakek itu? Bukankah ia penyembah patung?”

“Tidak, saya tahum,” jawab Allah.

Malaikat berkata lagi, “Bukankah dengan begitu ia kafir yang nyata?”

 “Betul!,” kembali menjawab.

“Tapi mengapa Engkau kabulkan doanya?” protes Malaikat.

Kemudian Allah menjawab, “Bila bukan saya yang mengabulkan, lalu siapa yang bisa mengabulkan doanya? Kalo Aku pun tidak mengabulkan, maka apa bedanya Aku dengan patung?”

Luar biasa. Betapa mulia dan pengasihnya Allah. Kasih-Nya tak terkira dan ampunan-Nya mendahului murka-Nya. Tak pandang waktu. Bahkan ketika banyak orang yang menuhankan harta dan kedudukan, setiap hari atau malah setiap detik, Allah senantiasa menebar kasih dan sayang-Nya. Namun kita tak menyadari. Sungguh kadang tak kita sadari kasih sayang dan pertolongan-Nya lebih besar ketimbang murka-Nya.

Sejahat apapun kelakukan dan sebesar apapun dosanya, Allah masih tetap memberikan memberikan ampunan dan limpahan rizki. Sungguh Mahasempurna dan tiada yang bisa menyamai keagungan-Nya selain diri-Nya sendiri.

Allahu Ta`ala dalam al-Quran surat Az-Zumar [39] ayat 53 berfirman, “Katakanlah, wahai hamba-hambaKu yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri! Jangalah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesunguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh Dia Yang Mahapengampun dan Mahapenyayang”.

Juga dalam surat Al-Hijr [15] ayat 55-56, “(mereka) menjawab, Kami menyampaikan kabar gembira kepadamu dengan benar, maka janganlah engkau termasuk orang yang berputus asa. Dia (Nabi Ibrahim as) berkata, tak ada yang berputus asa dari rahmat Tuhannya, kecuali orang yang sesat”.
Terdapat pula dalam surat Annisa [4] ayat 48, ”Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa karena mempersekutukan-Nya (syirik), dan Dia mengampuni dosa yang selain itu (syirik) bagi siapa yang dikehendakiNya. Barangsiapa mempersekutukan Allah maka sungguh dia telah berbuat dosa yang besar”.

Mengenai kebesaran Allah dalam memberikan ampunan kepada manusia terdapat juga dalam hadits qudsi riwayat Turmudzi yang bersumber dari Annas bin Malik ra, Allah melalui Rasulullah saw menyampaikan, “Wahai bani Adam! Apabila engkau mengajukan permohonan dan mengharap kepadaKu, Kuampuni segala yang ada padamu tanpa peduli. Wahai Bani Adam!! Sekalipun dosamu bertumpuk-tumpuk hingga meninggi langit, tapi kemudian engkau meminta ampun kepadaKu, niscaya kuampuni dosamu. Wahai Bani Adam! Sekiranya engkau datang dengan dosa setimbang (sebesar) bumi, kemudian engkau menemui Aku (wafat) dalam keadaan tidak mensekutukan aku dengan sesuatu pun, niscaya Aku karuniakan ampunan setimbang dosa itu”.

Hadits qudsi yang lainnya diriwayatkan oleh Hakim dan Thabrani dalam Al-Kabir yang bersumber dari Ibnu Abbas ra, “Barangsiapa yang mengetahui sesungguhnya Akulah yang mempunyai kekuasaan untuk mengampuni segala dosa, niscaya dia Kuampuni dan Aku tak peduli (seberapa besar dosanya) asal tidak menyekutukan Aku dengan yang lainnya”.   

Dari nash-nash di atas, jelas bahwa dosa yang akan diampuni adalah selain perbuatan syirik atau menyekutukan Allah dengan yang lainnya. Sebab syirik merupakan perbuatan yang meruntuhkan tatanan akidah dan keimanannya terhadap Allah Yang Mahatunggal. Kebanyakan orang yang terjerumus ke dalam kesyirikan disebabkan jahil atau bodoh dalam mememahami nilai-nilai tauhid dan taqlid buta pada adat istiadat.

Permasalahan syirik bukan perkara yang remeh, sebab kelurusan seseorang dalam bertauhid dan beraqidah menjadi jaminan bagi keselamatannya di dunia dan akhirat. Karena itu harus mengerti dan paham apa sebenarnya syirik itu, agar bisa terhindar dari bahaya dan malapetakanya di dunia dan akhirat.

Menurut saya, syirik lebih dekat dengan sikap atau perilaku seorang Muslim yang menyejajarkan atau menyamakan makhluk dengan Al-Khaliq (Allah) dalam perkara-perkara yang merupakan hak khusus Allah, seperti disembah, mencipta, mengatur, memberikan manfaat dan mendatangkan madharat, menentukan baik dan buruk, membuat hukum dan undang-undang (syariat) dan lain-lainnya. Orang Muslim yang melakukan perbuatan syirik (musyrik) termasuk dalam kategori orang murtad dari Islam.

Meskipun seorang Muslim telah terjerumus dalam perbuatan syirik, ia akan mendapat ampunan jika bertaubat dengan sebenar-benarnya (taubatan nashuha) sebelum wafat menjemputnya. Ampunan Allah lebih luas ketimbang murka-Nya dan selalu akan memberikan ampunan terhadap umat manusia. Sebesar dan seberat apapun dosanya, yakinlah Allah Mahapengampun. Karena itu segera minta ampunan atas segala perbuatan, baik kecil maupun besar. Setiap saat, setiap waktu, usahakan senantiasa memohon ampunan kepada Allah.


Namun harus diketahui, seseorang akan diampuni dosanya bila memenuhi beberapa syarat di antaranya; menyesali perbuatan buruknya, memutuskan untuk tidak mengulanginya, selalu meminta ampun dengan dzikir dan amal-amal baik yang maslahat, dan ingat selalu bahwa kehidupan ini akan berakhir dan pasti diminta pertanggungjawaban atas semua aktivitas hidup kita di akhirat kelak. []