KITA mungkin hapal cerita pasukan gajah
Abrahah dari Yaman yang menyerang Kabah. Diceritakan dalam perjalanan Abrahah
ke Mekkah, pasukannya beristirahat di Mughamis. Mereka di sana merampas barang
berharga dan binatang tunggangan milik warga Mekkah, termasuk 200 ekor unta
kepunyaan Abdul Muthalib dikenal sebagai penjaga Ka’bah.
Abrahah mengirim utusan untuk menemui pemimpin
penduduk Mekkah dan berpesan bahwa mereka hendak menghancurkan Ka`bah. Agar
tidak terjadi pertumpahan darah,mereka meminta pemimpin Mekkah datang dikemah
Abrahah.
Abdul Muthalib selaku pemimpin Mekkah datang
menghadap Abrahah. Saat ditanya keperluannya, kakek Muhammad saw ini meminta
agar 200 ekor unta miliknya yang dirampas pasukan Abrahah agar dikembalikan. Mendengar itu Abrahah bertanya dengan heran,
“Mengapa unta. Apakah Ka`bah itu tidak berarti bagimu?”
“Aku adalah pemilik unta-unta itu, sementara
Ka`bah ada pemiliknya. Biarlah pemiliknya yang akan melindunginya,” jawab Abdul
Muthalib.
Setelah mengembalikan unta-unta Abdul
Muthalib, Abrahah bersama pasukan gajah bergerak menuju Ka`bah yang dipandu seorang penunjuk jalan,
Nufayl.
Diceritakan saat mereka memasuki wilayah
Ka`bah di atas langit terdengar suara gemuruh yang disusul dengan gelombang
kegelapan. Di langit itu muncul beribu-ribu burung terbang cepat di atas
pasukan gajah Abrahah, yang masing-masing menjatuhkan batu-batu kecil yang membara. Setiap batu yang mengenai pasukan
langsung membuatnya terkapar dan tubuhnya membusuk. Pasukan yang berada di
sekitar Ka`bah semuanya mati. Pasukan yang berada belakangan melarikan diri.
Itulah azab yang ditimpakan kepada mereka yang hendak menghancurkan
Baitullah.
Kisah Abrahah ini diabadikan dalam surah
Al-Fiil yang terdiri dari 5 ayat. Surah ini termasuk dalam golongan surah-surah
Makkiyyah, yang diturunkan setelah surah Al-Kaafirun. Menurut sebagian mufasir,
peristiwa penyerangan Abrahah ini berlangsung pada tahun kelahiran Nabi
Muhammad saw.
Mengapa Abrahah mau menghancurkan Ka`bah?
Menurut sejawaran Muhammad Haikal, negara adi kuasa yang diwakili oleh penguasa
Abrahah merasa iri terhadap Ka`bah yang hampir setiao hari dikunjungi orang.
Karena memang saat itu Ka`bah menjadi pusat ziarah keagamaan masyarakat Timur
Tengah. Tak heran Ka`bah dan Mekkah ramai dikunjungi orang, yang secara tidak
langsung menumbuhkan perekonomian masyarakat setempat. Mereka yang datang ke
Mekkah tak hanya ziarah ke Ka`bah, tapi juga melakukan transaksi perdagangan
dengan sesama peziarah. Jelas, kehadiran mereka menumbuhkan kehidupan
perekonomian bangsa Mekkah lebih baik. Di sinilah letak iri dan dengki Abrahah,
sehingga berniat untuk memindahkan pusat ziarah keagamaan “Ka`bah” ke
negerinya, Yaman. Karena itulah Abrahah kemudian bergerak untuk menghancurkan
Ka`bah dan sekaligus mengumumkan tentang adanya tempat ziarah baru di Yaman.
Penyerangan Abrahah yang terjadi 15 abad lalu,
secara hakikat terjadi pada saudara-saudara kita di Gaza, Palestina. Israel
dengan dalih menyerang Hamas hendak merebut dan menguasai tanah Palestina, karena
secara demografi Israel mengalami penambahan penduduk yang cukup besar per
tahunnya. Sehingga dengan dalih memerangi Hamas, Israel menyerang dan membunuh
warga Palestina. Tidak diragukan lagi tindakan agresi militer Israel itu
jelas-jelas pelanggaran hak asasi
kemanusiaan (HAM) yang harus segera diberi
sanksi berat oleh seluruh warga dunia.
Israel sudah terlalu sering menindas warga
Muslim Palestina. Bahkan, perjanjian demi perjanjian pun seringkali
dilanggarnya. Anak-anak dan wanita yang seharusnya tidak menjadi sasaran malah
dibasmi dengan kejam. Sebuah media internasional melaporkan, tentara Israel tak
segan-segan menembak anak kecil Muslim Palestina yang sedang bermain. Yang
paling menggeramkan, mayat anak-anak diberikan untuk makanan anjing pelacak
tentara Israel. Wartawan dan bantuan kemanusiaan pun tidak diperbolehkan masuk
ke Palestina, sehingga banyak korban yang tidak tertolong.
Kejahatan dan kelicikan Yahudi tidak hanya
tampak pada masa modern ini. Bahkan, pada masa Rasulullah saw pun mereka
melanggar perjanjian damai dengan kaum Muslim Madinah. Mereka juga menghasut
dan memecah belah kaum Muslim dengan menyebar isu-isu yang membangkitkan
konflik antar suku. Ada yang berpura-pura masuk Islam dan membuat keresahan
pada kaum Muslim melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang dapat menjerumuskan
seseorang pada kemusyrikan dan ateisme.
Dalam perang Badar, kaum Yahudi menyebarkan
isu bahwa Nabi Muhammad saw telah mati terbunuh. Setelah diketahui
kebohongannya, mereka mengirimkan utusan ke Makkah untuk meminta kaum kafir
Quraisy agar kembali memerangi umat Islam. Beragama cara digunakan mereka untuk
menghancurkan Islam. Tapi tak pernah berhasil.
Sejarah mencatat gempuran Yahudi Israel kepada
Lebanon ternyata tak bisa mengalahkan Hizbullah. Gempuran dan serangan Israel
dilawan Hizbullah hingga meraih kemenangan. Kini, gempuran itu dilayangkan
kepada Muslim Palestina. Tapi hingga sekarang, meskipun dengan pesawat tempur
canggih dan rudal, tetap saja tidak memadamkan warga Palestina untuk melawan
mereka. Israel tidak akan pernah menang melawan kaum Muslim meski dibelakangnya
di-backing Amerika Serikat dan sekutunya.
Benarlah firman Allah Ta`ala, “Orang-orang
Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama
mereka” (QS. Al-Baqarah [2] : 120); “Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang
paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang
Yahudi dan orang-orang musyrik” (QS. Al-Ma`idah [5] : 82); dan “Akan Kami catat
semua perkataan mereka dan tindakan mereka yang membunuh para Nabi tanpa hak
serta Kami akan katakan kepada mereka, 'rasakan siksaan azab pembakaran!'” (QS
Ali Imran [3]: 181).
Kaum Yahudi secara demografis memang berada di
kawasan Muslim, Yerusalem. Tapi secara karakter dan tingkah laku bisa melekat
pada siapa saja. Seperti yang diungkapkan Dr.Tauhid Nur Azhar, “Yahudi
hakikatnya bukan bangsa, tapi gen atau sifat dasar manusia terburuk yang ada
pada manusia. Sehingga karakter culas, tidak menepati janji, anti kemanusiaan,
licik, bisa pula melekat pada diri kita. Jika kita berperilaku seperti itu,
berarti bisa disebut Yahudi.”
Karena itu, selain berupaya melawan Yahudi
secara fisik, yang paling penting berupaya melepaskan sikap dan karakter (gen)
Yahudi yang ada pada diri kita. Mari bersikap sebagaimana Muslim seharusnya
berperilaku. Rasulullah saw dan keluarganya, serta sahabat yang setia dan saleh
yang pantas mewujud dalam karakter dan sikap kita dalam menjalani hidup ini.
Masalah perang Palestina melawan Yahudi Israel
merupakan fakta bahwa umat Islam harus bersatu dan menjalin ukhuwah Islamiyah
karena tantangan dan ancaman kaum Yahudi dan kafir Amerika Serikat akan terus
merongrong alias tidak ridha bila umat Islam menjadi umat yang terbaik dan
teladan dunia. *** [ahmad sahidin]