Jumat, 21 April 2017

Abrahah Menyerang Kabah

KITA mungkin hapal cerita pasukan gajah Abrahah dari Yaman yang menyerang Kabah. Diceritakan dalam perjalanan Abrahah ke Mekkah, pasukannya beristirahat di Mughamis. Mereka di sana merampas barang berharga dan binatang tunggangan milik warga Mekkah, termasuk 200 ekor unta kepunyaan Abdul Muthalib dikenal sebagai penjaga Ka’bah.

Abrahah mengirim utusan untuk menemui pemimpin penduduk Mekkah dan berpesan bahwa mereka hendak menghancurkan Ka`bah. Agar tidak terjadi pertumpahan darah,mereka meminta pemimpin Mekkah datang dikemah Abrahah.

Abdul Muthalib selaku pemimpin Mekkah datang menghadap Abrahah. Saat ditanya keperluannya, kakek Muhammad saw ini meminta agar 200 ekor unta miliknya yang dirampas pasukan Abrahah agar dikembalikan. Mendengar itu Abrahah bertanya dengan heran, “Mengapa unta. Apakah Ka`bah itu tidak berarti bagimu?”

“Aku adalah pemilik unta-unta itu, sementara Ka`bah ada pemiliknya. Biarlah pemiliknya yang akan melindunginya,” jawab Abdul Muthalib.

Setelah mengembalikan unta-unta Abdul Muthalib, Abrahah bersama pasukan gajah bergerak menuju Ka`bah yang dipandu seorang penunjuk jalan, Nufayl.

Diceritakan saat mereka memasuki wilayah Ka`bah di atas langit terdengar suara gemuruh yang disusul dengan gelombang kegelapan. Di langit itu muncul beribu-ribu burung terbang cepat di atas pasukan gajah Abrahah, yang masing-masing menjatuhkan batu-batu kecil yang  membara. Setiap batu yang mengenai pasukan langsung membuatnya terkapar dan tubuhnya membusuk. Pasukan yang berada di sekitar Ka`bah semuanya mati. Pasukan yang berada belakangan melarikan diri. Itulah azab yang ditimpakan kepada mereka yang hendak menghancurkan Baitullah.  

Kisah Abrahah ini diabadikan dalam surah Al-Fiil yang terdiri dari 5 ayat. Surah ini termasuk dalam golongan surah-surah Makkiyyah, yang diturunkan setelah surah Al-Kaafirun. Menurut sebagian mufasir, peristiwa penyerangan Abrahah ini berlangsung pada tahun kelahiran Nabi Muhammad saw.
Mengapa Abrahah mau menghancurkan Ka`bah? Menurut sejawaran Muhammad Haikal, negara adi kuasa yang diwakili oleh penguasa Abrahah merasa iri terhadap Ka`bah yang hampir setiao hari dikunjungi orang. Karena memang saat itu Ka`bah menjadi pusat ziarah keagamaan masyarakat Timur Tengah. Tak heran Ka`bah dan Mekkah ramai dikunjungi orang, yang secara tidak langsung menumbuhkan perekonomian masyarakat setempat. Mereka yang datang ke Mekkah tak hanya ziarah ke Ka`bah, tapi juga melakukan transaksi perdagangan dengan sesama peziarah. Jelas, kehadiran mereka menumbuhkan kehidupan perekonomian bangsa Mekkah lebih baik. Di sinilah letak iri dan dengki Abrahah, sehingga berniat untuk memindahkan pusat ziarah keagamaan “Ka`bah” ke negerinya, Yaman. Karena itulah Abrahah kemudian bergerak untuk menghancurkan Ka`bah dan sekaligus mengumumkan tentang adanya tempat ziarah baru di Yaman.

Penyerangan Abrahah yang terjadi 15 abad lalu, secara hakikat terjadi pada saudara-saudara kita di Gaza, Palestina. Israel dengan dalih menyerang Hamas hendak merebut dan menguasai tanah Palestina, karena secara demografi Israel mengalami penambahan penduduk yang cukup besar per tahunnya. Sehingga dengan dalih memerangi Hamas, Israel menyerang dan membunuh warga Palestina. Tidak diragukan lagi tindakan agresi militer Israel itu jelas-jelas pelanggaran hak asasi 
kemanusiaan (HAM) yang harus segera diberi sanksi berat oleh seluruh warga dunia. 

Israel sudah terlalu sering menindas warga Muslim Palestina. Bahkan, perjanjian demi perjanjian pun seringkali dilanggarnya. Anak-anak dan wanita yang seharusnya tidak menjadi sasaran malah dibasmi dengan kejam. Sebuah media internasional melaporkan, tentara Israel tak segan-segan menembak anak kecil Muslim Palestina yang sedang bermain. Yang paling menggeramkan, mayat anak-anak diberikan untuk makanan anjing pelacak tentara Israel. Wartawan dan bantuan kemanusiaan pun tidak diperbolehkan masuk ke Palestina, sehingga banyak korban yang tidak tertolong.

Kejahatan dan kelicikan Yahudi tidak hanya tampak pada masa modern ini. Bahkan, pada masa Rasulullah saw pun mereka melanggar perjanjian damai dengan kaum Muslim Madinah. Mereka juga menghasut dan memecah belah kaum Muslim dengan menyebar isu-isu yang membangkitkan konflik antar suku. Ada yang berpura-pura masuk Islam dan membuat keresahan pada kaum Muslim melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang dapat menjerumuskan seseorang pada kemusyrikan dan ateisme.

Dalam perang Badar, kaum Yahudi menyebarkan isu bahwa Nabi Muhammad saw telah mati terbunuh. Setelah diketahui kebohongannya, mereka mengirimkan utusan ke Makkah untuk meminta kaum kafir Quraisy agar kembali memerangi umat Islam. Beragama cara digunakan mereka untuk menghancurkan Islam. Tapi tak pernah berhasil.

Sejarah mencatat gempuran Yahudi Israel kepada Lebanon ternyata tak bisa mengalahkan Hizbullah. Gempuran dan serangan Israel dilawan Hizbullah hingga meraih kemenangan. Kini, gempuran itu dilayangkan kepada Muslim Palestina. Tapi hingga sekarang, meskipun dengan pesawat tempur canggih dan rudal, tetap saja tidak memadamkan warga Palestina untuk melawan mereka. Israel tidak akan pernah menang melawan kaum Muslim meski dibelakangnya di-backing Amerika Serikat dan sekutunya.

Benarlah firman Allah Ta`ala, “Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka” (QS. Al-Baqarah [2] : 120); “Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik” (QS. Al-Ma`idah [5] : 82); dan “Akan Kami catat semua perkataan mereka dan tindakan mereka yang membunuh para Nabi tanpa hak serta Kami akan katakan kepada mereka, 'rasakan siksaan azab pembakaran!'” (QS Ali Imran [3]: 181).

Kaum Yahudi secara demografis memang berada di kawasan Muslim, Yerusalem. Tapi secara karakter dan tingkah laku bisa melekat pada siapa saja. Seperti yang diungkapkan Dr.Tauhid Nur Azhar, “Yahudi hakikatnya bukan bangsa, tapi gen atau sifat dasar manusia terburuk yang ada pada manusia. Sehingga karakter culas, tidak menepati janji, anti kemanusiaan, licik, bisa pula melekat pada diri kita. Jika kita berperilaku seperti itu, berarti bisa disebut Yahudi.”

Karena itu, selain berupaya melawan Yahudi secara fisik, yang paling penting berupaya melepaskan sikap dan karakter (gen) Yahudi yang ada pada diri kita. Mari bersikap sebagaimana Muslim seharusnya berperilaku. Rasulullah saw dan keluarganya, serta sahabat yang setia dan saleh yang pantas mewujud dalam karakter dan sikap kita dalam menjalani hidup ini.

Masalah perang Palestina melawan Yahudi Israel merupakan fakta bahwa umat Islam harus bersatu dan menjalin ukhuwah Islamiyah karena tantangan dan ancaman kaum Yahudi dan kafir Amerika Serikat akan terus merongrong alias tidak ridha bila umat Islam menjadi umat yang terbaik dan teladan dunia. *** [ahmad sahidin]