SYAIKH Ja`far Subhani meriwayatkan sebuah
hadits bahwa saat Rasulullah sedang bersama para sahabatnya berpapasan dengan
orang Yahudi.
“Assamu`alaika! (Celakalah Engkau Muhammad
!),” sapanya kepada Rasulullah. Nabi pun menjawab, “Wa a`laika (Dan juga
untukmu)”.
Para sahabat berkata, “Ya Rasulullah,
sesungguhnya dia telah mengucapkan salam kematian kepada engkau.”
“Aku telah menjawabnya dengan jawaban
demikian. Sesungguhnya orang Yahudi itu akan digigit ular ditengkuknya,
kemudian dia akan mati,” jawab Nabi Muhammad saw.
Beberapa jam kemudian Yahudi itu berjalan
sambil membawa setumpuk kayu. Para sahabat heran karena yang diramalkan
Rasulullah tidak terbukti. Kemudian Rasulullah memanggilnya dan berkata,
“Letakkan kayu itu !”. Yahudi itu pun menurutinya.
Nabi Muhammad saw menyuruhnya membuka tumpukan
kayu itu. Setelah dibuka, di dalamnya terdapat seekor ular yang sedang
menggigit kayu. Nabi Muhammad saw bertanya, “Hai Yahudi, amalan apa yang telah
engkau kerjakan hari ini?”
`“Aku tidak melakukan apa-apa, kecuali aku
datang dengan membawa kayu bakar ini, dan aku punya dua potong roti. Satu
potong kumakan, dan satunya lagi kuberikan pada orang miskin,” ujarYahudi itu
menerangkan. Kemudian Nabi Muhammad saw bersabda, ”Dengan sedekah Allah
menghindarkan kematian dari engkau. Sesungguhnya sedekah itu menolak bala
(bencana).”
Inilah riwayat yang menunjukkan bahwa
perbuatan baik dibalas dengan kebaikan. Segala sesuatu yang dilakukan manusia
akan Allah balas sesuai dengan kadarnya. Jika seseorang itu berbuat baik (amal
shalih) maka pahala dan keberuntungan yang akan diterimanya. Begitu juga
sebaliknya. Bila perbuatan buruk yang dilakukan maka kebinasaan dan keburukan
pula yang akan menimpanya. Walaupun seseorang berada dalam keadaan belum iman,
tapi bila baik terhadap sesama manusia maka Allah cabut takdir buruk yang akan
menimpanya.
Hal ini sesuai dengan firman Allah, “Allah
menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan, dan di sisi-Nya terdapat
Ummul-Kitab” (QS Ar-Ra`du [13] : 39). Ayat ini menurut Allamah Al-Majlisi,
menunjukkan bahwa Allah menciptakan dua lauh. Pertama, lauh mahfudzh, yang di
dalamnya tidak ada perubahan sama sekali dan sesuai dengan ilmu-Nya. Kedua,
lauh al-mahw wa al-itsbat, yang di dalamnya ditetapkan suatu ketentuan, tetapi
masih dapat diubah oleh Allah. Inilah bentuk hak prerogatif Allah yang tidak
dapat dibantah para makhluk-Nya.
Siapa pun orangnya, sungguh tidak punya
kekuatan dan kehendak kecuali Allah yang menggariskan sesuai dengan ketentuan-Nya;
termasuk kebijaksanaan Allah berupa syafaat terhadap makhluk yang diridhai-Nya.
Salah seorang sahabat Rasulullah saw bernama Jabir
meriwayatkan, seseorang yang sedekah, berbakti kepada orang tua, dan beramal
shalih, dalam hidupnya akan Allah berikan kebahagiaan serta dipanjangkan
usianya. Juga dari Ibn Abbas diriwayatkan Rasulullah saw bersabda, “Tidak ada
yang perlu dikhawatirkan dengan takdir. Sebab Allah akan menghapus ketentuan
(qadar) sesuai kehendak-Nya dengan adanya doa”. Ada satu riwayat lagi yang
memperjelas pernyataan di atas, dari Ubadah bin Ash-Shamit ra bahwa Nabi
Muhammad saw bersabda, “Tak seorang Muslim pun yang memanjatkan doa kecuali
Allah akan menghindarkan dirinya dari kejahatan, selama ia tidak berdoa untuk
kejelekan dan putusnya silaturahim”.
Hadits-hadits itersebut sesuai dengan firman
Allah, “Dan Dia memperkenankan (doa) orang-orang yang beriman serta mengerjakan
amal shalih dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Dan orang-orang yang
kafir bagi mereka azab yang sangat keras” (QS Asy-Syura [42] : 26).
Atas dasar ini, jelas bahwa rintihan kepada
Allah (doa) dan berbuat baik (amal saleh) akan melahirkan berkah, hikmah, dan
syafaat dari Allah. Untuk itu, pertahankanlah amal saleh yang selama ini
dilakukan. Binalah diri kita agar senantiasa dekat dengan Allah sehingga
mendapatkan berkah dan syafaat-Nya.[]