Kamis, 27 April 2017

Meraih Syafaat Allah

SYAIKH Ja`far Subhani meriwayatkan sebuah hadits bahwa saat Rasulullah sedang bersama para sahabatnya berpapasan dengan orang Yahudi.

“Assamu`alaika! (Celakalah Engkau Muhammad !),” sapanya kepada Rasulullah. Nabi pun menjawab, “Wa a`laika (Dan juga untukmu)”.

Para sahabat berkata, “Ya Rasulullah, sesungguhnya dia telah mengucapkan salam kematian kepada engkau.”

“Aku telah menjawabnya dengan jawaban demikian. Sesungguhnya orang Yahudi itu akan digigit ular ditengkuknya, kemudian dia akan mati,” jawab Nabi Muhammad saw.

Beberapa jam kemudian Yahudi itu berjalan sambil membawa setumpuk kayu. Para sahabat heran karena yang diramalkan Rasulullah tidak terbukti. Kemudian Rasulullah memanggilnya dan berkata, “Letakkan kayu itu !”. Yahudi itu pun menurutinya.

Nabi Muhammad saw menyuruhnya membuka tumpukan kayu itu. Setelah dibuka, di dalamnya terdapat seekor ular yang sedang menggigit kayu. Nabi Muhammad saw bertanya, “Hai Yahudi, amalan apa yang telah engkau kerjakan hari ini?”

`“Aku tidak melakukan apa-apa, kecuali aku datang dengan membawa kayu bakar ini, dan aku punya dua potong roti. Satu potong kumakan, dan satunya lagi kuberikan pada orang miskin,” ujarYahudi itu menerangkan. Kemudian Nabi Muhammad saw bersabda, ”Dengan sedekah Allah menghindarkan kematian dari engkau. Sesungguhnya sedekah itu menolak bala (bencana).”

Inilah riwayat yang menunjukkan bahwa perbuatan baik dibalas dengan kebaikan. Segala sesuatu yang dilakukan manusia akan Allah balas sesuai dengan kadarnya. Jika seseorang itu berbuat baik (amal shalih) maka pahala dan keberuntungan yang akan diterimanya. Begitu juga sebaliknya. Bila perbuatan buruk yang dilakukan maka kebinasaan dan keburukan pula yang akan menimpanya. Walaupun seseorang berada dalam keadaan belum iman, tapi bila baik terhadap sesama manusia maka Allah cabut takdir buruk yang akan menimpanya.

Hal ini sesuai dengan firman Allah, “Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan, dan di sisi-Nya terdapat Ummul-Kitab” (QS Ar-Ra`du [13] : 39). Ayat ini menurut Allamah Al-Majlisi, menunjukkan bahwa Allah menciptakan dua lauh. Pertama, lauh mahfudzh, yang di dalamnya tidak ada perubahan sama sekali dan sesuai dengan ilmu-Nya. Kedua, lauh al-mahw wa al-itsbat, yang di dalamnya ditetapkan suatu ketentuan, tetapi masih dapat diubah oleh Allah. Inilah bentuk hak prerogatif Allah yang tidak dapat dibantah para makhluk-Nya.

Siapa pun orangnya, sungguh tidak punya kekuatan dan kehendak kecuali Allah yang menggariskan sesuai dengan ketentuan-Nya; termasuk kebijaksanaan Allah berupa syafaat terhadap makhluk yang diridhai-Nya.

Salah seorang sahabat Rasulullah saw bernama Jabir meriwayatkan, seseorang yang sedekah, berbakti kepada orang tua, dan beramal shalih, dalam hidupnya akan Allah berikan kebahagiaan serta dipanjangkan usianya. Juga dari Ibn Abbas diriwayatkan Rasulullah saw bersabda, “Tidak ada yang perlu dikhawatirkan dengan takdir. Sebab Allah akan menghapus ketentuan (qadar) sesuai kehendak-Nya dengan adanya doa”. Ada satu riwayat lagi yang memperjelas pernyataan di atas, dari Ubadah bin Ash-Shamit ra bahwa Nabi Muhammad saw bersabda, “Tak seorang Muslim pun yang memanjatkan doa kecuali Allah akan menghindarkan dirinya dari kejahatan, selama ia tidak berdoa untuk kejelekan dan putusnya silaturahim”. 

Hadits-hadits itersebut sesuai dengan firman Allah, “Dan Dia memperkenankan (doa) orang-orang yang beriman serta mengerjakan amal shalih dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Dan orang-orang yang kafir bagi mereka azab yang sangat keras” (QS Asy-Syura [42] : 26).


Atas dasar ini, jelas bahwa rintihan kepada Allah (doa) dan berbuat baik (amal saleh) akan melahirkan berkah, hikmah, dan syafaat dari Allah. Untuk itu, pertahankanlah amal saleh yang selama ini dilakukan. Binalah diri kita agar senantiasa dekat dengan Allah sehingga mendapatkan berkah dan syafaat-Nya.[]