Selasa, 02 Mei 2023

Sekadar Merenung

Usia makin berkurang. Sejatinya tidak bertambah. Semakin tua maka akan tiba pada batas hidup. Yang memisahkan ruh dari raga.

Belum ada yang memastikan dunia ini batasnya sampai kapan? Kiamat menjadi tanda berakhirnya. Seiring dengan waktu yang bergerak menuju Kiamat, manusia dari detik dan menit serta jam dan hari saling berganti yang mengisi. Inilah kehidupan dunia. Hanya dalam ruang dan waktu. Ada jiwa, tetapi yang dominan menjalani dunia hanya raga. Itu pun digerakkan jiwa. 

Lahir bayi kemudian remaja, dewasa, tua, dan mati. Seiring dengan banyak yang lahir, banyak pula yang mati. Tidak bisa diperkirakan seimbang tidaknya antara yang lahir dan mati. Mungkin lebih banyak yang mati atau sebaliknya. Ini misteri yang perlu dicari kebenarannya. 

Kalau diperhatikan kebutuhan dasar hidup di dunia terdiri urusan perut, seksual, dan tempat tinggal. Dari hal tersebut manusia berlomba memenuhinya. Bekerja secara halal, bahkan haram pun disamarkan. Itu diupayakan dalam rangka bertahan atau mempertahankan keberadaannya di dunia. Aspek fisik/ragawi dipenuhi maksimal. Sampai melampaui kebutuhan primer. Lebih rakus dari binatang.

Manusia beda dengan binatang dan tumbuhan. Namun dari ragawi mirip tumbuhan butuh berkembang dan menumbuhkan tunas baru untuk generasi selanjutnya. Begitu pun binatang tak jauh beda. Seakan dunia tak boleh berakhir sehingga harus diisi dan dikelola dengan tingkat kebutuhan maksimal dan optimal. 

Meski sadar bahwa manusia bukan penentu batas akhir kehidupan dunia. Terus saja melampaui batas. Melanggar norma dan ketetapan Ilahiah. Pedoman kadang diabaikan. Dengan kecakapan akal, hati, dan pengalaman dianggap lebih menjamin keberlangsungan hidup. Kalau direnungi yang disebutkan tidak seutuhnya kebenaran. Sadarkah? *** (ahmad sahidin)