Senin, 29 Mei 2023

Kawan Cerita Mazhab Syiah

KEMARIN saya ngobrol dengan seorang kawan yang menjadi pengurus MUI (Majelis Ulama Indonesia) tingkat kecamatan. Kawan saya itu bercerita tentang rapat dengan ketua MUI. Ketua MUI dalam rapat itu membahas Syiah dan para ustadz di masjid-masjid atau DKM yang hadir dalam acara rapat MUI diberi tugas untuk melihat masyarakat di sekitarnya. Kalau ditemukan ada orang Syiah langsung lapor karena Syiah bukan bagian dari Islam. 

Mendengar pernyataan demikian, saya spontan tertawa. Kawan saya juga menyampaikan bahwa Ketua MUI menyebutkan Syiah bagian dari Ahmadiyah. Saya kembali tertawa makin terbahak-bahak.   

Kepada teman itu, saya sarankan kalau nanti rapat MUI lagi bawa buku Aliran-Aliran dalam Islam yang diterbitkan Salamadani atau Aliran Teologi Islam karya A.Rastani yang diterbitkan Mizan. Kalau ingin yang tahu doktrin Syiah, saya sarankan untuk membaca buku Dialog Sunnah Syiah yang diterbitkan Mizan. Saya juga bilang bahwa mungkin ketua MUI belum full ngajinya. Mendengar saran saya itu, kawan saya ketawa. 

Dari informasi kawan tersebut, saya jadi terpikirkan terus: mengapa orang yang berbeda mazhab masih terus merecoki mazhab orang lain. Apalagi orang MUI yang harusnya paham dan mengerti tentang perbedaan dalam Islam malah menyulut  api perpecahan. Saya yakin ada progam dari pihak yang tidak tidak menginginkan terwujudnya persatuan dalam Islam, khususnya di Indonesia. 

Saya sih tidak terlalu merasa khawatir. Hanya saja kalau sudah menyangkut radikalisme, itu yang bahaya. Darah orang menjadi halal dan harta juga menjadi halal untuk diambil. Ini yang gawat seperti di Sampang, Madura. 

Kenapa tidak orang kaya Muslim yang berani membeli buku-buku tentang Syiah yang berasal dari orang Syiah beneran. Kemudian disebarkan kepada setiap ustadz dan DKM-DKM sehingga wawasan keislaman mereka menjadi bertambah. Tidak berpikir sekterian dan mudah cap sesat atau bukan ajaran Islam. Jelas sekali umat Islam Syiah Iran dan Lebanon juga hajinya ke Makkah. Shalatnya juga menghadap kiblat. Nabinya juga Muhammad bin Abdullah. Tuhan yang disembahnya juga Allah. Hanya soal khalifah setelah Rasulullah saw atau pemahaman politik dan hadis yang riwayatnya yang berbeda saja sampai menjadi persoalan besar yang mengakibatkan darah mengalir. 

Saya kira harus ada orang yang berani untuk beramal dengan menyebarkan buku-buku Islam. Insya Allah berkah dan menjadi nilai ibadah serta bermanfaat bagi semua orang Islam. ***