SETIAP orang, baik itu pengusaha, pelajar, mahasiswa, pejabat, bahkan ustadz, punya keinginan untuk sukses. Kesuksesan bagi seorang pengusaha dalam usaha misalnya, acapkali dianggap sebagai puncak dari aktivitasnya. Namun, tidak jarang puncak usahanya itu tidak diketahui sampai batasnya. Maka jangan heran bila ada orang yang hartanya lebih dari cukup, senantiasa merasa kurang dan kurang. Tidak hanya dalam persoalan uang, bahkan dalam ilmu. Para ilmuwan seringkali merasakan betapa sedikitnya ilmu (pengetahuan) yang dimilikinya. Kemudian mereka berupaya untuk membaca buku-buku, berdiskusi, atau menghimpun informasi dari radio, televisi, internet, koran, majalah, dan sumber-sumber lainnya.
Merasa kurang dan selalu ingin sempurna inilah salah satu
bentuk keterbatasan manusia. Dan harus diakui bahwa manusia diciptakan penuh
dengan keterbatasan. Ingin rumah bagus uang tidak punya untuk membangunnya,
ingin sekolah tinggi tidak ada modal, ingin hidup tenang tapi terus saja gundah
gulana, ingin usaha sukses tapi misi dan visi usahanya tidak beres.
"Kenapa saya selalu tersiksa begini, gagal dan tidak
berarti?" Atau "akankah ada hari esok saya penuh dengan
kebahagiaan?" Inilah pertanyaan yang senantiasa ada pada setiap jiwa.
Keinginan untuk hidup tenang, bahagia, sukses adalah cita-cita dan impian tiap
manusia. Keinginan untuk mencapai kesuksesan dan produktif terletak pada
seberapa besar kita mampu menciptakan itu semua. Tapi selalu saja, meskipun
telah bekerja secara maksimal, ternyata kita masih juga menemui kegagalan.
Apalagi jika tuntutan dari luar diri makin mendesak kita,
pasti akan pontang-panting memenuhi kebutuhan-kebutuhan itu. Dan tak jarang,
mereka yang terdesak dan terbatas keahliannya, akan bekerja di luar garis yang
seharusnya. Misalnya, bagi orang punya jabatan akan memalsukan surat-surat
resmi, menipu, memindahkan isi rekening orang ke rekening pribadinya, memotong
gaji bawahannya, dan tindakan tidak terhormat lainnya yang bersifat halus.
Inilah hal yang mengkhawatirkan dari inginnya mencapai kesuksesan yang
paripurna. Akhirnya, bila ketahuan “belangnya” akan sangat buruk dan hancur
citranya di masyarakat, apalagi di hadapan Allah.
Hal di atas merupakan hal yang berkaitan dengan masalah
rasa ingin mencapai kesuksesan yang paripurna tapi terbelenggu dengan
keterbatasan yang melekat pasa dirinya. Sehingga muncul rasa gundah gulana,
resah gelisah dan lain sebagainya.
Harus diakui bahwa hal tadi termasuk dalam kategori yang
buruk dan tidak menemukan kesuksesan yang sesungguhnya.
Lia's Gallery, yang dikutip Yesi Elsandra dalam sebuah
kolom di www.eramuslim.com, menuliskan beberapa prinsip yang harus
dimiliki seseorang untuk menjadi pribadi sukses. Kita mencoba mencoba
mengambilnya untuk kemudian menjadi prinsip kita bersama, agar kita menjadi
pribadi sukses dengan limpahan rahmat Allah SWT.
Pertama, bekerjalah karena Allah. Bekerja jangan dilakukan atas pamrih kepada orang lain. Dengan menjalankan ini maka seseorang, apa pun aktivitasnya, akan memiliki integritas yang tinggi dan mendapatkan kepercayaan orang.
Kedua, jangan berinspirasi pada yang selain Allah. Jangan berprinsip pada sesuatu yang labil dan tidak pasti seperti harta, nafsu hewani, kedudukan, penghargaan orang lain atau apa pun selain Allah.
Ketiga, lakukan sesuatu dengan sungguh-sunguh dan sebaik-baiknya karena Allah dan ingatlah selalu Allah yang Maha Tinggi yang menjamin hidup kita di dunia ini.
Keempat, berpedomanlah selalu pada sifat-sifat Allah, seperti ingin selalu maju, ingin selalu adil, ingin selalu memberi kasih sayang, ingin selalu kreatif dan inovatif, ingin selalu bijaksana, ingin selalu memelihara, berfikir jernih, dan mau belajar sungguh-sungguh.
Kelima, bangun kepercayaan dari dalam diri, jangan karena penampilan fisik, tetapi iman andalan yang akan memancarkan kharisma.
Keenam, bangun motivasi diri
karena kita adalah makhluk Allah yang sempurna dan manusia diciptakan ke dunia
ini tugasnya sebagai wakil Allah (khalifah fil ardhi).
Oleh karena itu, raihlah cita-cita dan harapan dengan
kemauan yang kuat membara sebelum datang batas ajal kita. Apabila sudah tiba
ajal, sirnalah keinginan dan harapan kita. Percayalah, dengan melaksanakannya
akan mendapatkan hasil yang jauh berbeda dan jauh lebih baik dari sebelumnya.
Dengan melakukan hal-hal tadi akan membuat mental kita lebih siap menghadapi
kemungkinan apa pun yang akan terjadi pada diri kita. Selamat sukses! *** (ahmad
sahidin)