Alhamdulillah saya beres baca
buku karya Kuswaidi Syafii. Bukunya berjudul "Diusir dari Surga : hikmah penciptaan
dan perjalanan ruhani Nabi Adam as". Tebal 168 halaman. Isi buku terbagi dalam
uraian pendek sekira dua sampai empat halaman. Kalimat dan pilihan diksi enak
dibaca dan mudah dipahami.
Sumber yang dipakai oleh
Kuswaidi Syafi'i dalam buku ini adalah karya Jalaluddin Rumi berjudul Fii Maa
Fiihi, Muhyiddin bin Arabi berjudul Fushush al-Hikam, Ibnu Athaillah berjudul
Al-Hikam, Khatib al-Baghdadi Abubakar Ahmad bin Ali berjudul Tarikh Al-Anbiya,
dan ayat-ayat Alquran disertai hadis. Satu lagi karya Abdul Qadir Jailani
berjudul Al-Fath Al-Rabbani.
Nabi Adam as lahir sebagai
manusia pertama dan nabi pertama. Berasal dari tanah dari bumi yang diambil
oleh Azrail, mailakat yang kemudian bertugas pencabut nyawa. Usianya 1000 tahun
hidup di bumi. Sebelum wafat, Nabi Adam as diperlihatkan seluruh anak
keturunannya.
Di antara anak keturunan Adam
as ada yang bercahaya gemerlap, terang biasa, dan ada gelap hitam. Yang
gemerlap adalah para Nabi dan Rasul, terang biasa adalah para wali dan manusia
yang mengkhususkan diri dalam kesalehan. Sedangkan gelap hitam adalah manusia
yang bergelimang dalam kejahatan dan maksiat.
Yang menarik dari paparan
Kuswaidi Syafii bahwa yang pertama kali diciptakan dan menjadi sumber dari
penciptaan semesta adalah nur muhammadiyah, yang tiada lain dari Nabi Muhammad
saw. Meski Nabi terakhir, tetapi ia paling awal dicipta dan menjadi sumber dari
kehadiran seluruh makhluk dan semesta.
Kuswaidi Syafii juga
menerangkan tentang kedudukan Nabi Adam as sebagai perwujudan asma dan sifat
dari Allah.
Secara umum dalam bukunya,
Kuswaidi Syafii banyak menggunakan idiom sufistik seperti jamaliyah, haqiqat,
jalaliyah, cintu, rindu, kekasih, taqarub, dan lainnya.
Bisa dimaklumi karena Kuswaidi
adalah kiai pesantren Maulana Rumi di Bantul Jawa Tengah, yang banyak
bersentuhan dengan kajian tasawuf dan menguraikan pemikiran dari Abdul Qadir
Jailani, Ibnu Arabi, Jalaluddin Rumi, Ibnu Athaillah, dan lainnya.
Mohon maaf hanya itu yang bisa
saya bagi. Harap maklum saya sekadar baca saja sehingga tidak berani untuk
komentar isi bukunya. Satu lagi catatan pada bagian akhir ada tentang takbir
untuk shalat mayat. Hanya saja hadisnya perlu dikaji kembali dan tidak memuat
rujukannya. Hatur nuhun. Cag! *** (Ahmad Sahidin)