Senin, 22 Januari 2018

Aforisme Ilmu

Awal tahun 2018 ini saya beruntung karena masih bisa membaca dan menyempatkan diri membaca buku-buku. Juga beruntung karena masih dapat berbincang dengan guru-guru yang zuhud dan memiliki keahlian tersendiri dalam ilmu-ilmu agama Islam.

Dari pengalaman interaksi, ada dua nasihat dari dua guru yang berbeda, tetapi saling melengkapi. Keduanya masih berusia muda. Sang guru pertama bilang kepada saya: "Riyadhatul ulum". Makna yang saya tangkap, yaitu bahwa saya harus menjalani kehidupan dalam dunia ilmu, melatih diri dan menyibukkan dalam keilmuan. Hal yang terkait dengan ilmu mesti terus dilakoni dengan didasarkan pada nilai-nilai ilmu.

Guru kedua mengatakan: "Dalam menekuni ilmu butuh tazkiyatun nafs". Maknanya kira-kira bahwa saya perlu melakukan pensucian diri yaitu berupaya menjaga diri dari maksiat dan membiasakan diri dalam upaya-upaya kesalehan serta hidup dalam bingkai akhlak. Sebab capaian dari seorang yang berilmu adalah semakin "terang" dan mengetahui Yang Mahabenar. Ilmu sebagai jalan menuju-Nya. Namun, adakalanya ilmu menjadi tirai yang menghalangi seseorang mengetahui, memahami, dan meyakini kebenaran yang sejati. Alih-alih mendekati-Nya malah menjauh dari-Nya dengan ilmu yang ditekuninya.

Nasihat dari kedua guru tersebut, membuat saya makin termenung. Ini perlu digali lagi dan butuh dibimbing. Dan harus diakui berat dalam melaksanakannya.

Nun Gusti Nu Mahasuci, abdi nyalindung tina kabodoan, tina sagala rupi anu moekeun diri, sareng anu bakal janten mamala kana kahirupan abdi sakulawargi. Allahumma shalli 'ala Sayyidina Muhammad wa 'ala Aali Sayyidina Muhammad. *** (ahmad sahidin)