Jumat, 03 November 2017

Filsafat Sejarah, Adakah masa Yunani Kuno?

SAYA teringat dengan pernyataan Dr. Sulasman saat menyarankan salah seorang teman untuk menulis sejarah pemikiran tokoh Muhammadiyah. Menulis sejarah pemikiran seorang tokoh harus membaca buku-buku atau karya tulis dari tokoh tersebut. Kemudian diseleksi informasi yang mendukung pada penelitian dan merangkai bentuk pemikirannya secara kronologis. Supaya tidak kering dikaji pula aspek dan hal-hal yang mempengaruhinya dari berbagai sisi dengan pendekatan ilmu-ilmu sosial.

Dari pernyataan itu saya termenung. Apalagi ketika ditugaskan untuk menulis makalah tentang teori sejarah fatum dan teori sejarah Santo Augustinus (abad 4 Masehi). Semakin membuat saya sedikit keteteran. Betapa tidak, sejumlah literatur yang membahas dua teori sejarah itu lebih banyak ditulis dalam bahasa Inggris dan beredar dalam jurnal-jurnal ilmiah. Cukup sulit mengaksesnya kalau tidak menggunakan internet. Karena itu, saya coba telusuri. Saya temukan beberapa jurnal dan buku berbahasa Inggris. Namun, untuk tema kesejarahan tidak banyak.

Penelusuran saya terhadap sumber-sumber yang terdapat di internet memiliki kecenderungan yang sama. Baik itu referensi yang diambil dalam makalah maupun jurnal juga sama merujuk pada literatur yang terdapat pada buku-buku pegangan studi sejarah. 

Uraiannya pun tidak lengkap, hanya serpihan dan kutipan. Tampaknya belum ada tulisan teori sejarah fatum dan Santo Augustinus yang lengkap yang disajikan dalam bahasa Indonesia, khususnya yang tersebar di internet. Masih berulang dan mengulang dari yang sudah ada. Tidak ada interpretasi atau sajian dari sudut pandang historis dari setiap bacaan literatur yang saya temukan.

Memang cukup sulit untuk mengkaji dari aspek historis karena ini berkaitan dengan teori sejarah; yang tentunya sudah berulang-ulang dari generasi ke generasi disampaikan. Mungkin dengan bahasa dan gaya yang berbeda, tetapi substansinya tetap sama.

Dari pembacaan atas sejumlah buku terkait dengan pemikiran kesejarahan pada masa Yunani kuno dan masa ajaran Kristen berkembang (sebelum abad pertengahan) dapat disimpulkan sementara bahwa teori sejarah Yunani kuno didasarkan pada ketidakmampuan memberi makna atas gerak dan alur sejarah manusia sehingga menyebutnya dengan fatum. Ini bentuk kepasrahan total atas keberadaan dan nasib hidup sehingga tidak mengetahui titik akhir sejarah. Mereka hanya memahami sejarah berupa perulangan, siklus yang tak berakhir. Hal ini karena melihat realitas yang mereka alami sehari-hari tanpa melalukan penyelidikan yang bersifat filosofis.

Perkembangan berikutnya, masa Kristen, penjelasan tentang gerak dan alur sejarah umat manusia mulai diketahui ada super causa prima dibalik fatum, yaitu Tuhan. Hal ini seiring dengan hadirnya agama Kristen yang memberikan kabar-kabar dari Tuhan sebagai kebenaran. Orang-orang pada mulanya masih ragu sampai muncul sosok Augustinus yang memberikan pencerahan bahwa sejarah bergerak secara linier pada satu tujuan: Kerajaan Tuhan.

Dengan demikian, teori sejarah yang menyebut fatum sebagai causa prima diperjelas dengan gagasan Augustinus yang menyebut Tuhan pada kekuatan tunggal dibalik sejarah. Ketentuan alam yang merujuk pada fatum semesta yang cosmos berubah menjadi kehendak Tuhan. Terakhir, gagasan sejarah yang memaknai manusia bergantung pada nasib yang tak bisa diubah, beralih pemahaman bahwa sejarah manusia bergantung atas ketentuan Tuhan. *** (AHMAD SAHIDIN)


x