SAYA teringat
dengan pernyataan Dr. Sulasman saat menyarankan salah seorang teman untuk
menulis sejarah pemikiran tokoh Muhammadiyah. Menulis sejarah pemikiran seorang
tokoh harus membaca buku-buku atau karya tulis dari tokoh tersebut. Kemudian
diseleksi informasi yang mendukung pada penelitian dan merangkai bentuk
pemikirannya secara kronologis. Supaya tidak kering dikaji pula aspek dan
hal-hal yang mempengaruhinya dari berbagai sisi dengan pendekatan ilmu-ilmu
sosial.
Dari pernyataan itu
saya termenung. Apalagi ketika ditugaskan untuk menulis makalah tentang teori
sejarah fatum dan teori sejarah Santo Augustinus (abad 4 Masehi). Semakin
membuat saya sedikit keteteran. Betapa tidak, sejumlah literatur yang membahas
dua teori sejarah itu lebih banyak ditulis dalam bahasa Inggris dan beredar
dalam jurnal-jurnal ilmiah. Cukup sulit mengaksesnya kalau tidak menggunakan
internet. Karena itu, saya coba telusuri. Saya temukan beberapa jurnal dan buku
berbahasa Inggris. Namun, untuk tema kesejarahan tidak banyak.
Penelusuran saya
terhadap sumber-sumber yang terdapat di internet memiliki kecenderungan yang
sama. Baik itu referensi yang diambil dalam makalah maupun jurnal juga sama
merujuk pada literatur yang terdapat pada buku-buku pegangan studi sejarah.
Uraiannya pun tidak lengkap, hanya serpihan dan kutipan. Tampaknya belum ada tulisan teori sejarah fatum dan Santo Augustinus yang lengkap yang disajikan dalam bahasa Indonesia, khususnya yang tersebar di internet. Masih berulang dan mengulang dari yang sudah ada. Tidak ada interpretasi atau sajian dari sudut pandang historis dari setiap bacaan literatur yang saya temukan.
Memang cukup
sulit untuk mengkaji dari aspek historis karena ini berkaitan dengan teori
sejarah; yang tentunya sudah berulang-ulang dari generasi ke generasi
disampaikan. Mungkin dengan bahasa dan gaya yang berbeda, tetapi substansinya
tetap sama.
Dari pembacaan
atas sejumlah buku terkait dengan pemikiran kesejarahan pada masa Yunani
kuno dan masa ajaran Kristen berkembang (sebelum abad pertengahan) dapat
disimpulkan sementara bahwa teori sejarah Yunani kuno didasarkan pada
ketidakmampuan memberi makna atas gerak dan alur sejarah manusia sehingga
menyebutnya dengan fatum. Ini bentuk kepasrahan total atas keberadaan
dan nasib hidup sehingga tidak mengetahui titik akhir sejarah. Mereka hanya
memahami sejarah berupa perulangan, siklus yang tak berakhir. Hal ini karena
melihat realitas yang mereka alami sehari-hari tanpa melalukan penyelidikan
yang bersifat filosofis.
Perkembangan
berikutnya, masa Kristen, penjelasan tentang gerak dan alur sejarah umat
manusia mulai diketahui ada super causa prima dibalik fatum,
yaitu Tuhan. Hal ini seiring dengan hadirnya agama Kristen yang memberikan
kabar-kabar dari Tuhan sebagai kebenaran. Orang-orang pada mulanya masih ragu
sampai muncul sosok Augustinus yang memberikan pencerahan bahwa sejarah
bergerak secara linier pada satu tujuan: Kerajaan Tuhan.
Dengan
demikian, teori sejarah yang menyebut fatum sebagai causa prima
diperjelas dengan gagasan Augustinus yang menyebut Tuhan pada kekuatan tunggal
dibalik sejarah. Ketentuan alam yang merujuk pada fatum semesta yang cosmos
berubah menjadi kehendak Tuhan. Terakhir, gagasan sejarah yang memaknai manusia
bergantung pada nasib yang tak bisa diubah, beralih pemahaman bahwa sejarah
manusia bergantung atas ketentuan Tuhan. *** (AHMAD
SAHIDIN)
x