Salam.
Maaf ini sekadar berbagi. Mohon maaf, barangkali ada yang pernah sama mengalami
dan memiliki kiat yang manjur untuk mengatasinya.
Gerentes
ini dimulai bahwa sebetulnya dalam hidup ini banyak yang harus disyukuri. Para
penceramah agama menyatakan nikmat iman dan Islam yang harus disyukuri. Saya
tidak paham dengan keduanya.
Saya
hanya mampu merasakan betapa harus banyak syukur,
mengucap terima kasih kepada Allah, dalam urusan belajar. Saya termasuk yang
kurang dalam ilmu sehingga memerlukan curahan dan limpahan ilmu dari para guru.
Namun, seiring dalam belajar ini kadang dalam hati muncul rasa
takabur merasa diri dapat pengetahuan lebih dari orang-orang yang hanya
mengenyam pendidikan sekadarnya. Kala menyimak ceramah, pidato, atau paparan
materi dari orang yang kapasitas ilmunya terukur oleh diri saya, langsung dalam
hati muncul gerentes yang kurang baik. Ini yang saya alami. Ini mungkin yang
disebut penyakit hati. Conggak, ujub, dan bangga dengan ilmu yang dimiliki.
Meski tidak tampak dari luar, tetapi terasa dalam diri.
Kalau
ditelaah, sebetulnya faktornya bukan dari diri. Biasanya karena sanjungan dan
pujian orang lain yang mengakibatkan muncul ujub dan bangga. Yang bahaya kalau
sampai menyepelekan kemampuan orang lain yang berada di bawah diri kita. Ini
bahaya bagi perasaan dan pahala. Ini harus disadari dan ini yang saya rasakan.
Saya
teringat dengan kisah seorang ulama yang pandai, cerdas, dan memiliki karya
tulis serta sering dapat pujian dari orang lain. Suatu hari ulama itu duduk
termenung memerhatikan bacaan buku di depannya. Ia hanya memerhatikan huruf dan
rangkaian kalimat. Kemudian menangis. Seorang putranya menghampiri dan
bertanya. Ulama itu mengatakan bahwa dirinya tidak bisa membacanya.
Lalu,
dicoba dengan teks yang lebih besar. Ternyata tidak bisa baca. Huruf pun tidak
diketahuinya. Seperti kala belajar masa kecil, hanya mengikuti putranya yang
melafalkan kata dan kalimat. Ulama itu menangis dan terus meminta ampunan
kepada Allah. Doa-doa yang hafal pun tidak ingat. Ayat-ayat Quran yang biasa
dilafalkan tidak muncul ketika dipancing oleh putranya. Seperti yang baru
mengenal saja dengan teks dan lafal yang diucapkan anaknya. Kabarnya, ulama itu
mengurung diri dalam kamar dan banyak menyebut nama Allah. Besoknya setelah
bangun dari tidur kembali lagi bisa membaca dan mengingat seluruh hafalan.
Saya
lupa nama ulamanya. Kalau tak salah dari negeri Persia. Saya tidak tahu, apakah
kejadian ulama itu amnesia atau memang sengaja dihilangkan oleh Allah? Mungkin
hanya Allah Yang Mengetahuinya.
Terima
kasih kepada Dia Yang Mahalayak dipuji, hari ini saya masih diberi kesadaran.
Masih diberi pencerahan dan diberi kesempatan untuk mengetahui yang terjadi
pada diri sendiri.
Bihaqqi
Muhammadin wa aali Muhammad: bimbinglah aku menuju-Mu.
Bihaqqi
Muhammadin wa aali Muhammad: bimbinglah aku menuju kepada-Mu.
Bihaqqi
Muhammadin wa aali Muhammad: bimbinglah aku menuju petunjuk-Mu.
Allahumma
shalli ‘ala Muhammad wa aali Muhammad
Allahumma
shalli ‘ala Muhammad wa aali Muhammad
Allahumma
shalli ‘ala Muhammad wa aali Muhammad