Jumat, 28 Januari 2022

Kapan Lahir Tasawuf?

Pertama saya mau minta maaf kalau ini tulisan singkat ini saya masih mentah. Belum ada riset akademik yang dilakukan oleh saya sendiri. Estuning tina hasil bacaan atas buku-buku. Hanya saja buku yang dibaca pun sudah pada lupa judul-judulnya. Karena itu, mohon dimaklumi dan diluruskan saja dalam bentuk tulisan lagi.

Kedua saya hanya ingin sedikit berbagi bahwa sejarah tasawuf tidak jelas lahirnya. Ada yang menyatakan pada masa Nabi Muhammad saw, para penempuh jalan tasawuf sudah dilakukan keluarga Nabi dan sahabat dekatnya. Bahkan, Nabi Muhammad saw sendiri menempuh jalan tasawuf sebelum menerima wahyu dan mi’raj ke Sidratul Muntaha bertemu dengan Allah. Bertemu dengan Allah inilah yang disebut bagian dari ma’rifatullah dan kebersatuan dengan Allah, yang oleh para sufi dicita-citakan terjadinya. Mereka menganggap yang demikian merupakan tahapan akhir dari perjalanan ruhaniah. 

Begitu juga tentang menyendiri dari keramaian dan merenungkan masalah-masalah yang terdapat di sekitar Makkah yang gemar berbuat keburukan dan tindakan amoral kemudian memilih Gua Hira sebagai tempat semedi, disebut bagian dari praktik sufistik Rasulullah saw. 

Kemudian dari Keluarga Nabi yaitu Sayidah Fathimah Az-Zahra putri Rasulullah saw, yang diberi dzikir berupa ucapan tasbih, tahmid, dan takbir, serta amaliah sebelum tidur oleh Rasulullah saw. Saya kira itu dapat dianggap bagian praktik amaliah tasawuf. 

Sependek yang saya tahu bahwa dalam tradisi sufi, sang guru kadang memberikan bacaan atau doa tertentu untuk dibacakan oleh muridnya. Hal itu juga yang dilakukan oleh Nabi selaku guru kepada Sayidah Fathimah radhiallahu anha, yang dalam konteks tasawuf putri Nabi ini dapat dilabeli sebagai murid. Maaf bila ini menyinggung kesakralan dari komunitas Muslim Syiah. 

Sayidina Ali bin Abi Thalib karamallahu wajhah pun diceritakan sering dapat ilmu dan pengajaran agama secara khusus dari Rasulullah saw hingga digelari pintu ilmu Rasul. Suatu hari Salman Al-Firisi melaporkan kepada Sayidah Fathimah radhiallahu anha bahwa Sayidina Ali pingsan di kebun. Sayidah menjawab, “biarlah ia tenggelam bersama Allah.” Kalau dilihat dari khazanah tasawuf, fenomena tersebut disebut fana

Rasulullah saw pernah melihat sebuah kebun indah di Madinah dan pohon kurma yang lebat dengan buah. Datanglah Ammar bin Yassir bersama Sayidina Ali. Rasullullah saw memberitahukan bahwa kebun yang dimiliki Sayidina Ali di akhirat lebih indah dan pohon kurma itu akan menjadi tiang gantungan Ammar. Sejarah mengisahkan bahwa yang disebutkan Nabi saw terbukti, Ammar dibunuh kemudian digantung oleh orang-orang yang kelak berkuasa sebagai Dinasti Umayyah. 

Ketika akan wafat, Nabi Muhammad saw saat dalam masa akhir ajalnya meminta Sayidah Fathimah, Sayidina Ali, dan tiga cucunya (Imam Hasan, Imam Husein, dan Sayidah Zainah Al-Kubra) agar mendekat kepadanya. Rasulullah saw pertama mengabari bahwa cucunya yang pertama (Imam Hasan) akan wafat dibunuh dengan racun dan kelak di surga akan mendapatkan istana megah berwarna hijau. Imam Husain, cucu kedua, akan mendapatkan istana megah berwarna merah karena ia akan dipenggal kepala hingga darah membanjiri seluruh tubuhnya. Disampaikan pula Sayidah Zainab, cucu ketiga, yang akan melindungi kepunahan Keluarga Nabi dari musuh-musuh yang hendak menghilangkan nilai-nilai Islam yang dibawa Rasulullah saw. Terbukti Sayidah Zainab yang menyebabkan Imam Ali Zainal Abidin putra Imam Husain tidak dibunuh oleh musuh-musuh Islam saat dalam kondisi sakit parah. Dari Imam Ali Zainal Abidin inilah Keluarga Nabi (Ahlulbait) tidak punah dan terus mewariskan ajaran-ajaran Islam dan menegakkan agama yang dibawa Rasulullah saw. 

Cuplikan yang dialami Rasulullah saw dan terbukti dalam sejarah, yang diterangkan diatas, kalau dilihat dari ilmu tasawuf termasuk kasyf, yaitu penyingkapan terhadap hal-hal ghaib atau masa yang akan datang. Orang yang mengalami kasyf, tentu tidak sembarang orang. Para sufi kemudian menyebut informasi masa depan yang disampaikan Nabi Muhammad saw sebagai fenomena mukasyafah

Ada yang menyebut orang-orang sufi sudah dipraktikan hidupnya oleh sejumlah sahabat yang miskin dan tidak memiliki tempat tinggal kemudian menetap sementara di serambi masjid yang berdekatan dengan rumah Nabi Muhammad saw di Madinah. Mereka ini dikenal ahlussuffah, yang hampir setiap hari mendapatkan bimbingan ruhaniah sehingga mendapatkan pencerahan yang memuaskan akal dan hatinya. Orang-orang ahlussuffah ini dianggap selaku pelopor tasawuf. 

Kemudian praktik sufistik telah dipraktikan pula oleh Imam Ali Zainal Abidin, keturunan Nabi Muhammad saw dari Imam Husain putra Sayidah Fathimah. Ia mengisi keharian dengan ibadah yang tekun, banyak bersujud, dan melantunkan doa-doa panjang yang kemudian dikumpulkan para muridnya menjadi kitab munajat berjudul Shahifah Sajjadiyyah. 

Hanya itu berbaginya. Mohon maaf lahir batin atas kekurangan yang tersaji dalam tulisan pendek ini. Moga ada yang berkenan memberikan pencerahan kepada saya yang masih awam. *** (ahmad sahidin, pembaca buku)