Kamis, 20 Januari 2022

Buku Saku Tasawuf

Selesai juga membaca Buku Saku Tasawuf. Buku ini karya Dr Haidar Bagir. Diterbitkan Mizan. Tidak tebal. Lumayan bisa ditenteng karena bukunya ukuran saku, sehingga bisa masuk saku baju yang agak longgar.

Sesuai dengan judulnya, Buku Saku Tasawuf ini dapat dijadikan pedoman dan informasi awal mengenai tasawuf, sufi, dan spiritualisme dalam agama Islam.

Isi bukunya luarbiasa mengandung gizi. Kalau dibaca mudah dicerna. Ada banyak kutipan hadis dan Alquran, serta ada cuplikan dari kata kunci pada tiap pembahasannya. Penulisnya mengulas tentang definisi tasawuf, hakikat, sumber tasawuf dalam agama Islam, wawasan tasawuf Ibnu Arabi, sruktur otoritas dalam tasawuf, tarekat dan tasawuf positif. Yang terakhir ini dilawankan pada "gerakan" tasawuf negatif (pseudo). Apa itu? Secara mendalam wajib dibaca pada buku ini. Hanya ringkasnya adalah prakek tasawuf yang asosial dan hanya mementingkan keselamatan diri sendiri alias tidak ada dampak positif bagi kehidupan masyarakat.

Menarik pernyataan Haidar Bagir bahwa seorang muslim tidak perlu mematikan aspek duniawi, tetap mesti menggunakan/memanfaatkan untuk bekal akhirat, bahkan dijadikan sarana taqarub. Rasulullah Saw malam hari sangat fokus taqarub kepada Allah. Diisinya dengan ritual dan harapan (doa) kepada-Nya. Lalu, siang hari tetap ikhtiar untuk urusan kehidupan harian sambil menjaga diri dari hal yang dilarang agama, bahkan menghindar dari ucap dan laku hidup yang tidak mengundang keridhaan Allah Swt. Jadi, hidupnya diarahkan menuju akhirat.

Banyak orang yang anggap tasawuf itu antisosial, antiduniawi, atau hanya menghabiskan waktu dengan ritual berupa dzikir, shalat, doa, dan lainnya yang terkait dengan ibadah saja. Ini model tasawuf negatif. Mereka yang masuk tasawuf negatif maka termasuk kurang tepat dalam penerapan agama Islam. Agama merupakan kebenaran. Sedangkan pemahaman dari agama, bisa benar dan terkadang mengandung ketidakbenaran atau melenceng dari petunjuk sumbernya. 

Bahkan, bisa bertolak belakang dengan misi dari baginda Rasulullah Saw. Bila ini ditemukan bisa dikira sebagai pseudo. Dan setiap orang kelak akan diminta pertanggungan jawab atas seluruh hidupnya, lisan dan laku lampah serta yang terbetik pada hati. Akan diminta pula tanggung jawab atas pemahaman agama yang diambilnya. Dalam urusan hidup saja akan diminta pertanggungjawaban, apalagi dalam urusan beragama dan memahami agama.

Karena itu, dalam urusan agama tidak boleh sembarang diambil ajaran dan tidak asal berguru. Dalam tarekat sebagai institusi tasawuf, murid (salik) yang menempuh "jalan" ruhani diharuskan berada dalam bimbingan seorang mursyid (guru tasawuf). Dengan bimbingan mursyid itu maka seorang salik berada dalam track yang benar. Masalahnya, menentukan guru spiritual yang benar adalah tidak mudah dan perlu pengetahuan tersendiri.

Sedikit informasi bahwa Buku Saku Tasawuf karya Haidar Bagir ini sudah terbit lagi dengan penambahan bab dan pengayaan, sekaligus berubah judul menjadi Mengenal Tasawuf: Spiritualisme dalam Islam. Yang minat buku ini bisa search pada google. Insya Allah banyak yang jual secara online. *** (ahmad sahidin)