Selasa, 15 Agustus 2017

Sahabat Nabi

RABU, 16 Maret 2011,  Dr.Fuad Jabali dalam sebuah diskusi buku bersama Jalaluddin Rakhmat di UIN Sunan Gunung Djati Bandung,  menyampaikan bahwa ia telah membaca lebih dari 2000 biografi para sahabat untuk menulis bukunya yang berjudul Sahabat Nabi.

Dari hasil kajiannya, Fuad menyimpulkan bahwa sahabat Nabi bukan manusia sempurna sehingga terdapat kesalahan dan keterbatasan dalam beragama. Apalagi tidak semua sahabat terus menerus hidupnya bersama Rasulullah saw maka tingkat pemahaman keagamaan pun seadanya.

Fuad juga mengatakan, definisi sahabat yang dipegang para ahli hadis kurang bernilai religius karena hanya menyebutkan orang-orang yang bersama Nabi. Ketaatan tidak menjadi ukuran dalam menentukan sahabat Nabi atau bukan. Karena itu, wajar kalau terdapat orang-orang yang digelari sahabat (setelah Rasulullah saw wafat) menggunakan Islam sebagai alat untuk mengukuhkan kekuasaan politik dan meraup keuntungan duniawi.

Lalu, mengapa Rasulullah saw menggelarinya sahabat? Sebutan sahabat diberlakukan oleh Rasulullah saw kepada orang-orang Islam terdahulu untuk pengikat hubungan persaudaraan Islam (ukhuwah Islamiyyah). Karena itu, mereka yang disebut sahabat adalah orang Islam yang hidup satu zaman atau satu masa dengan Nabi dan berada dalam lingkungan kekuasaan Islam.

Memang belum ada kesepakatan dari ulama maupun ahli sejarah dalam menetapkan definisi sahabat. Saya mengira istilah ‘sahabat’ dalam sejarah Islam dapat dimaknai sebagai generasi atau babak sejarah. Karena setelah masa Rasulullah saw, secara politik, umat Islam berada dalam masa kepemimpinan empat sahabat Nabi (Khulafa Rasyidun): Abu Bakar, Umar bin Khaththab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib.

Masa empat sahabat Nabi inilah generasi umat Islam yang hidup satu zaman dengan Rasulullah saw menjadi rujukan. Sedikit demi sedikit para sahabat meninggal dunia akibat perang maupun kematian.

Para sahabat tersebut mengajarkan Islam kepada anak-anaknya dan cucu-cucunya atau generasi yang lebih muda dari mereka. Generasi setelah para sahabat Nabi inilah yang disebut tabiin. Selanjutnya, dari generasi tabiin ini lahir generasi tabiit-tabiin dan kemudian generasi mutaakhirin.

Terlepas dari pembabakan sejarah tersebut, yang jelas umat Islam yang hidup bersama Rasulullah saw memiliki peran dan kontribusi yang cemerlang dan memiliki nilai keteladanan yang berguna bagi umat Islam masa sekarang.

Mesti diakui para sahabat Nabi berkorban dan berjuang demi menegakan agama Islam dan mereka punya kisah teladan yang penting direnungkan oleh umat Islam sekarang. []


(Buku KECEMERLANGAN SAHABAT-SAHABAT NABI MUHAMMAD SAW karya Ahmad Sahidin. Penerbit ACARYA MEDIA UTAMA, Bandung. Tahun terbit 2010)