RABU, 16 Maret
2011, Dr.Fuad Jabali dalam sebuah
diskusi buku bersama Jalaluddin Rakhmat di UIN Sunan Gunung Djati
Bandung, menyampaikan bahwa ia telah
membaca lebih dari 2000 biografi para sahabat untuk menulis bukunya yang
berjudul Sahabat Nabi.
Dari hasil
kajiannya, Fuad menyimpulkan bahwa sahabat Nabi bukan manusia sempurna sehingga
terdapat kesalahan dan keterbatasan dalam beragama. Apalagi tidak semua sahabat
terus menerus hidupnya bersama Rasulullah saw maka tingkat pemahaman keagamaan
pun seadanya.
Fuad juga
mengatakan, definisi sahabat yang dipegang para ahli hadis kurang bernilai
religius karena hanya menyebutkan orang-orang yang bersama Nabi. Ketaatan tidak
menjadi ukuran dalam menentukan sahabat Nabi atau bukan. Karena itu, wajar
kalau terdapat orang-orang yang digelari sahabat (setelah Rasulullah saw wafat)
menggunakan Islam sebagai alat untuk mengukuhkan kekuasaan politik dan meraup
keuntungan duniawi.
Lalu, mengapa
Rasulullah saw menggelarinya sahabat? Sebutan sahabat diberlakukan oleh
Rasulullah saw kepada orang-orang Islam terdahulu untuk pengikat hubungan
persaudaraan Islam (ukhuwah Islamiyyah). Karena itu, mereka yang disebut
sahabat adalah orang Islam yang hidup satu zaman atau satu masa dengan Nabi dan
berada dalam lingkungan kekuasaan Islam.
Memang belum
ada kesepakatan dari ulama maupun ahli sejarah dalam menetapkan definisi
sahabat. Saya mengira istilah ‘sahabat’ dalam sejarah Islam dapat dimaknai
sebagai generasi atau babak sejarah. Karena setelah masa Rasulullah saw, secara
politik, umat Islam berada dalam masa kepemimpinan empat sahabat Nabi (Khulafa
Rasyidun): Abu Bakar, Umar bin Khaththab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi
Thalib.
Masa empat
sahabat Nabi inilah generasi umat Islam yang hidup satu zaman dengan Rasulullah
saw menjadi rujukan. Sedikit demi sedikit para sahabat meninggal dunia akibat
perang maupun kematian.
Para sahabat
tersebut mengajarkan Islam kepada anak-anaknya dan cucu-cucunya atau generasi
yang lebih muda dari mereka. Generasi setelah para sahabat Nabi inilah yang
disebut tabiin. Selanjutnya, dari generasi tabiin ini lahir generasi
tabiit-tabiin dan kemudian generasi mutaakhirin.
Terlepas dari
pembabakan sejarah tersebut, yang jelas umat Islam yang hidup bersama
Rasulullah saw memiliki peran dan kontribusi yang cemerlang dan memiliki nilai
keteladanan yang berguna bagi umat Islam masa sekarang.
Mesti diakui
para sahabat Nabi berkorban dan berjuang demi menegakan agama Islam dan mereka
punya kisah teladan yang penting direnungkan oleh umat Islam sekarang.
[]
(Buku KECEMERLANGAN
SAHABAT-SAHABAT NABI MUHAMMAD SAW karya Ahmad Sahidin. Penerbit ACARYA
MEDIA UTAMA, Bandung. Tahun terbit 2010)