Selain itu, juga menghadirkan hati bahwa
ia sedang bermunajat dengan Allah Swt. bahkan seolah-olah ia melihat-Nya
(ihsan). Hal ini karena pada hakikatnya, seseorang yang shalat itu tengah
bermunajat dengan Rabb-nya. Ihsan ialah Anda menyembah Allah seolah-olah Anda
melihat-Nya. Jika Anda ternyata tidak melihat-Nya, yakinlah bahwa Dia melihat
Anda.
Selanjutnya, setiap kali seseorang dapat merasakan betapa nikmatnya
shalat, tentu saja ia akan selalu terdorong untuk mengerjakan shalat. Daya
tarik seseorang untuk mengerjakan shalat sangat bergantung pada kekuatan
imannya.
Banyak faktor yang menyebabkan iman itu
semakin kuat dan kokoh. Oleh karena itu, Rasulullah saw bersabda, “Disenangkan
bagiku urusan duniawimu, yaitu wanita dan harum-haruman, dan dijadikan shalat
itu sebagai penyejuk hati.”
Dalam hadits yang lain Rasulullah saw
bersabda, “Berilah kami kesenangan dengan melakukan penyegaran dengan melakukan
shalat, wahai Bilal.” Beliau tidak berkata, “Senangkan kami darinya (shalat).”
Adapun yang kedua adalah hilangnya
penghalang kekhusyukan. Hal itu bisa dilakukan dengan cara berusaha dengan
segenap kemampuan untuk membendung sesuatu yang dapat menyibukkan hati, seperti
memikirkan sesuatu yang tidak berguna.
Sekaligus juga berusaha menghayati
faktor-faktor yang menyebabkan hati dapat memahami tujuan shalat. Hal seperti
ini bisa dilakukan oleh setiap manusia sesuai dengan kebersihan hatinya karena
banyaknya was-was dalam hati. Itu pun sangat bergantung kepada banyaknya
syubhat (sesuatu yang tidak jelas halal dan haramnya) dan keinginan-keinginan (duniawi)
yang terpendam dalam hati.
Selain itu, juga karena hati sudah terpatri dengan
segala sesuatu yang dicintainya yang dapat menyebabkan hati tertuntut untuk
menggapainya.*** (Ahmad Sahidin)