Jumat, 22 Desember 2017

Nonton film susah sinyal

Saya baru kali ini makan di sebuah pusat perbelanjaan di Bandung. Di lokasi tersebut ternyata susah cari makan yang murah sekaligus mengenyangkan. Serba mahal dan porsinya tidak mengenyangkan. Maklum selera saya adalah makan dan minum di warteg yang murah meriah sekaligus mengenyangkan.

Seorang kawan yang kebagian jatah makan bersama saya berkata: mendingan cari warteg atau rumah makan padang, bisa kenyang dan pas dengan jatah uang. Harus ngeluarin uang nih untuk air minumnya. Mahal pula. Beli bensin dan bayar parkir. "Ieu teh nuju paspasan," begitu gerutunya. Saya hanya tersenyum. Maklum saya pun sama merasakan.

Saya bersama kawan naik menuju ruang tunggu masuk untuk menonton. Tiba jam dua siang segera masuk; kemudian film "Susah Sinyal" diputar.

Saya menonton sampai tuntas. Tertawa karena ada adegan lucu, termenung dengan isi cerita film yang mengisahkan anak zaman now yang jauh dari orangtuanya (ibu) dan berharap perhatian penuh dari orangtuanya.

Dari film itu saya menangkap pesan: kerja keras dan sukses karier tidak membawa kebahagiaan kalau jauh dari keluarga dan orang-orang terdekat.

Di keluarga saya justru kebalikannya. Jika  "lebih banyak" bersama keluarga akan kena "masalah" karena ada tuntutan yang terkait dengan kebutuhan dasar hidup, aspek material. Sehingga akan membahagiakan keluarga jika ada pendapatan dari kerja yang dibawa dan dimakan bersama dengan keluarga. Sebaliknya jika bersama keluarga, tetapi tidak memenuhi kebutuhan dasar hidup (keluarga) maka yang terjadi "rungsing" alias tidak capai bahagia. Jadi, harus kerja dan bawa hasilnya.

Tapi pesan film Susah Sinyal itu cocok untuk orang yang berkarier atau mati-matian dalam kerja sehingga melupakan waktu bersama keluarga.

Jadi bagi orang-orang yang berkarier dan banyak uang, sempatkan dan luangkan waktu untuk memerhatikan keluarga. Misalnya berlibur dan habiskan waktu untuk kebahagiaan keluarga. Sebab bahagia tidak hanya urusan materi atau sukses dalam kerja, tetapi kepuasan batin dan hubungan penuh kasih dalam keluarga. Itu sih yang saya pahami dari filmnya.

Nah segitu. Hatur nuhun tontonan dan jatah makannya. Sukses dan berkah.

Allahumma shalli 'ala Sayyidina Muhammad wa 'ala Aali Sayyidina Muhammad.