Rabu, 06 Desember 2017

Aforisme Sejarah

Saya ingin terus menulis tentang yang dialami diri. Setidaknya dengan dituliskan sedikit mereda gejolak diri dan kemelutnya. Dan ini tentang peran manusia dalam konteks ruang dan waktu; yang biasa disebut sejarah.

Harus diakui bahwa sejarah diperankan oleh manusia dalam ruang dan waktu. Setiap peristiwa tidak lepas dari unsur pelaku dan waktu. Peristiwa bisa diartikan ruang berlangsungnya kehidupan manusia dan yang terdahulu disebut sejarah. Sekali lagi sejarah ini bagian dari kemanusiaan, pencapaian, dan jejak. Manusia dan jejaknya tidak bisa dipisahkan. Manusia dan waktu tidak bisa lepas. Saat lahir dari rahim bunda, itulah masuk dalam ruang sejarah. Saat jerit tangis itulah ada waktu yang menjadi tanda sekaligus jejak sang manusia.

Sejarah bukan sekadar ingatan yang dihimpun, dokumentasi atau arsip. Bukan pula tumpukan memori manusia. Namun, kehidupan manusia yang menjadi bukti kiprahnya sebelum saat ini. Tentang cerita dan ungkap perasaan sebelum saat ini. Tentang kegiatan dan laku hidup atau perjalanan masa lalu dari manusia. Bukan hanya raga yang tumbuh dan kembang dari lahiran, bayi hingga tua dan berakhir dengan mati sebagai batas.

Apa sesungguhnya yang menjadi "historis" dari manusia? Raga dan jiwa, atau intelektual dan kreativitas manusia yang masuk kategori sejarah. Mana sih yang hakiki dalam sejarah? Hidup atau perjalanan hidup? Sejarawan menulis tentang masa lalu manusia dan hal-hal yang terkait dengan perjalanan hidup manusia. Dan yang dicatat dalam sejarah hanya perjalanan, kreativitas sebagai capaian manusia, dan sedikit pengalaman manusiawi. Ini yang kadang menjadi ibrah bahwa generasi terkini mesti meneladani manusia terdahulu. Mungkin sebagai cermin.

Karena itu, tidak salah bahwa cermin memang dibutuhkan. Karena sang cermin yang memantulkan diri; yang memberi kabar tentang diri yang lahiriah. Sekali lagi hanya saat bercermin dan yang tampak saja yang dilihat. Diri yang berupa emosi, rasa, dan gumam-gumam keresahan maupun amuk pikiran; tidak muncul saat bercermin.

Dan saya sadar bahwa sejarah bukanlah hari ini, seperti cermin yang memantulkan diri saat berhadapan. Sejarah memberi kabar dari masa lalu tentang lahiriah, batiniah, atau lika liku kehidupan diri manusia. Apakah person atau komunitas? Yang jelas keduanya menjadi sejarah. 

Percayalah, semua diri manusia mempunyai masa lalu. Memiliki memori. Kadang ada samanya dengan diri yang lain. Juga ada yang membedakannya. Ini yang menarik karena setiap penulis sejarah akan anggap yang disusun dalam bentuk karya, dari berbagai sumber seperti artefak, mentifak, maupun arsip; adalah sebuah sejarah. Sebuah karya masa lalu.

Yang tak disadari yang dituliskan adalah sejarah versinya sendiri, masa lalu yang dirumuskan hingga terbentuk rekonstruksi. Bahkan mazhab dalam agama pun merupakan rumusan dari manusia. Tidak percaya, mari lakukan riset historis!