Agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw merupakan
risalah sempurna. Selain menyempurnakan ajaran-ajaran yang dibawa para Nabi
sebelum Nabi Muhammad saw, juga dalam rangka membebaskan manusia dari kebodohan, kezaliman, dan perilaku tidak manusiawi. Masyarakat Mekkah yang masih berperilaku tidak bermoral diubah dengan
ajaran Islam menjadi supaya
mengedepankan akhlak mulia. Sehingga dengan hadirnya Rasulullah saw maka masyarakat Arab yang
terbelakang menjadi terkenal. Hingga kini pun masih tercatat kejayaannya dalam sejarah.
Peradaban Islam yang muncul dengan berbagai
khazanah intelektual, monumen-monumen megah, dan warisan ilmu pengetahun yang
tiada duanya, menjadi sumbangan besar untuk perkembangan dan kemajuan dunia
sekarang.
Sumber yang membebaskan dan mencerahkan itu
adalah ajaran Islam yang terdapat dalam al-Quran dan penuturan hikmah dari
Rasulullah saw. Tanpa berpegang pada kedua sumber tadi, Islam hanya namanya
saja. Seperti masa sekarang ini, Indonesia hanya terkenal dengan kuantitas
(jumlah), namun belum berkualitas atau menjadi solusi atas pelbagai masalah
bangsa.
Seharusnya umat Islam Indonesia mulai berpikir
untuk menjadi solusi, bukan menambah masalah. Persoalan ekonomi dan himpitan
beban hidup kadang menjadi persoalan yang tidak pernah selesai dengan sebuah
seminar atau konferensi. Tapi butuh aksi dan tindakan nyata dalam bentuk
program-program yang membangkitkan hajat hidup orang banyak.
Langkah tersebut membutuhkan sokongan material
yang tidak sedikit. Sebagian masyarakat Islam di Indonesia, bila diteliti
sebetulnya berada dalam garis kecukupan dan kemapanan ekonomi. Tengok saja
anggota parlemen dan pengusaha-pengusaha yang memiliki beberapa perusahaan atau bisnis
itu rata-rata mengaku beragama Islam. Tidak dipungkiri juga yang miskin pun
beragama Islam.
Ironis, identias yang sama, tetapi saling bertolak belakang. Tidak
menjadi satu kesatuan merajut masyarakat yang bermartabat, makmur, sejahtera, dan berkah.
Tampaknya di antara orang Islam yang kaya belum seluruhnya memiliki kesadaran untuk membantu
saudaranya yang dhu`afa. Mereka tidak menyadari bahwa pada harta atau rezekinya
terdapat hak-hak orang-orang dhuafa dan fakir miskin.
Harus disadari bahwa Allah menjadikan dalam
harta para orang kaya ada hak orang dhuafa dan fakir miskin ini semata-mata
demi terwujudnya masyarakat makmur, sejahtera, dan munculnya rasa empathi
terhadap sesama. Andai saja harta atau rezeki tetap terkungkung dan hanya
berputar pada orang kaya semata, maka akan berakibat malapetaka berupa tindakan
kejahatan sosial dan perampokan.
Hadirnya orang-orang miskin dan dhuafa sendiri
dalam al-Quran di dunia ini untuk mendapatkan karunia Allah melalui orang-orang
dermawan. "Dan Kami hendak memberi karunia bagi orang-orang yang tertindas
di bumi itu dan hendak menjadikan mereka pemimpin dan menjadikan mereka
orang-orang yang mewarisi bumi" (QS.Al-Qasas [28]:5).
Ketidakpedulian atau enggan berbagi rezeki
merupakan sifak bakhil. Sifat atau karakter ini merupakan buah dari cinta dunia
dan akhlak yang tercela. Tentang sifat bakhil disebutkan dalam Al-Quran:
“(Yaitu) orang-orang yang kikir, dan menyuruh orang lain berbuat kikir, dan menyembunyikan karunia Allah yang telah diberikan-Nya kepada mereka” (QS.An-Nisa: 36); Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karunia-Nya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya pada hari kiamat” (QS.Ali-Imran: 180)”.
“(Yaitu) orang-orang yang kikir, dan menyuruh orang lain berbuat kikir, dan menyembunyikan karunia Allah yang telah diberikan-Nya kepada mereka” (QS.An-Nisa: 36); Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karunia-Nya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya pada hari kiamat” (QS.Ali-Imran: 180)”.
Dalam hadis yang diriwayatkan Bukhari,
Rasulullah saw mengingatkan, “Takutlah kalian terhadap sifat bakhil, karena
sifat ini telah membinasakan orang-orang sebelum kalian. Membawa mereka pada
pertumpahan darah, dan menghalalkan hal-hal yang diharamkan.”
Dengan berbagi, peduli, dan menunaikan hak-hak
dhu`afa yang besarnya tak seberapa dibanding denga kebutuhan hidup harian kita,
berarti kita menjadi manusia merdeka. Mari bebaskan diri kita dari hak dhuafa! [ahmad
sahidin]