Minggu, 03 Juli 2016

pendidikan dan rezeki

Memulai kembali menulis. Sudah lama tak menulis. Meski tidak tahu apa yang harus ditulis. Saya paksakan menulis. Ini yang saya tulis keadaan menjelang idul fitri. Di Kabupaten Bandung, yang menjadi perbincangan antartetangga adalah tunjangan hari hari raya atau THR. Beli baju buat anak dan persiapan kue lebaran. Mungkin itu sudah lumrah yang dibicarakan orang-orang saat jelang lebaran.

Namun, ada yang beda seorang bapak yang bertemu saat ambil uang di ATM. Ia mengabarkan bahwa gaji 13 dan 14 habis oleh biaya masuk sekolah anaknya yang kini masuk SMA. Tampaknya itu juga yang kini banyak keluhan orang tua: pabetot-betot sareng kabutuhan lebaran.

risiko
Tapi memang itu risiko hidup dan berkeluarga. Saya pun sama seperti yang lainnya. Jika ada anak mungkin akan sama mengalami pusing kepala mencari uang untuk pendidikan dan kebutuhan hariannya. Itu juga yang mungkin rezeki setiap orang selalu beda. Sesuai dengan kebutuhan. Meski pendidikan tinggi, tetapi jika ketentuan rezeki dari dibatasi dengan jumlah orang yang ditanggung maka yang didapatkan pun tidak lebih dari untuk kebutuhan.

Karena itu, saya percaya bahwa pekerjaan, uang, dan rezeki, hubungannya dengan pendidikan tidak terlalu mendasar. Pendidikan menunjang hidup supaya lebih dari baik dan menyempurnakan kemanusiaannya. Jika belum ada yang sempurna dalam kemanusiaan, berarti belum sampai pada hakikat pendidikan. Itu saja yang bisa saya tulis. Mohon maaf lahir dan batin. Terima kasih sudah berkenan membaca! [ahmad sahidin]