Sabtu, 13 September 2014

Resensi Buku: Kyai NU Meluruskan Fatwa Merah MUI dan DDII

Sabtu pagi, 2 Agustus 2014, saya bersama istri pergi ke took buku di Buah Batu Bandung. Di sana saya cari buku Kyai NU Meluruskan Fatwa Merah MUI & DDII

Buku ini ditulis oleh Kyai Alawi Nurul Alam Albantani untuk menjawab dua buku yang menyesatkan mazhab Syiah; yang diterbitkan Dewan Dakwah Islam Indonesia dan yang atas nama MUI (Majelis Ulama Indonesia) Pusat.

Kyai Alawi, yang kini menjadi Tim Aswaja Center Lembaga Takmir Masjid (LTM) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), secara khusus membongkar kesalahan isi buku karya  oknum MUI dan DDII.


Kyai Alawi pada bagian pertama membahas latar belakang tulisnya buku. Kedua, ketidak akuratan data yang dimiliki MUI tentang Syiah. Ketiga, MUI menolak paham Syiah secara umum. Keempat, penjelasan tentang 12 khalifah. Kelima, keburukan akhlak Yazid bin Muawiyah. Keenam, ajaran Syiah menurut DDII. Ketujuh, ketidakpahaman MUI dan DDII tetang konsep rukun Iman dan rukun Islam Syiah. Kedelapan, masalah mutah (nikah sementara). Dan bab sembilan adalah penutup yang berisi penyimpulan dan ajakan untuk berdialog dengan para penolak Syiah.

Secara tegas dalam buku itu, Alawi menyebutkan PBNU menyatakan Syiah itu Islam dan tidak sesat. Kyai Alawi menulis, “…para ulama kami dari PBNU cenderung untuk bersikap moderat kepada kaum Syiah, daripada kepada kaum Wahabi. Karena bila kita membuat neraca perbandingan antara Syiah dan Wahabi, kejahatan dan kebiadaban Wahabi terhadap agama jauh lebih besar dan membahayakan” (halaman viii).

Kyai Alawi juga menyeru oknum-oknum MUI dan pengurus DDII untuk membuat buku yang menyebutkan kesesatan Wahabi. Karena jelas Wahabi itu memiliki rukun iman dan Islam beserta ajaran yang bertentangan dengan agama Islam. Kyai Alawi menyebutkan  24 akidah Wahabi yang menyesatkan umat Islam sehingga dengan sangat perlu untuk disebarkan agar umat Islam tidak terkecoh oleh mereka.

Setelah membaca buku Kyai NU Meluruskan Fatwa MUI & DDII, saya menilai bahwa buku ini termasuk karya tulis yang bagus dan mencerahkan. Sangat jarang seorang Kyai Nahdlatul Ulama (NU) yang rajin menulis. Tercatat lebih dari lima puluh buku yang terbit. Hampir semua buku Kyai Alawi ini bernuasa jawaban atas setiap “protes” dan hujatan terhadap amaliah warga Muslim NU.

Yang paling kentara adalah sikapnya yang anti gerakan radikal, khususnya kepada golongan ISIS dan Salafi Wahabi. Mereka itu disebut kaum takfiri oleh Kyai Alawi dan harus dilawan karena dapat merusak citra Islam serta dapat meruntuhkan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Itu yang disampaikannya ketika Seminar Palestina di Aula Muthahhari Bandung pada hari ke-22 Ramadhan 1435.

Saat pertama terbit, saya beli sampai tiga buku. Lumayan masih murah harganya sekira Rp35.000. Saya berikan kepada kakak dan teman-teman saya di kampus UIN Bandung.

Kemudian beberapa kawan di facebook memesan buku itu melalui saya. Mereka yang pesan itu ternyata dari lokasi yang jauh seperti Sulawesi, Palembang, Jambi, Lampung, Medan, Jawa Timur, Madura, dan lainnya.

Kepada mereka saya naikan harganya menjadi Rp40.000-45.000. Lebihnya itu untuk beli amplop dan beli bensin motor. Lumayan jauh dari rumah ke tempat toko buku. Jika beli bukunya banyak dan langsung ke penerbit biasanya dapat diskon. Hanya saja, butuh dana yang besar juga. Karena sekadar membantu orang yang membutuhkan buku sehingga tak perlu beli banyak. 

Tidak lupa saya juga meminta ongkos kirim untuk luar Bandung. Hanya saja kadang ongkosnya lebih besar dari yang diberikan. Maklum pakai jasa pengiriman ternama supaya cepat sampai. 

Meski harus tambah biaya dari saku sendiri, saya tetap mengirimkannya. Saya merasa senang bisa membantu mereka dengan menyiapkan buku pesanannya. Moga saja itu menjadi bagian dari amal saleh yang bermanfaat buat saya kelak di akhirat.

Harganya naik
Pas tadi lihat buku Kyai NU Meluruskan Fatwa-Fatwa Merah MUI & DDII di toko buku ternama di Buah Batu Bandung, ternyata harganya sudah naik. Semula harganya Rp35.000, kini harganya Rp55.000.

Bagi saya itu harga yang luar biasa dan pasti terasa berat untuk orang-orang yang pendapatannya kecil. Dari halaman buku ini tidak tebal. Kertasnya pun kertas quarto biasa. Bukan kertas mahal yang biasa dipakai buku-buku luar negeri.

Entah apa alasan dari kenaikan buku tersebut. Jika harganya mahal biasanya orang-orang suka mikir-mikir dahulu sebelum membeli. Kalau sudah menimbang biasanya beli buku menjadi tidak hal utama. Kalah dengan urusan makan dan minum serta kebutuhan lainnya.

Sekadar saran saja buat penerbit dan tokoh buku yang menjual buku-buku yang mencerahkan, tolong dong harganya jangan naik. Supaya saya dan teman-teman yang pendapatannya kecil bisa membeli buku-buku lagi. Tentunya bisa membaca dan mereguk ilmu.

Ahmad Sahidin, pembaca buku