Minggu, 05 November 2017

Mampir ke Toko Buku di Buah Batu Bandung

04 November 2017

Sabtu pagi sekira jam 08.30, saya mampir ke toko buku di jalan buah batu Bandung. Di dalam terpajang buku-buku yang menarik minat baca saya: filsafat, sejarah, agama, dan sastra. Bahkan novel dan buku pelajaran pun ada.

Saya melihat buku-buku karya Kuntowijoyo berupa disertasi yang tebal dan harganya 200ribu, novel-novelnya, kumpulan esainya, dan buku kecil Dinamika Umat Islam. Sayangnya harga buku-buku tersebut di atas 60ribu. Juga buku-buku filsafat dan sejarah serta agama harganya sekira 70-100ribu. Hanya bisa menikmati blurb dan catatan pengantar. Itu pun kalau buku tersebut dibuka plastiknya.

Jumat, 03 November 2017

Filsafat Sejarah, Adakah masa Yunani Kuno?

SAYA teringat dengan pernyataan Dr. Sulasman saat menyarankan salah seorang teman untuk menulis sejarah pemikiran tokoh Muhammadiyah. Menulis sejarah pemikiran seorang tokoh harus membaca buku-buku atau karya tulis dari tokoh tersebut. Kemudian diseleksi informasi yang mendukung pada penelitian dan merangkai bentuk pemikirannya secara kronologis. Supaya tidak kering dikaji pula aspek dan hal-hal yang mempengaruhinya dari berbagai sisi dengan pendekatan ilmu-ilmu sosial.

Dari pernyataan itu saya termenung. Apalagi ketika ditugaskan untuk menulis makalah tentang teori sejarah fatum dan teori sejarah Santo Augustinus (abad 4 Masehi). Semakin membuat saya sedikit keteteran. Betapa tidak, sejumlah literatur yang membahas dua teori sejarah itu lebih banyak ditulis dalam bahasa Inggris dan beredar dalam jurnal-jurnal ilmiah. Cukup sulit mengaksesnya kalau tidak menggunakan internet. Karena itu, saya coba telusuri. Saya temukan beberapa jurnal dan buku berbahasa Inggris. Namun, untuk tema kesejarahan tidak banyak.

Kamis, 02 November 2017

Tiga Langkah Penelitian Historiografis

History is philosophy teaching by examples,” kata Dionysus dari Halicarnassus. Sejarah  memberikan kita contoh tentang kecintaan kepada kebenaran.  Leopold von Ranke menegaskan bahwa “the first demand is pure love of truth.” Atau sejarah, menurut salah seorang murid Ranke, adalah “not the truth and light; but a striving for it, a sermon on it, a  consecration to it.”

Menurut muridnya yang lain, “History is divine service in the broadest sense.” Bagikita, studi sejarah bukan hanya ingin mengungkapkan masa lalu “wie es eigentlich gewesen” seperti yang diajarkan Ranke. Kita ingin studi sejarah seperti kaum historisis dapat menunjukkan kepada kita “socially motivated misrepresentations of the past” sehingga kita  menyadari kesalahan dalam memandang dan menafsirkan masa lalu. 

Rabu, 01 November 2017

Memahami Historical Critical Method

PADA abad ke-18 dan 19 M, di Jerman berkembang Historical Critical Method (HCM). Dengan metode ini, sumber-sumber sejarah dilihat dengan sikap kritis. Sumber sejarah diterima dengan sejumlah pertanyaan. Default dari sumber sejarah adalah palsu, sampai ia terbukti benar. Sejarahwan harus memulai penelitiannya dengan meragukan otentisitas dan reliabilitas sumber sejarah. Peneliti sejarah harus menepis sampah-sampah sejarah, menggali lebih dalam, sehingga ia menemukan di balik reruntuhan pemalsuan,—menurut sejarahwan besar dari Jerman, Leopold von Ranke—wie es eigentlich gewesen, apa yang benar-benar terjadi. Verifikasi dengan prinsip konsistensi, analogi, dan disimilaritas.