Rabu, 20 Oktober 2021

Historiografi Sirah Nabawiyah di Indonesia (tesis)

Kajian historiografi Sirah Nabawiyah di Indonesia belum banyak ditulis. Dari riset singkat ditemukan 72 judul buku Sirah Nabawiyah berupa terjemahan dan karya penulis Indonesia. Yang ditulis oleh orang Indonesia berjumlah 12 judul dan 3 judul di antaranya diteliti secara perbandingan dalam tesis ini. 

Karena itu, yang menjadi rumusan masalah dalam tesis adalah (1) Bagaimana bentuk Sirah Nabawiyah di Indonesia? (2) Bagaimana persamaan dan perbedaan historiografi buku Riwajat Kangdjeng Nabi Moehammad saw karya R.A.A.Wiranata Koesoema V, Toleransi Nabi Muhammad dan Para Sahabatnya karya Abu Bakar Aceh, dan Sirah Nabawiyah: Nabi Muhammad saw dalam Kajian Ilmu Sosial Humaniora karya Ajid Thohir? (3) Apa faktor yang membuat ketiganya memiliki karakteristik yang berbeda dalam historiografi? 

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persamaan dan perbedaan; faktor dan karakteristik dari ketiga Sirah Nabawiyah. Dari penelitian ini diharapkan akan menambah khazanah historiografi Islam Indonesia, terutama dalam bidang Sirah Nabawiyah, dan dimanfaatkan pada kajian akademik.      

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah hermeneutika sejarah dari Wilhelm Dilthey yang memfokuskan pada tiga: penulis, konteks, dan teks. Tesis ini menggunakan metode penelitian sejarah dengan tahapan: heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi.

Dari kajian ditemukan bahwa pengenalan Sirah Nabawiyah di Indonesia sudah dikenal dalam bentuk pembacaan kitab Maulid Al-Barzanji, Maulid Ad-Diba’i, Nadham Tauhid, Shalawat, Syi’rul Hisan, dan selanjutnya muncul dalam bentuk buku-buku (sejarah) berupa terjemahan dan karya penulis Indonesia.

Dari tiga buku Sirah Nabawiyah yang diteliti ditemukan kesamaan antara lain: menyajikan peristiwa-peristiwa besar seperti bi’tsah, perang, perjanjian hudaibiyah, dan teladan personal Rasulullah saw; menyusun sejarah didasarkan landasan teologis.

Sedangkan perbedaannya (1) Bentuk rekonstruksi: R.A.A Wiranata Koesoema V bersifat komprehensif dan kronologis; Abu Bakar Aceh dan Ajid Thohir bersifat tematis dan non kronologis. (2) Materi Sirah Nabawiyah: R.A.A Wiranata Koesoema V memuat 95 peristiwa, Abu Bakar Aceh memuat 23 peristiwa, dan Ajid Thohir memuat 28 peristiwa. (3) Gaya bahasa penulisan karya R.A.A Wiranata Koesoema V kategori naratif (riwayah); Abu Bakar Aceh kategori reflektif; dan Ajid Thohir kategori sejarah ilmiah (dirayah). (4) Sumber yang digunakan R.A.A Wiranata Koesoema V berjumlah 3 buku dan 1 terjemah al-Quran; Abu Bakar Aceh menggunakan 15 buku; dan Ajid Thohir menggunakan 176 pustaka. (5) Kritik sejarah untuk ketiganya ditemukan kesalahan penulisan tahun, nama, materi sejarah tanpa rujukan, jumping ideas, peristiwa yang tidak masuk dalam kronologi Sirah Nabawiyah, dan peristiwa yang didasarkan pada common sense.

Bisa disimpulkan bahwa tiga Sirah Nabawiyah tersebut memiliki karakter yang berbeda dalam historiografi Islam dan bentuknya dari masa ke masa mengalami perkembangan: mulai dari syair-syiar, riwayah, dirayah, dan tematis. Hal itu membuktikan dalam khazanah historiografi Islam bersifat dinamis dan ada upaya-upaya untuk melakukan penyempurnaan atas setiap karya sejarah. ***

Nama  : Ahmad Sahidin
Judul   : Sirah Nabawiyah di Indonesia
Prodi   : Sejarah dan Kebudayaan Islam (S2) Pascasarjana UIN SGD Bandung
Angkatan (masuk tahun):  2014
Lulus tahun : 2016