Minggu, 06 November 2016

Apa itu Historiografi?

Historiografi merupakan tahap akhir dari metode penelitian sejarah. Setelah fakta-fakta dan temuan sejarah ditafsirkan maka dilanjutkan dengan menyusun laporan sejarah dalam bentuk penulisan.

Ada beberapa bentuk penulisan sejarah: deskriptif naratif (penulisan sejarah yang menggambarkan kejadian sebagai proses dan lengkap dengan fakta sejarah) dan deskriptif analitis (penulisan narasi yang menerangkan kausalitas atau mengungkap struktur-struktur sosial).
Bentuk penulisan lainnya adalah deskriptif geneologi. Penyajian narasi (tulisan sejarah) geneologi dimulai dari masa kini dan bergerak mundur ke masa lalu sampai perbedaan ditemukan. Setiap narasi sejarah dibatasi diskontinuitas yang ditandai dengan difference. Kemudian (pada bagian akhir) bergerak maju kembali dan menelusuri transformasi sejarah.    
Sejarawan dalam penulisan sejarah dituntut untuk menyajikan (narasi) sejarah dengan sentuhan seni (history of art). Karya sejarah merupakan laporan dan hasil penelitian yang tentunya harus diketahui masyarakat untuk mendapatkan inspirasi atau hikmah. Penyajian sejarah yang “garing” atau yang tidak menggunakan imajinasi akan membuat karya sejarah tidak tersentuh masyarakat. Karena itu, dalam bekerja (menyajikan sejarah) sejarawan harus dapat membayangkan apa yang sebelumnya terjadi, apa yang sedang terjadi, dan apa yang akan terjadi sesudah itu.

Dengan kata lain, sejarawan harus mampu membayangkan, menghadirkan suasana dan peristiwa sejarah dengan sebenar-benarnya yang terjadi di masa lalu. Fungsi imajinasi dalam sejarah berbeda dengan karya sastra yang kadang tidak sesuai dengan realitas karena dibangun dengan khayalan (fiktif). Sedangkan penulisan sejarah didasarkan interpretasi atas sejumlah fakta sehingga dalam menggambarkan dituntut supaya faktual dan logis.

Agar penyajian sejarah tidak terjebak dengan prosa sastra maka diperlukan kemampuan menulis yang baik, mempelajari tata bahasa, tidak mengabaikan logika kalimat: konsistensi dan koherensi), dan menyajikan fakta sejarah.  

Bandung, 17 Desember 2014
Ahmad Sahidin