Rabu, 02 November 2016

Ilmu Sejarah dan Ilmu Sosial Humaniora


Ilmu sejarah tidak bisa berdiri sendiri sehingga memerlukan bantuan ilmu-ilmu sosial humaniora. Kuntowijoyo menyebutkan antara sejarah dan ilmu sosial memiliki perbedaan. Sejarah berhubungan dengan peristiwa yang sekali terjadi dan unik, terikat dengan konteks ruang dan waktu (ideographic). Sedangkan ilmu sosial berusaha mencari hukum umum (general laws), terjadi berulang, lepas dari konteks waktu dan tempat (nomothetic).

Kemudian sejarah itu diakronik, memanjang dalam waktu; dan ilmu sosial itu sinkronik, melebar dalam ruang. Kedua disiplin ilmu ini saling membutuhkan. Sejarah mementingkan proses dan ilmu-ilmu sosial mementingkan struktur.

Menjelasakan Fakta
Dua hal yang beda tersebut bisa saling berhubungan. Untuk menjelaskan fakta, sejarah memerlukan ilmu-ilmu sosial untuk mengetahui: mengapa dan bagaimana peristiwa terjadi. Kalau sekadar menampilkan fakta tanpa “sentuhan” ilmu sosial akan berupa deretan kata-kata yang tidak menarik dibaca dan terasa kering. Karena itu, sejarah memerlukan ilmu sosial untuk menjelaskan fenomena sejarah.

Meski ilmu sejarah memerlukan bantuan ilmu sosial, tetap tidak berarti melebur sehingga identitas sejarah menjadi hilang. Bantuan ilmu sosial pada sejarah untuk menampilkan rekonstruksi sejarah lebih komprehensif dengan tetap memanjang dalam waktu. Karena itu, dalam penyajian hasil penelitian disebutkan batasan waktu yang memanjang sehingga uraian sejarah fokus dan diperkaya dengan teori-teori sosial dalam penjelasan.

Kedudukan  sejarah  dan  ilmu-ilmu  sosial  (geografi,  ekonomi, sosiologi,  ilmu  politik,  antropologi)  adalah  saling  memerlukan  dan  saling memberikan  kontribusi.  Dalam  hal  ini,  penelitian  dan  penulisan  sejarah senantiasa  memerlukan  bahasa  sebagai  sarana  primer  untuk  mengungkapkan data,  analisis,  dan  kesimpulan  yang  terkait  dengan  seluruh  aspek  yang  terkait dengan manusia dan waktunya. Hal ini tentunya untuk menampilkan sejarah yang multidimensional sehingga  narasi sejarah bersifat menyeluruh dan terhindar dari pemihakan pada ideologi/politik dan determinisme historis.

Peranan sosiologi dalam ilmu sejarah untuk melihat gejala sosial masyarakat, stratifikasi sosial, pola interaksi sosial, institusi, perubahan dan perkembangan masyarakat, keluarga, desa, kota, komunitas, dan gerakan-gerakan sosial.  Teori-teori ilmu sosial bisa memberikan penjelasan atas peristiwa sejarah yang berhubungan dengan sejarah sosial. Contoh tesis yang menggunakan teori kota dari sosiologi adalah karya almarhumah Eva Rufaidah yang berjudul Perkembangan Kehidupan Keagamaan Masyarakat Muslim Perkotaan Bandung 1906-1930-an.

Antropologi dalam ilmu sejarah berperan dalam memaparkan konsep: sistem kepercayaan, simbol, folkfore, tradisi, evolusi, enkulturasi, inkulturasi, primitif, agraris, akulturasi, dan lainnya. Salah satu karya yang bisa dijadikan contoh adalah karya Kuntowijoyo yang berjudul Raja, Priyayi, dan Kawula: Surakarta 1900-1915.

Psikologi membantu ilmu sejarah dalam menganalisa sifat, gejala kejiwaan, dan sikap dari tokoh atau pelaku sejarah. Contohnya buku The Crowd in The Frenc Revolution karya Rude, Muhammad Husein Haekal, Hayat Muhammad (Sejarah Hidup Muhammad), dan Ali Sina, Understanding Muhammad Psychobiography.

Ekonomi memberikan pemahaman konsep-konsep ekonomi, ekonomi mikro dan makro, ekonomi pembangunan, pemasaran, inflasi, devaluasi, upah, gaji, biaya, bunga, jual beli, harga, sewa menyewa, penguasaan barang, agraria, kemiskinan, kaya, dan lainnya. Karya Kuntowijoyo, Perubahan Sosial dalam Masyarakat Agraris: Madura 1850-1940 dan Soegijanto Padmo, The Cultivation of Vorstenlands Tobacco in Surakarta Residency and Besuki Tobacco in Residency and its Impact on the Peasent Economy and Society: 1860-1960.

Kemudian politik dalam ilmu sejarah akan banyak membantu memberikan penjelasan tentang political culture, organisasi, sistem politik, pemerintahan, negara, demokrasi, konstitusi, birokrasi, kepemimpinan, kharisma, korupsi, dan patron-client. Karya sejarah yang berkaitan dengan politik adalah  Muhammadiyah: Political Behavior of Muslim Modernist Organization Under the Dutch Colonialsm karya Alfian.

(ahmad sahidin)