Ilmu sejarah tidak bisa berdiri sendiri sehingga memerlukan bantuan ilmu-ilmu sosial humaniora. Kuntowijoyo menyebutkan antara sejarah dan ilmu sosial memiliki perbedaan. Sejarah berhubungan dengan peristiwa yang sekali terjadi dan unik, terikat dengan konteks ruang dan waktu (ideographic). Sedangkan ilmu sosial berusaha mencari hukum umum (general laws), terjadi berulang, lepas dari konteks waktu dan tempat (nomothetic).
Kemudian sejarah itu diakronik, memanjang dalam waktu; dan ilmu sosial
itu sinkronik, melebar dalam ruang. Kedua disiplin ilmu ini saling membutuhkan.
Sejarah mementingkan proses dan ilmu-ilmu sosial mementingkan struktur.
Menjelasakan Fakta
Dua hal yang beda tersebut bisa saling berhubungan. Untuk menjelaskan
fakta, sejarah memerlukan ilmu-ilmu sosial untuk mengetahui: mengapa dan
bagaimana peristiwa terjadi. Kalau sekadar menampilkan fakta tanpa “sentuhan”
ilmu sosial akan berupa deretan kata-kata yang tidak menarik dibaca dan terasa
kering. Karena itu, sejarah memerlukan ilmu sosial untuk menjelaskan fenomena
sejarah.
Meski ilmu sejarah memerlukan bantuan ilmu sosial, tetap tidak berarti
melebur sehingga identitas sejarah menjadi hilang. Bantuan ilmu sosial pada
sejarah untuk menampilkan rekonstruksi sejarah lebih komprehensif dengan tetap
memanjang dalam waktu. Karena itu, dalam penyajian hasil penelitian disebutkan
batasan waktu yang memanjang sehingga uraian sejarah fokus dan diperkaya dengan
teori-teori sosial dalam penjelasan.
Kedudukan sejarah dan
ilmu-ilmu sosial (geografi,
ekonomi, sosiologi, ilmu politik,
antropologi) adalah saling
memerlukan dan saling memberikan kontribusi.
Dalam hal ini,
penelitian dan penulisan
sejarah senantiasa
memerlukan bahasa sebagai
sarana primer untuk
mengungkapkan data,
analisis, dan kesimpulan
yang terkait dengan
seluruh aspek yang
terkait dengan manusia dan waktunya. Hal ini tentunya untuk menampilkan
sejarah yang multidimensional sehingga narasi
sejarah bersifat menyeluruh dan terhindar dari pemihakan pada ideologi/politik
dan determinisme historis.
Peranan sosiologi dalam ilmu sejarah untuk melihat gejala sosial
masyarakat, stratifikasi sosial, pola interaksi sosial, institusi, perubahan
dan perkembangan masyarakat, keluarga, desa, kota, komunitas, dan
gerakan-gerakan sosial. Teori-teori ilmu sosial bisa memberikan
penjelasan atas peristiwa sejarah yang berhubungan dengan sejarah sosial.
Contoh tesis yang menggunakan teori kota dari sosiologi adalah karya almarhumah
Eva Rufaidah yang berjudul Perkembangan Kehidupan Keagamaan Masyarakat
Muslim Perkotaan Bandung 1906-1930-an.
Antropologi dalam ilmu sejarah berperan dalam memaparkan konsep: sistem kepercayaan,
simbol, folkfore, tradisi, evolusi, enkulturasi, inkulturasi, primitif,
agraris, akulturasi, dan lainnya. Salah satu karya yang bisa dijadikan contoh
adalah karya Kuntowijoyo yang berjudul Raja, Priyayi, dan Kawula: Surakarta
1900-1915.
Psikologi membantu ilmu sejarah dalam
menganalisa sifat, gejala kejiwaan, dan sikap dari tokoh atau pelaku sejarah. Contohnya
buku The Crowd in The Frenc Revolution karya Rude, Muhammad Husein
Haekal, Hayat Muhammad (Sejarah Hidup Muhammad), dan Ali Sina, Understanding
Muhammad Psychobiography.
Ekonomi
memberikan pemahaman konsep-konsep ekonomi, ekonomi mikro dan makro, ekonomi pembangunan,
pemasaran, inflasi, devaluasi, upah, gaji, biaya, bunga, jual beli, harga, sewa
menyewa, penguasaan barang, agraria, kemiskinan, kaya, dan lainnya. Karya
Kuntowijoyo, Perubahan Sosial dalam Masyarakat
Agraris: Madura 1850-1940 dan Soegijanto Padmo, The Cultivation of
Vorstenlands Tobacco in Surakarta Residency and Besuki Tobacco in Residency and
its Impact on the Peasent Economy and Society: 1860-1960.
Kemudian politik dalam ilmu sejarah akan banyak membantu memberikan
penjelasan tentang political culture, organisasi, sistem politik,
pemerintahan, negara, demokrasi, konstitusi, birokrasi, kepemimpinan, kharisma,
korupsi, dan patron-client. Karya sejarah yang berkaitan dengan politik
adalah Muhammadiyah: Political Behavior
of Muslim Modernist Organization Under the Dutch Colonialsm karya Alfian.
(ahmad sahidin)